indonesia-ambil-bagian-dalam-brics-fashion-summit-2025
Model membawakan rancangan desainer Deden Siswanto. | Indonesian Fashion Chamber.
Fashion
Indonesia Ambil Bagian dalam BRICS+ Fashion Summit 2025
Devy Lubis
Sun, 17 Aug 2025

Indonesia menegaskan komitmen peran aktif dalam ekosistem fesyen global dengan mengirim 4 delegasi terpilih dalam perhelatan BRICS+ Fashion Summit 2025 di Moskow, Rusia, 28-30 Agustus 2025.

Partisipasi ini merupakan bagian dari rangkaian kolaborasi dengan Russian Fashion Council sejak 2021. Kerja sama terus berkembang dalam semangat pertukaran budaya, pengetahuan, dan peluang industri antara Indonesia dan negara-negara anggota BRICS+.

Keempat delegasi Indonesia tersebut adalah Ali Charisma selaku advisory board Indonesian Fashion Chamber (IFC), Taruna K. Kusmayadi selaku perwakilan dari Original Fashion Creation (OFC), Liliek Setiawan selaku wakil ketua dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Rizal Tanzil Rakhman, government relations & sustainability executive dari PT Pan Brothers Tbk.


Mewakili IFC, Ali Charisma akan tampil sebagai pembicara dalam sesi diskusi panel yang membahas potensi besar pasar fesyen Asia, khususnya sektor modest yang berkembang pesat. Ia akan mengangkat bagaimana Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, menjadi pusat inovasi dan ekspor untuk modest fesyen global.

“Kita akan bicara tentang fesyen Indonesia dan pengaruhnya di dunia,” ujarnya.

Selain itu, kata Ali menambahkan, “Pasar di Rusia itu beda, jadi kita bisa saling belajar. Surprisingly, banyak potensi pasar modest di Rusia, termasuk wastra, sebagai alternatif pasar di luar Amerika dan Eropa.”

Sebagai tokoh penting dalam dunia akademisi dan desain fesyen, Taruna K. Kusmayadi akan membahas kekayaan tekstil wastra Indonesia. Fokus pada kerajinan tangan (handmade textiles) dan potensi pengembangannya secara akademik dan industri. Diskusinya akan menyoroti pentingnya pelestarian budaya sekaligus peluang ekonomi dari tekstil tradisional.

“Indonesia itu kaya, baik kain tradisionalnya maupun budayanya. Walaupun bersifat tradisional, kain bisa diramu menjadi desain kontemporer dan kekinian. Maka, dunia juga harus tahu bahwa wastra yang banyak ragamnya itu tidak hanya disimpan, atau sekadar dipakai begitu saja,” jelas Tarun.

Dalam forum ini, Liliek Setiawan akan mengangkat kapasitas industri tekstil dalam negeri yang memiliki daya saing tinggi di pasar internasional. Ia juga akan mengulas strategi hilirisasi dan penguatan rantai pasok tekstil nasional untuk mendorong pertumbuhan sektor fashion Indonesia secara menyeluruh.

Sebagai wakil dari sektor manufaktur, Rizal akan membawakan materi mengenai kemampuan dan komitmen industri manufaktur fesyen Indonesia dalam menerapkan prinsip keberlanjutan (sustainability).

Kehadiran empat delegasi ini tidak hanya menunjukkan kekuatan Indonesia dalam berbagai aspek industri fesyen --mulai dari budaya, akademik, hingga industri dan manufaktur-- tetapi juga menandai peningkatan peran diplomasi fesyen Indonesia dalam percaturan global, khususnya di kawasan BRICS+.

Kerja sama ini diharapkan terus membuka peluang kolaborasi antarnegara, mendorong program tukar desainer, kolaborasi produksi, hingga penguatan branding fesyen Indonesia di pasar dunia.(*)


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru