pasar-unik-di-tengah-kebun-bambu
Pasar Kebon Watu Gede, Magelang | Foto Muhammad Zaki
Destination
Pasar Unik di Tengah Kebun Bambu
By Admin
Thu, 22 Sep 2022

Pasar yang hanya buka pada hari Minggu Legi dan Minggu Pahing menurut penanggalan Jawa ini nyatanya menjadi magnet yang mampu memikat minat para pelancong untuk merapat.

Bermula dari informasi saudara saat kami berkunjung ke rumahnya, ada pasar yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Pasar ini tidak seperti pasar pada umumnya karena hanya buka pada hari Minggu Legi dan Minggu Pahing saja.

“Anak-anak karo bojomu bakal seneng banget nek tok jak dolan mrono,” kata saudara tersebut dalam bahasa Jawa yang dapat diterjemahkan bahwa anak-anak dan istri akan sangat senang jika diajak bermain ke pasar itu. Penyampaian informasi yang begitu meyakinkan tersebut tak terasa sangat memengaruhi hasrat saya untuk membuktikannya. Apalagi lokasi pasar tersebut tidak jauh dari rumah saudara tersebut.

Tanpa membuang waktu lagi, kami pun segera meluncur menuju pasar tersebut. Ya, Pasar Kebon Watu Gede, begitu mereka menamakan pasar itu.  Pasar Kebon Watu Gede ini berada di Dusun Jetak, Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Provinsi  Jawa Tengah. Hanya sekitar 5Km dari Kota Magelang.

Menuju pasar ini cukup mudah, gerbang utama yang terbuat dari bambu bertuliskan Pasar Kebon Watu Gede terlihat cukup jelas di pinggir jalan Bandongan-Windusari. Nah, kendaraan baik mobil maupun motor hanya bisa sampai di sini saja. Jangan kuatir, terdapat lahan parkir yang cukup luas.

Setelah memarkir kendaraan, kami segera melanjutkan perjalanan menuju pasar tersebut. Jarak dari tempat parkir ke pasar ini sekitar 900 meter, dapat ditempuh dengan menyewa ojek seharga Rp.2.000,-, atau menunggang kuda seharga Rp.30.000,-, bisa juga berjalan kaki. Karena membawa anak kecil, kami memutuskan untuk menyewa ojek.  


Perjalanan singkat dari tempat parkir menuju pasar ini sangat menarik. Di jalan selebar 1,5 meter ini membelah hamparan sawah dan melewati pepohonan bambu. Di sepanjang jalan, dibuat berbagai hiasan dan aksesoris yang bisa dijadikan tempat selfie. Seperti  anyaman bambu yang digantung di tengah jalan dengan bambu di kiri kanan jalan. Kemudian ada juga beberapa gazebo kecil atau gubuk-gubuk bambu di pinggir jalan. Bisa untuk sekadar istirahat melepas lelah, atau untuk berfoto-ria dengan latar sawah maupun Gunung Sumbing. Berbagai titik menarik sepanjang jalan ini membuat perjalanan menuju pasar tidak membosankan. Mendekati lokasi pasar yang penuh dengan pohon bambu, suara gemericik air dari sungai di sekitar lokasi seakan  menyambut kedatangan kami.

Suasana sejuk langsung terasa bagitu kami masuk area Pasar Kebon Watu Gede ini. Menariknya, pasar ini terletak di tengah-tengah hamparan sawah pedesaan dengan pemandangan gunung Sumbing di sebelah barat dan Gunung Merapi serta Merbabu di sebelah Timurnya. Gubuk-gubuk yang terbuat dari bambu menjadi tempat jualan. Rindangnya rumpun bambu membuat siapapun yang datang akan merasa teduh dan nyaman.

BACA JUGA :

Untuk berbelanja di pasar ini kita harus membeli benggol / koin yang terbuat dari kayu khusus. Nilai per benggol  setara Rp.2000,-. Pengunjung harus menukarkan uang rupiahnya dengan benggol yang terletak di pintu masuk. Benggol yang sudah dibeli tidak bisa ditukar uang kembali. Jika benggol tidak habis pada hari itu, bisa dibelanjakan pada bukaan pasar berikutnya.

Setelah menukar uang dengan benggol, kami berkeliling mencari barang maupun makanan sesuai selera masing-masing. Pasar ini menyajikan ragam kuliner tradisional dan barang-barang tradisional lainnya. Pasar Kebon Watu Gede ini dibagi menjadi dua area. Sebelah selatan untuk jenis kerajinan mainan berbahan kayu dan baju. Deretan kulinernya seperti, gudeg, soto, aneka jenis sate, kletikhan, dan lain sebagainya. Sedangkan di sebelah utara untuk jenis makanan manisan/ legian dan aneka jajanan tempo dulu seperti kue cucur, lopis, es dawet, lanting, rondo kemul, dan masih banya lagi ragamnya.

Harga kuliner terjangkau yaitu antara 1 sampai 10 benggol.  Nah, menariknya lagi adalah para pedagangnya mengenakan pakaian tradisional. Pengunjung pun tidak hanya berasal dari daerah Magelang, melainkan ada yang dari luar kota Magelang seperti, Semarang, Yogyakarta, bahkan ada juga yang dari Jakarta.

Jika diperhatikan, konsep ramah lingkungan diusung dalam pasar ini. Di antaranya pengunjung pasar ini dilarang merokok, piring atau alas makan terbuat dari daun, batok kelapa,  atau gerabah.  

Kenangan masa kecil menyeruak ketika melihat deretan mainan tradisional yang dijajakan. Demikian juga deretan kuliner khas yang mungkin sudah mulai jarang kita temukan di kota-kota besar turut membangkitkan selera lama. Bagi anak-anak yang diajak berkunjung ke pasar ini, mereka dapat mengenal salah satu dari ragam kekayaan budaya yang ada di Indonesia. Sementara bagi orang tua, sudah tentu nostalgia!

BACA JUGA :

TEKS dan FOTO : Muhammad Zaki

 


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru