Penandatanganan nota kesepahahaman ini merupakan tindak lanjut dari peluncuran tema The Future of Blue Carbon : Launch Ceremony for the Joint Development of Algae Carbon Inclusion under the Belt and Road Initiative dalam acara kegiatan tahunan Erhai Forum on Global Ecological Civilization Construction yang diinisiasi oleh China International Communication Group (CICG) dan membahas tentang isu-isu ekologi dan lingkungan dunia, berbagi pengalaman, transformasi hijau serta dihadiri oleh sekitar 300 undangan yang merupakan pemangku kepentingan berpengaruh dari seluruh dunia, diantaranya Perserikatan Bangsa Bangsa, WHO, World Bank, ASEAN, Greenpeace, akademisi, jurnalis serta perwakilan diplomatik dari lebih 30 negara.
Ketua Umum ARLI Safari Azis dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa penandatanganan nota kesepahaman perdagangan karbon dengan Tiongkok ini merupakan langkah aksi yang pertama di dunia untuk merintis hal selama ini sudah ramai diperbincangkan, dimana tujuan utamanya adalah untuk memberikan manfaat lebih kepada pembudidaya rumput laut. Sebagaimana kita ketahui bersama, rumput laut bisa menyimpan CO2 atau karbon 2x lebih banyak daripada tanaman di daratan. Sehingga potensinya sangat besar untuk membantu mengendalikan dampak perubahan iklim yang sedang terjadi di dunia saat ini. Sehingga budidaya rumput laut ini tidak hanya berperan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, penopang hilirisasi dan perolehan devisa negara, akan tetapi juga turut berperan dalam upaya menyelamatkan bumi melalui penyerapan karbon tersebut, demikian pungkasnya.***