ariyah-dari-jembatan-ancol-rahasia-di-bilik-perasaan-yang-menghantui
Chelsea Islan (kanan) dan Joind Bayuwinanda menampilkan sneak peek penampilan mereka pada pementasan Ariyah dari Jembatan Ancol. | DOC. BAKTI BUDAYA DJARUM FOUNDATION
Art & Culture
Ariyah dari Jembatan Ancol: Rahasia di Bilik Perasaan yang Menghantui
Devy Lubis
Sun, 16 Jul 2023
Pementasan Ariyah dari Jembatan Ancol di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada 27–28 Juli 2023 nanti diawali suasana dengan latar waktu sekira tahun 1817-an.

Ariyah dikisahkan menjadi jaminan utang ibunya kepada Juragan Tambas. Namun, keluarga ini tidak bisa membayar utang. Ariyah pun terpaksa menjadi istri muda si Juragan.

Kekasih Ariyah, Karim, menentang kawin paksa ini. Kenekatan Karim berujung tragedi. Sepasang kekasih ini mati. Mayat Ariyah dibuang dari Jembatan Ancol, sedangkan mayat Karim tidak diketahui keberadaannya.

Ariyah tidak pernah merasa dirinya mati. Ia akhirnya gentayangan mencari sang kekasih. Hantu Ariyah gentayangan juga karena tak sempat meminta maaf dan berpamitan pada ibunya setelah usulnya menjadi jaminan utang berakhir petaka.

Di masa kini, Ariyah yang gentayangan bertemu Yulia, Yudha, dan Tante Mus yang berusaha menghadapi mafia tanah bernama Bos Mintarjo yang mengancam rumah mereka. Dalam prosesnya, hubungan masa lalu dan aroma kayu manis menjadi kunci dalam memecahkan misteri yang melibatkan cinta, dendam, dan keberanian.

“Kita menemukan satu benang merah bahwa sebetulnya hantu yang dianggap hantu adalah bagian dari representasi perasaan manusia yang tidak tersampaikan. Ada banyak hal lain yang bisa digali dari sana,” kata Happy Salma, sutradara sekaligus pendiri Titimangsa.

Konstruksi ulang naskah dan penokohan. Naskah pementasan ditulis oleh penulis sekaligus sastrawan Kurnia Effendi. Karyanya ditampilkan di atas panggung dengan arahan sutradara Joned Suryatmoko dan Heliana Sinaga.

Joned yang berperan sebagai sutradara dan direktur artistik pementasan menyadari bahwa pengalaman manusia dengan cerita hantu sangat beragam. Pengalaman ini, kata dia, semakin termediasi dalam budaya populer mulai dari komik, novel, film hingga video di media sosial.

“Berlimpahnya bahan tentang cerita ini seringkali menumpulkan kepekaan kita pada hantu itu sendiri,” cetusnya,

Karena itu, lanjut Joned, pementasan Ariyah hendak memunculkan kembali pengalaman bertemu cerita hantu lewat medium langsung di atas panggung teater. “Lebih dari pada itu, pementasan Ariyah memberi kita waktu untuk memikirkan ulang siapa dan apa sebenarnya hantu yang ada dalam kehidupan modern sekarang ini,” paparnya.



Baca juga:
Titimangsa Pentaskan Ariyah dari Jembatan Ancol
Ariyah dari Jembatan Ancol: Diskusi Hantu Panggung hingga Pengalaman Imersif

Narasi tentang perempuan merentang zaman. Kisah perempuan seolah tiada habis untuk diceritakan. Kritik serupa terselip dalam pementasan ini.

Sebagaimana disampaikan Heliana, Ariyah dari Jembatan Ancol yang merupakan pertunjukan berbasis legenda urban dilandasi oleh gagasan solidaritas sesama perempuan. Senada, Happy menyinggung tentang sisterhood ini, yang pada akhirnya memberi makna dalam kehidupan sehari-hari.

“Tentang bagaimana mengkolaborasikan sebuah kisah yang dekat dengan kehidupan kita, tapi ternyata jauh. Tentang masa lampau dan masa kini yang memiliki satu frekuensi yang sama. Bentuk dan jaraknya saja yang berbeda. Sifat baik dan buruknya nyatanya punya keselarasan," kata Happy.

Kolaborasi seni teater dan seni peran. Heliana menegaskan, teks dan pemanggungannya hilir mudik antara masa lalu dan masa kini, namun saling berkelindan. “Ini membuat pertunjukan menjadi lebih dinamis dan intens,” paparnya.

Pada saat yang sama, mereka merayakan kerja-kerja keaktoran yang memiliki latar belakang disiplin dan metode keaktoran yang berbeda. Yakni realis, tubuh, musikal, dan komedi. Heliana memastikan kolaborasi apik antara keempat elemen tersebut dengan seluruh tim yang terlibat.

Dalam menampilkan cerita yang mampu memicu ragam emosi dan pengalaman hidup luar biasa dari para karakter, pementasan ini menghadirkan nama-nama besar di panggung teater dan dunia seni peran layar kaca.

Kolaborasi Chelsea Islan, Mikha Tambayong, Ario Bayu, Gusty Pratama, Lucky Moniaga, Derry Oktami, Sarah Tjia, Rahayu Saraswati, Ririn Ekawati, Joind Bayuwinanda, Josh Marcy, dan Siko Setyanto, akan membawakan karakter-karakter kuat penuh emosi untuk menciptakan pengalaman panggung yang menarik dan memukau penonton.


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru