“Masyarakat Ara dan Lemo-lemo ahli dalam pembuatan perahu. Tetapi mereka bukan pelaut yang ulung. Sebaliknya, orang Bira ahli dalam pelayaran, tetapi mereka tidak ahli membuat kapal.”
Dari ibu kota Kabupaten Bulukumba, pada kilometer 24, Anda akan menyaksikan deretan kapal yang memenuhi pinggiran Pantai Tanah Beru. Lazimnya terlihat pula kapal-kapal pinisi dan perahu tradisional lainnya berlabuh di musim timur. Tanah Beru merupakan simbol Kabupaten Bulukumba sebagai bumi “panrita lopi”. Di tempat inilah perahu Pinisi Nusantara yang mengarungi Samudera Pasifik dan berlayar ke Vancouver, Kanada, dibuat. Belum lagi perahu “Amanagappa” yang berlayar ke Madagaskar, “Hati Merege” dan “Damar Segara” yang berlayar ke Australia dan Jepang, dibangun.
Keahlian masyarakat Bonto Bahari dalam membangun perahu adalah perpaduan antara keahlian teknik dan magis.

Pembuatan perahu Pinisi di Tanah Beru.
Kemampuan membuat perahu merupakan karya budaya yang legendaris. Konon ada cerita bahwa tokoh legendaris di Sulawesi Selatan, Sawerigading gagal dalam pelayarannya karena perahunya pecah dihantam badai di perairan Bira. Pecahan-pecahan tersebut terbawa arus dan terdampar di berbagai pelabuhan. Kepingan badan perahu terdampar di pelabuhan Ara, dan sambungan lunas terdampar di Lemo-lemo. Adapun tali-temalinya terdampar di Pantai Bira. Hal inilah yang mengilhami kelahiran dan kebangkitan kebaharian orang-orang Bulukumba.
Masyarakat Ara dan Lemo-lemo ahli dalam pembuatan perahu. Namun mereka bukan pelaut yang ulung. Sebaliknya, orang Bira ahli dalam pelayaran tetapi, mereka tidak ahli membuat kapal.

Pinisi Ammanagappa berlabuh di Pantai Losari sebelum berlayar ke Madagaskar.
Ketika kami berada di kawasan pesisir Tanah Beru, seperti yang diprediksi sebelumnya, kami kagum menyaksikan kepiawaian masyarakat Bonto Bahari dalam membuat kapal tradisional dengan konstruksi kayu menggunakan peralatan tradisional. Setiap pembuatan perahu juga ditandai dengan upacara tradisional yang khas. Sangat unik karena setiap bagian kapal sarat dengan filosofi.
Menyusuri jalan di sepanjang bibir pantai ini, sejak pagi hingga petang, debur ombak mengalun bercampur dengan suara alat-alat dan orang-orang yang bekerja membangun perahu.(*)
TERKAIT : Perahu Pinisi : Kebanggaan Maritim Sulawesi Selatan
