Gelombang laut terlihat tenang, namun kapal cepat serasa sedang melayang di udara
Gelombang laut terlihat tenang, namun kapal cepat serasa sedang melayang di udara. Sesekali bagian badan kapal menghantam air laut dan menimbulkan percikan air hingga masuk ke dalam kapal. Beberapa penumpang terlihat cemas sembari memegang erat bangku. Di bagian lainnya riuh rombongan wisatawan asal India malah bersorak ketika percikan air semakin tinggi.
"More, more, more," teriak mereka seakan menantang juru kemudi kapal cepat kami. Mereka tampak senang dan menganggap penyebrangan dari Sanur melewati Selat Badung menuju Nusa Penida layaknya berada di wahana pemacu adrenalin. Sedangkan di bagian lainnya, wajah beberapa turis asing mulai memerah.
Nusa Penida memang menjadi salah satu destinasi pilihan baru kala berada di Bali. Pulau terbesar dari gugusan pulau-pulau di Tenggara Bali ini memiliki panorama alam memikat dan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya dan keagamaan. Nusa Penida kini bukan lagi pulau terpencil tapi bertransformasi menjadi pulau eksotik dengan ragam destinasi wisata.
Setelah 45 menit menyebrangi Selat Badung, kapal cepat kami mulai melepas jangkarnya dan bersandar di Pelabuhan Toyapakeh. Dari pelabuhan ini, para penyedia jasa penyewaan motor berlomba menawarkan jasanya sembari memberikan informasi singkat tentang Nusa Penida.
Pantai Kelingking Nusa Penida, Bali.
Pesona Karang dan Bukit Berkapur
Rasanya pesona Nusa Penida baru kali ini saya rasakan geliatnya. Sejak diadakan Nusa Penida Festival di 2014, perlahan tapi pasti nama Nusa Penida mulai terangkat sebagai destinasi wisata di Bali. Bahkan pulau ini mendapat penghargaan dari Kementrian Pariwisata Republik Indonesia sebagai Favorit II lokasi menyelam populer. Saya rasa inilah pendongkrak Nusa Penida hingga mampu menjadi seperti sekarang ini.
Selepas istirihat sejenak di homestay, I Kadek Darmada, pemilik di homestay di kawasan Sampalan, Nusa Penida ini, langsung menghampiri sembari memberi informasi tentang pulau ini. Pertanyaan saya langsung mengarah pada satu destinasi utamanya yakni, Pantai Kelingking, "Letak geografis Nusa Penida didominasi dengan kondisi tanah berkarang dan batu kapur. Jadi tidak heran kalau beberapa pantai berada di bawah tebing yang curam," jelas Putu.
Kontur ini pula yang membuat destinasi wisata di Nusa Penida memiliki keunikan-keunikan tersendiri. Setelah mendapat arahan yang cukup jelas dari Putu, tujuan langsung ditujukan ke Pantai Kelingking. Sebenarnya pantai ini lebih dikenal dengan sebutan Kelingking Secret Point dan menjadi lokasi diving favorit untuk melihat langsung Manta, Ikan Pari terbesar di dunia
Setelah mendapat arahan dari Bli Kadek, saya melanjutkan perjalanan menyelesaikan rasa penasaran terhadap pantai ini. Dari Sampalan, jaraknya ternyata lumayan jauh, membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di Dusun Karang Dawa, di Desa Bunga Mekar yang merupakan lokasi pantai ini. Dari parkiran motor, bentang Samudera Hindia sudah terlihat jelas. Birunya air laut berpadu dengan teriknya sinar matahari.
Nusa Penida saat kemarau memang memiliki cuaca panas yang menyengat. Disarankan untuk mempersiapkan sunblock untuk menangkal panasnya matahari di pulau ini. Dari parkiran, jajaran rumah makan-rumah makan sudah menyambut wisatawan yang baru atau sudah mengunjungi Pantai Klingking. Pantai ini memiliki gardu pandang di atas tebingnya untuk melihat langsung kontur Pantai Kelingking.
Dari atas tebing ini bisa langsung melihat lansekap Pantai Kelingking. Di titik ini, puluhan wisatawan rela mengantre untuk berfoto dengan latar pemandangan pantai ini yang ikonik. Sekilas pantai ini tidak memiliki garis pantai yang panjang, tetapi air lautnya yang berwarna biru tosca benar-benar membius mata. Belum lagi dengan pasir putih yang berkilau diterpa matahari. Menjadikan pantainya seakan menantang untuk disambangi.
Keunikan tersendiri dari pantai ini adalah tebingnya yang menyerupai kepala Tyranosaurus, jenis dinosaurus legendaris yang kerap muncul di film bertema hewan purba. Tebing ini yang menjadi jalan satu-satunya untuk mencapai pantainya. Bagi wisatawan yang memiliki fisik prima, menuruni bukit ini menjadi tantangan tersendiri. Apalagi kini sudah dibuat jalur untuk mencapai bibir pantainya.
Kondisi fisik adalah hal paling harus dipahami. Disertai perbekalan air minum yang mencukupi. Bukan tanpa sebab, walau pantai terlihat sangat dekat, tetapi menuruni bukit ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Apalagi dengan kondisi jalan yang sempit sehingga harus bergantian dengan wisatawan yang ingin naik ataupun turun.
Menikmati Pantai Berpasir Putih Halus
Dari atas bukit menuju pundakan bukit memang jalan sudah terlihat bagus. Tetapi dari pundakan menuju garis pantai, bersiaplah dengan tantangan sebenarnya. Jalur yang dibuat seadanya, semakin menguras tenaga dengan sudut kemiringan yang hampir 70 derajat. Disertai panas yang terik, membuat air minum memegang peranan penting. Namun dari sini, bentang pantai semakin terlihat jelas yang akan menambah semangat.
"Difficult roads often lead to beautiful destinations". Rasanya pepatah itu tepat untuk disematkan ke pantai ini. Setelah sejam terengah-engah menuruni bukit. Hamparan pantai berpasir putih serta berair biru tosca membentang di depan mata. Belum lagi dengan deburan ombaknya yang tinggi membuat pantai ini langsung diserbu wisatawan untuk melepas lelah.
Berjemur di tepi pantai jadi pemandangan yang umum. Dari raut wajah wisatawan yang datang tidak terlihat sebuah penyesalan. Mereka tertawa lepas seakan bersyukur berhasil mencapai garis pantai ini. Mereka seakan mencapai puncak gunung tertinggi. Di pasir putih halusnya saya melarapkan sebuah harapan. Pesan kerinduan yang akan membawa saya kembali untuk mengunjungi pantai ini. Pantai menawan yang pernah dinobatkan sebagai salah satu pantai terbaik di dunia.