rekah-pantai-pulau-merah-banyuwangi
pemandangan senja di pantai Pulau Merah Banyuwangi. | Foto: Dody Wiraseto/LIONMAG
Destination
Rekah Pantai Pulau Merah Banyuwangi
Dody Wiraseto
Tue, 27 Sep 2022

Digadang-gadang mirip dengan Pantai Kuta, Bali.

Pantai Pulau Merah kini menjadi magnet wisata Banyuwangi. Khususnya untuk para peselancar, yang ingin menguji kemampuannya menaklukan ombak. Pantai ini semakin melengkapi peta selancar Indonesia di Bumi Blambangan, setelah sebelumnya Pantai Plengkung telah lebih dulu dikenal dunia.

Deburan ombak dan desir pasir yang diterpa angin musim pancaroba malah membuat sekumpulan wisatawan betah. Sinar matahari yang sedang terik-teriknya pun membuat wisatawan asing menggelar alas untuk berjemur.

Di tepian pantai yang bergaris panjang, sekumpulan keluarga asyik sendiri berjalan kaki, berlari dan membiarkan kakinya terendam air laut hingga hampir menyentuh lutut.

Pantai Pulau Merah mengingatkan saya pada Sri Tanjung, tokoh legenda yang memegang peran utama lahirnya kota Banyuwangi. Cerita rakyat yang masih bertahan turun temurun hingga kini.

Sri Tanjung digambarkan cantik jelita sehingga memikat sang raja bernama Prabu Sulahkromo. Tetapi cinta sang raja bertepuk sebelah tangan karena Sri Tanjung memilih setia pada suaminya, Patih Sidopekso.

Cinta dan pengorbanan Sri Tanjung ke Patih Sidopekso ini berakhir pilu karena ia akhirnya meninggal di tangan suaminya sendiri yang dihasut oleh sang raja. Namun, bukti kesetiaannya inilah yang akhirnya mengubah air laut yang awalnya keruh menjadi bening dan harum sehingga akhirnya muncul nama Banyuwangi.
Sri Tanjung yang cantik jelita, serupa dengan alam Banyuwangi yang rupawan.

Terpaan sinar matahari membuat air laut Pantai Pulau Merah tampak berkilau. Pasir putih kecoklatan serasi dengan air laut berwarna gradasi biru dan hijau tosca yang memancarkan kejernihan. Di tengahnya, Pulau Merah berdiri kokoh menjulang.

Pulau berbentuk bukit yang menjadi ikon pantai ini. Saat air laut surut, bukit ini kerap jadi primadona karena wisatawan bisa mendaki bukit tersebut dan berfoto dengan pemandangan laut lepas bukit-bukit yang mengelilingi pantai ini.

BACA JUGA :

Ombak Idaman Peselancar
Letaknya jauh di ujung selatan Banyuwangi. Butuh waktu sekitar 2 jam perjalanan dari pusat kota hingga menuju kawasan Sumberagung, Pesanggaran. Di kawasan ini memang berjajar pantai-pantai cantik. Namun, Pantai Pulau Merah nampaknya salah satu titik fokus utamanya. Akomodasi mulai dari penginapan hingga restoran banyak dijumpai di pintu masuk menuju pantai. Suasanana benar-benar serasa Kuta, Bali sebelum marak pembangunan pusat perbelanjaan.


Seliweran turis-turis lokal hingga mancanegara membawa papan selancar. Mereka bersiap menuju pantai yang kala itu sudah menjelang sore hari. Periode memasuki bulan September di mana ini merupakan periode tepat untuk berselancar.

Pantai Pulau Merah punya karakter berbeda dibanding Pantai Plengkung yang juga menjadi salah satu spot selancar terkenal di Banyuwangi. Jika Pantai Plengkung terkenal dengan Ombak Kingkong-nya, Pantai Pulau Merah berkarakter beach break.  

Karakter ini membuat peselancar bisa berselancar hingga kedalaman 3 meter tetapi aman dari karang. Ketinggian ombak yang bisa dinikmati mencapai 3 hingga 5 meter dengan gelombang panjang dan arus laut yang landai. Selain itu jarak antara tepi pantai dengan spot pertama ombak pecah sekitar 30 meter dan itu yang dianggap menantang bagi para peselancar.

Satu persatu para peselancar mulai masuk ke “arena”. Ombak sedang tinggi-tingginya dan dari pinggir pantai saya hanya bisa mengabadikan mereka lewat kamera digital saya. Gatal rasanya ingin turut masuk ke arena tersebut. Walau sudah diiming-imingi akan ketagihan oleh salah satu instruktur selancar di salah satu tempat penyewaan papan selancar di pinggir pantainya, tetapi nyali rasanya belum terkumpul.

Ombak menantang, satu persatu ditaklukan peselancar dari berbagai usia. Mereka larut dalam kebahagiaan yang mereka ciptakan sendiri lewat sebuah papan dan dentuman ombak. Kebahagiaan yang menular hingga nama Pantai Pulau Merah semakin terkenal.

Momen Matahari Terbenam Eksotik
Dari tepi pantai yang didominasi tenda-tenda berwarna merah, saya sengaja menghabiskan waktu sembari menanti senja. Tenda-tenda merah ini jadi pemandangan lazim bagi wisatawan yang menghindari sengatan matahari. Sembari menyeruput kelapa muda dan bersantai dengan hembusan angin sepoi-sepoi jadi cara terbaik menunggu momen matahari terbenam.

Pantai ini punya dua sisi yang menarik. Jika di sekitaran pintu masuk memiliki kontur landai dan berpasir putih. Di satu sisi lainnya punya karakter karang hitam pekat di tepiannya. Karang-karang yang terserak di pinggir pantai kadang jadi tempat bersantai favorit wisatawan setelah puas bermain selancar atau berjalan-jalan. Di sisi ini pula, kerap jadi incaran para fotografer untuk mengabadikan momen matahari terbenam.

TERKAIT : Kawah Ijen

Perlahan matahari mulai terbenam di ufuk barat. Semburat jingga perlahan mengganti birunya langit sepanjang hari ini. Seturut kemudian, banyak wisatawan yang menyiagakan telpon seluler pintarnya untuk mengabadikan momen eksotik ini. Tidak ingin ketinggalan, tripod kamera saya siagakan di atas karang hitam. Menunggu detik-detik matahari pergi menjadi penutup hari saya di Pantai Pulau Merah. Tidak henti saya menggaggumi keeksotikannya. Pantai yang indah dan kian merekah seiring masifnya perkembangan wisata di Banyuwangi.

Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru