waruga-makam-kuno-orang-minahasa
Waruga makam kuno di Minahasa | Foto Makhfud Sappe/LIONMAG
Art & Culture
WARUGA, MAKAM KUNO ORANG MINAHASA
By Gener Wakulu
Thu, 22 Sep 2022

Dimakamkan Seperti dalam Kandungan

Usianya sudah lebih dari 1.200 tahun. Cungkup makam menggambarkan pekerjaan, status sosial hingga asal-usul jenazah yang dimakamkan. Kini, mesti 3-4 orang mengangkat batu makam itu. Tapi dulu cukup diangkat oleh seorang saja. Dengan sebelah tangan.

Berbagai macam cara orang memakamkan warga atau keluarga di wilayahnya. Selain dipengaruhi oleh keyakinan agama, juga adat-istiada yang sudah lama dipakai. Berusia ratusan bahkan ribuan tahun. Di Minahasa, ada pemakaman kuno yang disebut Waruga. Pemakaman ini terletak di Desa Sawangan, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Di jalan masuk kompleks pemakaman, memperhatikan sepintas relief di kiri kanan. Ada beberapa gambar aktivitas manusia hingga pemakamannya. Tapi saya belum mengerti apa maknanya.

Bahkan ketika menyaksikan susunan batu-batu yang dijadikan kuburan itu saya masih belum paham. Bagaimana caranya orang-orang ini dimakamkan dan sejak kapan tradisi ini dimulai? Yang jelas, bentuk makamnya mirip dengan bentuk rumah tradisional Minahasa. Konon ini adalah warisan zaman Megalitikum hingga kira-kira pada pertengahan abad ke-19. “Setahu kami, kuburan kuno seperti ini sudah ada sekitar 1.200 tahun lalu,” kata Anton, penjaga makam yang dibawa pengelolaan Ditjen Kebudayan itu.


Konon, makam yang terbuat dari batu yang dipahat dan dibentuk seperti rumah khas orang Minahasa ini adalah salah satu warisan tradisi zaman megalitikum yang terus dipertahankan hingga kira-kira pertengahan abad ke-19. Sebenarnya, Waruga awalnya adalah sarana pemakaman untuk keluarga, yang ditaruh di pekarangan atau kolong rumah. Tapi memang tidak semua orang Minahasa Utara punya waruga. Hanya orang-orang dengan status sosial yang cukup tinggi saja yang memilikinya. Itu pun tidak banyak. Menurut catatan, di seluruh daerah Minahasa bagian utara, termasuk Kodya Manado, hanya terdapat sekitar 2.000 buah waruga yang tersebar di beberapa tempat. Yang terbanyak memang di Sawangan, ada 142 buah, yang kemudian dipusatkan.

“Mereka dimakamkan dengan posisi sepetri di dalam kandungan. Jadi seperti jongkok. Yang laki-laki tangannya bertaut, sedang bagi yang perempuan tangannya mengepal,” jelas Anton. Kemudian diikutkan juga piring dalam makam itu. Untuk laki-laki satu piring di bagian bawah yang didudukinya, sedangkan wanita dua piring, untuk yang diduduki maupun sebagai tudungnya. “Soalnya wanita lebih banyak bawaannya, mereka biasa bawa perhiasannya juga,” tambah Anton. Lucunya, yang masih jadi pertanyaan menggantung, dari mana orang 1.200 tahun lalu tahus persis posisi bayi di dalam kandungan?

Di dalam Waruga sendiri memang kerap diikutkan perhiasan milik orang yang dimakamkan di situ. Dari beberapa gelang yang disimpan di museum yang terletak di depan pemakaman di Sawangan, bisa kita prediksi tubuh orang zaman dulu. Yang jelas, gelangnya berukuran tiga kali lebih besar dari pergelangan tangan saya.

Waruga sendiri berbentuk batu segi empat dengan rongga di dalamnya. Orang yang dimakamkan di situ bisa tidak sendiri. Bisa lebih dari seorang. Artinya, itu makam keluarga. Pada cungkup penutup waruga terdapat kode ukiran bahwa itu satu keluarga –yang bisa dihitung jumlahnya.

Pada bagian cungkup batu ini terpahat berbagai macam gambar seperti manusia dalam berbagai posisi, binatang, benda alam, tumbuh-tumbuhan, matahari, tumpal, untaian permata, rumbai-rumbai, ragam hias geometris dan lain-lain. Tapi ada pula yang menggambarkan proses kelahiran manusia pada keempat sisinya. Itu berkaitan dengan pekerjaan orang yang dimakamkan di situ. Maknanya, ia seorang bidan. Ada juga gambar kerbau, lalu ada tombak di bawahnya. Artinya, itu makam seorang pemburu. Kemudian, cungkup-cungkup dengan bentuk manusia bermahkota, artinya yang dimakamkan di situ seorang pemimpin.  

Lalu, apakah semua yang dimakamkan di sini orang Minahasa asli? Ternyata tidak juga. Anton menunjukkan waruga-waruga dengan motif cungkup yang khas, yang punya makna historis. Pada bagian belakang kompleks Waruga terdapat banyak makam orang-orang “asing” ratusan tahun lampau. Ada dari Mongollia, yang ditandai dengan simbol-simbol ular khas Mongol. Lalu makam orang Jepang –jauh sebelum periode penjajahan Jepang di Indoensia menjelang Perang Dunia II. Lalu ada lagi dari Portugis, yang ditandai dengan sosok tentara Portugis dengan helm tentaranya yang khas. Menurut Anton, itu sekaligus menandakan bahwa orang-orang bangsa-banga tersebut ikut berasimilasi dalam pembentukan manusia Minahasa seperti sekarang ini.

BACA JUGA :

Di dalam museum Waruga di Sawangan juga tersimpan barang-barang peninggalan orang-orang yang dimakamkan di situ. Di antaranya terdapat berbagai macam cincin, gelang, kalung, keramik Cina dari Dinasti Ming dan Ching, tulang belulang manusia dan lain sebagainya. Kenapa ada di dalam museum? Pasalnya, pada awal abad ke-20, tradisi mengubur mayat dalam waruga ini dihentikan karena muncul wabah penyakit kolera yang diduga bersumber dari mayat yang membusuk dalam waruga. Barang-barang milik orang-orang yang dimakamkan pun dikumpulkan.

Saya sempat bertanya, berapa orang diperlukan untuk mengangkat batu-batu ini –yang menurut taksiran saya perlu 3-4 orang untuk memindahkannya dari lokasi gunung tempat batu-batu itu. “Ah, satu batu makam dibawa oleh satu orang. Sebelah tangan pula,” ungkap Anton seraya menunjuk ke relief. “Orang dulu kan besar-besar,” imbuhnya. Betul juga, ketika saya menengok ke relief, tampak gambar orang-orang yang membawa batu makam hanya dengan sebelah tangannya.

Iseng-iseng saya bertanya, apa hubungannya nama Sawangan di Minahasa Utara ini dengan nama Sawangan di Depok, Jawa Barat? Menurut Anton, ternyata, memang ada warga dari Sawangan Minahasa pada masa lalu yang kemudian pindah ke Jawa Barat, membeli lahan dan membuka perkebunan di daerah yang kini berada di wilayah Depok, Jawa Barat itu.

Text Gener Wakulu,  Foto  Makhfud Sappe

E-magazine: Agustus 2022

BACA JUGA :

Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru