"Anda tidak datang ke Piala Dunia hanya untuk memainkan tiga pertandingan.” – Walid Regragui
Maroko semakin bersinar berkat penampilan Tim Nasional (Timnas) mereka di turnamen Piala Dunia 2022 Qatar. Auman Singa Atlas semakin garang demi memburu impian mereka.
Dengan memaksa Spanyol angkat koper di babak 16 besar, kemudian disusul Portugal di perempat final, Maroko sekali lagi berani bermimpi memulangkan Prancis sebagai juara bertahan.
"Tentu saja kami bermimpi (untuk menaklukkan Prancis). Mimpi itu gratis, tetapi kami melakukannya dengan cara yang berbeda," kata kapten Timnas Maroko Romain Saiss dinukil Daily Mail, Selasa (13/12).
"Kami mencurahkan begitu banyak energi di setiap pertandingan, baik fisik maupun mental," ujar pemain 32 tahun itu menambahkan.
Pelatih Timnas Maroko Walid Regragui menandaskan, keberhasilan mereka sampai di semifinal adalah karena mereka memiliki ambisi dan mimpi besar untuk menjadu juara dunia.
Jika tiga tim Afrika sebelumnya meninggalkan jejak di babak perempat final: Kamerun (1990), Senegal (2002), dan Ghana (2010), Maroko justru mencatatkan sejarah baru dengan menghentikan Cristiano Ronaldo dan Portugal di Stadion Al Thumama dan membawa mereka ke semifinal.
"Setiap orang mengira kami akan lengser di babak pertama," kata Regragui yang dipercaya membesut Timnas Maroko pada Agustus lalu sebagaimana dilansir BBC.
"Saya mengatakan kepada para pemain saya bahwa kami mempunyai pasukan elit; ada (Hakim) Ziyech dari Chelsea, (Noussair) Mazraoui yang bermain untuk Bayern, (Achraf) Hakimi untuk Paris Saint-Germain.
"Kami memiliki pemain di klub-klub top dan kami memiliki tim yang bisa memenangkan Piala Dunia. Itulah yang saya coba salurkan ke pemain saya. Kami harus percaya diri dan pergi ke luar, mencurahkan semua kemampuan kami dan tidak boleh menyesal, dan mereka percaya kepada saya.
"Anda tidak datang ke Piala Dunia hanya untuk memainkan tiga pertandingan. Pesan itu diteruskan ke tim saya, negara saya, dan sekarang benua."
Sekarang, seluruh Afrika dan dunia Arab bersatu mendukung Maroko yang akan menghadapi Prancis di semifinal yang digelar di Stadion Al Byat, Rabu (14/12) dini hari WIB. Semua larut dalam euforia dan emosi, bersatu mengiringi Singa Atlas mengaum lebih keras di Al Khor.
"Maroko adalah tim untuk semua orang," kata seorang pria asal Maroko bernama Younes, yang datang ke Qatar bersama rekan senegaranya kemarin.
"Bagaimana mereka bermain, bagaimana mereka berbicara, mereka adalah kita semua yang ingin menjadi sesuatu, jika kita memiliki kesempatan untuk tampil di luar sana. Mereka tidak bisa dihancurkan. Tidak ada yang mau mencoba menghentikan mereka."
Rekor Head-to-Head
Prancis tidak terkalahkan melawan Maroko dalam tujuh pertandingan sejak pertemuan pertama mereka tahun 1975 - namun tidak satupun dari mereka datang untuk pertandingan kompetitif.
Sebagian besar pertemuan kedua tim justru terjadi sebelum pergantian abad ke-21 dan mereka hanya sekali bermain sejak tahun 2000.
Sementara di Stade de France pada 2007, Tarik Sektioui mambawa Maroko memimpin lebih dulu, sebelum Sidney Govou dan Samir Nasri membalikkan keadaan untuk keunggulan tim tuan rumah.
Namun, kegembiraan Prancis terasa semu. Youssef Mokhtari memaksa tim asal Afrika Utara itu menyamakan kedudukan di sisa waktu lima menit terakhir. ***
BACA JUGA :