Kotagede, adik Kota Wisata Jogja, merupakan pusat kerajinan perak yang sangat penting. Terletak sekitar 5 km arah tenggara dari Kota Yogyakarta, Kotagede yang cantik nan permai pernah menjadi Ibu Kota kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16 dan ke-17.
Wilayah Mataram bisa dibilang sebagai cikal bakal Yogyakarta, kota yang juga sohor oleh keramahtamahan penduduknya. Kotagede terasa sebagai sebuah kota tua yang tenang dengan kerajinan perak sebagai komoditas utama dan dihasilkan oleh jemarin terampil perajinnya.
Perkembangan perusahaan perak Kotagede mengalami masa keemasan antara 1930 hingga 1940-an yang ditandai oleh munculnya perusahaan-perusahaan baru, peningkatan kualitas, serta penciptaan berbagai motif baru.
Warga Kotagede mewarisi keterampilan membuat kerajinan perak yang telah berlangsung selama berabad-abad. Pada zamannya, mereka melayani pembuatan perhiasan serta perabotan khusus dengan cinta rasa seni tinggi untuk kepentingan Kraton.
Industri perak mulai berkembang serta memasuki pasaran dunia ketika Kotagede kedatangan para pedagang bangsa Belanda. Mereka memesan barang-barang berbahan perak untuk keperluan rumah tangganya di Eropa. Barang-barang yang dibeli berupa tempat lilin, perabotan makan-minum, piala, asbak, tempat serbet, dan perhiasan dengan gaya Eropa bermotif khas Yogyakarta yang didominasi bentuk dedaunan, bunga, dan sulur.
Ternyata barang-barang pesanan itu sangat diminati orang-orang Eropa. Sejak saat itu banyak order diterima perajin di Kotagede dalam jumlah yang terus meningkat. Bahkan pasang surut zaman tidak membuat industri perak Kotagede lapuk oleh hujan maupun lekang oleh panas.
Proses produksi kerajinan perak diawali dengan peleburan perak murni berbentuk kristal dicampur tembaga, Perak standar 92,5 persen yang dilebur dan berbentuk cair kemudian dicetak guna mendapatkan bentuk sesuai yang diinginkan, misalnya bakalan bentuk teko maupun cincin.
Proses kedua ini disebut singen atau di-singekake (dicetak).
Proses berikutnya adalah mengondel, yaitu memukul-mukul hasil cetakan untuk mendapatkan bentuk yang sesuai. Proses mengondel ini memerlukan tingkat keterampilan tersendiri. Setelah bentuk bagus didapat, kemudian diukir untuk mendapatkan motif yang diinginkan. Rangkaian proses ini menuntut tingkat keahlian yang sangat tinggi. Setelah diukir, baru bahan perak ini dirakit guna menyatukan komponen elemen-elemennya.
Proses terakhir ialah finishing, yaitu membuat hasil akhir menjadi mengkilap dan menampakkan pamornya.
Saat ini memasuki Kotagede berarti kita siap disambut puluhan art shop perak di kanan-kiri jalan. Di sini wisatawan tidak sekadar bisa memilih serta membeli souvenir, namun juga menyaksikan proses pembuatannya.
Menikmati Kotagede sangat menarik jika dilakukan dengan berjalan kaki, menyusuri jalan-jalan sempit, toko-toko tradisional, serta rumah berubin mosaik berjajar di tepi jalan. Dulu rumah-rumah ini merupakan tempat tinggal para bangsawan dan pedagang kerajaan.
Yang ingin berbelanja, shopping barang kerajinan merupakan kegiatan nan menarik. Kita juga bisa berkeliling di sekitar bangunan kuno, rumah para pedagang Arab dan Belanda.
Jadi, di Kotagede, bersiaplah berpetualang membayangkan hidup pada masa lalu. (*)
BACA JUGA