12-tahun-galeri-indonesia-kaya-merawat-tradisi-menyemai-inovasi
Palegongan Kiskenda oleh Bengkel Tari Ayu Bulan | Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation
Art & Culture
12 Tahun Galeri Indonesia Kaya: Merawat Tradisi, Menyemai Inovasi
Devy Lubis
Tue, 14 Oct 2025

Di tengah hiruk pikuk ibu kota, ada sebuah ruang yang senantiasa hidup dan dihidupkan oleh kreativitas generasi muda. Alunan gamelan, lantunan puisi dan irama lagu, pertunjukan drama dan musikal, juga langkah-langkah tari. Sejak terbentuk 12 tahun lalu, Galeri Indonesia Kaya di pusat Jakarta menjadi saksi bagaimana seni dan budaya Indonesia terus berdenyut di antara semangat zaman. 

Didirikan pada 10 Oktober 2013 oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Galeri Indonesia Kaya hadir sebagai ruang publik berbasis digital pertama di Indonesia. Memadukan budaya dan teknologi interaktif. Tak hanya ruang pamer, Indonesia Kaya menjadi rumah bagi anak bangsa ‘bermain sambil belajar’ mengenal kekayaan Nusantara. Semua terbuka untuk umum dan tanpa dipungut biaya. 

“Pelestarian budaya bukan hanya menjaga masa lalu, tapi juga memberi ruang bagi generasi muda untuk menafsirkan dan mengekspresikan budaya Indonesia dengan caranya sendiri,” ungkap Renitasari Adrian, program director Galeri Indonesia Kaya, 9 Oktober 2025.

Selama 12 tahun perjalanannya, Galeri Indonesia Kaya dikunjungi lebih dari 1 juta orang, dan menghadirkan lebih dari 3.000 pertunjukan yang memadukan kekayaan tradisi dengan sentuhan kekinian. Dari teater, teater musikal, tari, monolog, pertunjukan musik, apresiasi sastra, dan kunjungan budaya, lebih dari 1.000 pekerja seni telah menorehkan jejak di panggung kecil nan hangat di jantung pusat perbelanjaan modern di Jakarta Pusat.


Kala Padi oleh Teater Koma 

Panggung yang tak pernah sepi

Dalam perayaan ulang tahun ke-12, Galeri Indonesia Kaya menghadirkan serangkaian pertunjukan istimewa. Panggung dibuka dengan lakon ‘Kala Padi’ karya Teater Koma, kelompok legendaris yang telah berkarya sejak 1977. Cerita tentang Batara Kala dan Dewi Sri itu disuguhkan dengan gaya khas Teater Koma: penuh satire, jenaka, namun sarat makna tentang keserakahan dan keseimbangan alam, pada 4 Oktober lalu. 

Keesokan harinya, pada 5 Oktober, giliran Bengkel Tari Ayu Bulan yang menampilkan ‘Palegongan Kiskenda’, adaptasi Legong klasik karya mendiang maestro Ayu Bulantrisna Djelantik. Gerak lembut penari berpadu dengan iringan gamelan yang mengalun, membawa penonton menyelami kisah perseteruan Subali dan Sugriwa dari epos ‘Ramayana’.

“Galeri Indonesia Kaya bukan hanya menjadi tempat pertunjukan, tapi juga rumah bagi seniman dari berbagai generasi untuk berekspresi, bertukar gagasan, dan berproses, termasuk menjangkau penonton baru,” tutur Ratna Riantiarno, salah satu pendiri Teater Koma yang juga aktif dalam dunia teater dan industri perfilman Indonesia. 

Menari Bersama Indonesia

Tak hanya di Jakarta, semarak ulang tahun Galeri Indonesia Kaya meluas ke seluruh Indonesia lewat gelaran Indonesia Menari 2025, #menaridimall yang digelar serentak di 11 kota akhir pekan lalu (12 Oktober). Lebih dari 8.000 peserta dari berbagai latar belakang bergembira bersama; menari mengikuti irama Nusantara —medley lagu-lagu daerah— dalam format modern, segar, dan inklusif.

Sejak pertama kali digelar pada 2012, Indonesia Menari menjadi bukti bahwa budaya bisa menyatukan semua orang tanpa batas usia, kota, atau profesi. Semangat yang sama pula diusung oleh Galeri Indonesia Kaya: menjadikan budaya sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan. ***

TERKAIT :12 Tahun Galeri Indonesia Kaya: Kala, Nyala, dan Lautan Merah Putih

Share
Sample Banner 1

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru