Pementasan ‘Bunga Penutup Abad’ di Jakarta tahun ini disiapkan secara berbeda. Sutradara sekaligus penulis naskah Wawan Sofwan menyebutnya perbaruan, bukan perubahan. Alhasil, pembacaan ulang diperlukan demi menyajikan nuansa yang lebih fresh dan menyentuh generasi masa kini.
Dari segi naskah, cerita mengalami sedikit penyesuaian dan dipadatkan sehingga penonton akan mendapatkan sajian karya yang terasa segar. Skenografi panggung juga mengalami perkembangan yang lebih baik. Panggung akan menggunakan sistem dan teknis yang belum pernah diaplikasikan pada tiga pementasan sebelumnya.
“Ada kebaruan pada naskah kita. Ketika kembali menerima tugas sebagai sutradara, saya punya satu tawaran kepada produser, yaitu saya mau utak-atik lagi naskah untuk memperkuat struktur dramatiknya. Ceritanya akan terus relevan bagi zaman sekarang, terutama bagi generasi muda,” kata dia di Jakarta, 15 Agustus 2025.
Alihwahana ini akan menjadi pemantik bagi generasi muda untuk mengetahui apa sebenarnya ‘Bunga Penutup Abad’, roman yang menginspirasi pementasan ini, dan nama pengarangnya. “Dengan demikian, generasi muda akan semakin mengenal karya-sastra sastra Indonesia lebih jauh lagi,” jelasnya.
Meski demikian, Wawan menyadari tantangan yang mereka hadapi seturut perubahan ini. Misalnya, mengemas apik 15 adegan (dari 100 adegan yang didedah dari buku) secara mengalir, dengan tetap menyisipkan sesuatu yang baru.
“Bentuk panggung juga berbeda … revolving stage lebih enak ditonton dan menawarkan dimensi visual yang lain,” imbuhnya.
Komposisi pemeranan juga mengalami perbedaan. Tokoh Nyai Ontosoroh yang pada 2018 diperankan oleh Marsha Timothy, pada tahun ini akan dihidupkan oleh Happy Salma. Jean Marais, yang sebelumnya dimainkan oleh Lukman Sardi, akan diperankan oleh Andrew Trigg. Sedangkan Sajani Arifin akan menggantikan Sabiya Arifin untuk menghidupkan karakter May Marais.
“Saya berharap pementasan ini menjadi pengingat untuk terus mengapresiasi karya sastra Indonesia dan meningkatkan daya literasi anak bangsa,” terang Happy Salma yang menginisiasi Titimangsa (wadah bagi ragam minat yang berhubungan dengan karya seni pertunjukan, sastra, sejarah, dan budaya tradisi Nusantara) sejak 2007 silam.
“Dengan menonton ‘Bunga Penutup Abad’, kita semakin menghargai dan berempati kepada sesama manusia, serta semakin mencintai Tanah air ini, terlebih pada bulan peringatan 80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia,” kata dia.(*)