1000-kali-berlatih-penalti-spayol-tersingkir-dengan-cara-menyakitkan
Aksi kiper Maroko Yassine Bounou menggagalkan tendangan penalti Spanyol yang diambil Sergio Busquets dalam duel babak 16 besar Piala Dunia 2022 di Education City Stadion | DOK. FIFA WORLD CUP/TWITTER.
World Cup 2022
1.000 Kali Berlatih Penalti, Spayol Tersingkir dengan Cara Menyakitkan
Herman Sina
Thu, 08 Dec 2022
“Luis Enrique ingin mempersembahkah 'pertunjukan' mengesankan di Piala Dunia 2022 Qatar kepada suporter Spanyol - tetapi timnya malah dipulangkan dengan cemoohan 'membosankan' yang terngiang di telinga mereka.”

Jerman ternyata tidak sendirian sebagai raksasa sepak bola yang tersingkir dari turnamen Piala Dunia 2022. Kini giliran Spanyol mengikuti dengan cara menyakitkan, lengser setelah meladeni adu penalti melawan Maroko dalam pertandingan babak 16 besar di Education City Stadiun, Selasa (06/12) malam WIB.

Pasukan Luis Enrique jelas mendominasi penguasaan bola terutama di babak kedua, namun itu tak cukup untuk menaklukkan Singa Atlas yang membukukan tiket ke perempat final dak akan menghadapi Portugal.

Sekarang sudah 10 tahun sejak Spanyol memenangkan trofi besar terakhir mereka - ketika memenangkan Euro berturut-turut dan Piala Dunia dalam empat tahun - dan belum pernah melewati babak 16 besar sejak mereka mengklain Piala Dunia pada 2010.

Pakar sepak bola Spanyol Guillem Balague menilai, skuad Tim Nasional Spanyol sekarang "sangat jauh" berbeda levelnya untuk bersaing dengan negara-negara lain. Di situ, nasib Enrique dengan 'eksperimen umpannya' jadi tanda tanya.

Statistiknya luar biasa. Spanyol mengantongi 77 persen penguasaan bola, membuat 1.019 operan, dengan 926 akurat, dibandingkan Maroko hanya 304.

Spanyol menjadi negara pertama yang kalah dalam empat adu penalti Piala Dunia dan tim kedua yang tidak mencetak gol dalam satu adu penalti. Lebih menyedihkan lagi, ketika Enrique menyatakan timnya telah berlatih 1.000 penalti dalam latihan.

"Saya memilih penendang (penalti), saya pikir mereka yang terbaik di lapangan," kata Enrique dilansir BBC, Rabu (07/12).

"(Jika saya bisa mengubah sesuatu) saya akan mengganti (kiper Maroko Yassine) Bounou dan menempatkan kiper lain di sana. (Penalti) bukan lotre untuk saya. Anda harus mengendalikan diri.

"Kami mendominasi permainan, tapi kami kekurangan gol. Itulah kenyataannya, itulah kebenarannya," ujar pelatih 52 tahun itu.

Enrique akan habis kontrak pada musim panas ini setelah ditunjuk menahkodai La Furia Roja pada 2018.

Dia sepat mundur di 2019 karena mendiang putrinya didiagnosis menderita kanker tulang, sebelum kembali dan mengantarkan Spanyol ke semifinal Euro 2020, di mana mereka kalah dari Italia melalui adu penalti.

"Minggu depan kita akan berbicara dan berdiskusi tentang masa depan saya, sekarang ini bukan saat yang tepat. Saya yang bertanggung jawab,” katanya.

"Jika terserah saya, saya akan bertahan sepanjang hidup saya, tetapi bukan itu masalahnya. Saya harus berpikir dengan tenang apa yang terbaik untuk saya dan untuk tim nasional. Semua situasi akan berpengaruh."

Spanyol mendapat pujian atas gaya permainan mereka dan menjadi salah satu tim terkuat di dunia di bawah asuhan Luis Aragones dan Vicente del Bosque antara 2008 dan 2012.

Sama seperti pendahulunya, Enrique berpegang teguh pada pendekatan berbasis penguasaan bola sepanjang memimpin tim nasional, meski terus-menerus gagal di turnamen besar.

“Maroko menerapkan performa pertahanan yang hebat. Mereka mewakili teori dan gaya saya. Saya hanya bisa memuji mereka,” ujar Enrique perihal permainan Maroko.

“Saya tidak bisa mengeluh tentang Maroko. Ini adalah permainan yang indah untuk pemain di seluruh dunia.” ***

Hasil Pertandingan

Maroko               0-0            Spanyol

Adu Penalti

Abdelhamid         1-0

                              1-0      (x) Pablo Sarabia

Hakim Ziyech      2-0

                              2-0      (x) Carlos Soler

Badr Benoum (x) 2-0

                              2-0      (x) Sergio Busquets

Achraf Hakimi     3-0

Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru