Rayakan Imlek, bisa dengan berwisata di kota-kota di Indonesia yang sarat akan budaya Tionghoa ini. Berikut ini pilihan liburan yang tepat untuk kamu rayakan Imlek bersama-sama keluarga.
Jejak Sejarah Tionghia di Tepian Sungai Musi
Pada masa kolonial, Belanda mengangkat perwira Tiongkok berpangkat mayor untuk mengatur wilayah 7 Ulu, mayor tersebut dikenal dengan nama Mayor Tumenggung dan Mayor Putih. Setelahnya, jabatan tersebut kemudian diwariskan secara turun temurun kepada pewarisnya, hingga pada akhirnya jabatan tersebut dijabat oleh Tjoa Kie Cuan (1830) dan diteruskan oleh putranya Tjoa Ham Hin yang kemudian oleh Belanda diberi gelar Kapitan Cina di tahun 1855.
Status khusus Kapitan ini memiliki tempat tinggal yang berbeda. Bangunan rumahnya kental dengan gaya Tionghoa dengan sentuhan Palembang yang khas. Di dalam kampung ini, ada 15 bangunan rumah tetapi tidak semua bergaya China. BACA SELANJUTNYA DI SINI
Menguak Sejarah Kampung Pecinan Semarang
Salah satu atraksi menarik di kampung pecinan Semarang ini adalah Pasar Semawis, serta keberadaan Pasar Imlek Semawis yang jadi salah satu agenda rutin tahunan di kawasan pecinan Semarang.
Kawasan ini adalah salah satu bagian dari sejarah tentang kota Semarang lama. Bersama Kampung Kauman, Kampung Melayu dan Oudestad, kawasan pecinan ini mewakili perjalanan sejarah kota Semarang sejak abad ke-15 hingga awal abad ke-20. BACA SELANJUTNYA DISINI
Klenteng Tay Kak Sie
Pada 1724, didirikan sebuah rumah pemujaan yang kemudian dinamai Kwan Im Ting. Klenteng kecil itu lambat laun berubah menjadi pusat keramaian. Daerah sekitarnya juga berkembang menjadi semakin ramai dan padat. Maka, dirasa penting dan mendesak rumah ibadah itu menempati lokasi yang lebih luas.
Atas petunjuk ahli Feng Shui, beberapa saudagar Tionghoa memilih sebuah areal tanah luas di tepi Kali Semarang yang saat itu masih berupa kebun lombok (cabai). Pada 1772, setahun sejak mulai dibangun, berdirilah sebuah klenteng yang dinamai Tay Kak Sie (Kuil Kesadaran). Karena berlokasi di atas kebun lombok, klenteng itu pun dikenal pula sebagai Klenteng Gang Lombok.
Posisinya di tepi sungai dikenang melalui replika kapal dagang Tiongkok yang terparkir permanen sebagai lokasi untuk berbagai fungsi. Kali Semarang kala itu memang masih lebar dan dalam, sehingga bisa dilalui perahu serta tongkang yang hilir mudik dari laut hingga menusuk jauh ke dalam kota. Perdagangan di wilayah itu menjadi semakin ramai dan maju. BACA SELANJUTNYA DI SINI