kitaberkebaya-indonesia-kaya-gandeng-250-perempuan-rayakan-identitas
Film pendek #KitaBerkebaya diluncurkan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, 22 Juli 2025. | Dok: Bakti Budaya Djarum Foundation
Fashion
#KitaBerkebaya: Indonesia Kaya Gandeng 250 Perempuan Rayakan Identitas
Devy Lubis
Wed, 23 Jul 2025

Setelah merilis ‘Kebaya Kala Kini’ pada 2024, Indonesia Kaya Kembali meluncurkan film pendek dalam rangka memperingati Hari Kebaya Nasional tahun ini. Karya sinematografi terbaru tersebut berjudul #KitaBerkebaya, yang dapat disaksikan di kanal YouTube Indonesia Kaya bertepatan dengan Hari Kebaya Nasional, 24 Juli 2025.

Film pendek #KitaBerkebaya menyampaikan beragam ekspresi tentang kebaya. Bukan hanya sebagai simbol masa lalu semata, melainkan sebagai entitas yang hidup dan terus berkembang seiring waktu.

Melalui sudut pandang perempuan, karya ini menelusuri dinamika kebaya sebagai bagian dari perjalanan dan transformasi perempuan Indonesia. Lebih dari sekadar busana, kebaya ditampilkan sebagai identitas budaya yang relevan, bahkan di era modern, dengan potensi besar untuk dikenakan dalam berbagai aktivitas, baik dalam konteks keseharian maupun dalam forum berskala nasional hingga internasional.


Bramsky yang kembali dipercaya menggarap project ini mengungkapkan, melalui film ini pihaknya ingin menggambarkan kebaya sebagai sesuatu yang hidup, bukan beku. “Sesuatu yang bisa marah, bisa lembut, bisa keras kepala, bisa penuh kasih, seperti perempuan itu sendiri,” ungkapnya melalui keterangan tertulis.

Film ini, lanjutnya, menjadi ruang di mana perempuan dapat menyuarakan sikap. Bukan lewat teriakan, melainkan melalui benang dan kain yang dikenakan dengan penuh keyakinan. “Kami ingin orang melihat bahwa kebaya juga merupakan saksi perjalanan hidup perempuan yang mengiringi dari masa ke masa, mencerminkan kebijaksanaan dan keindahan yang tumbuh bersama waktu, terus berevolusi namun tetap setia pada jati dirinya.” 

“Kebaya adalah cerminan perjalanan, sekaligus pernyataan sikap,” tegasnya.

Film ini didukung oleh penampilan sejumlah nama besar di industri seni dan hiburan Indonesia. Selain Maudy Ayunda yang didaulat sebagai sosok sentral dalam cerita, nama-nama seperti Andien, Dian Sastrowardoyo, Lutesha, Tara Basro, Eva Celia, dan Raihanun hadir memberikan warna sesuai karakter yang diperankannya. Juga artis senior Maudy Koesnaedi dan Titi Radjo Padmaja.

Penggarapan film ini turut melibatkan sedikitnya 250 perempuan dari berbagai komunitas. Antara lain komunitas Kebaya Menari, Abang None Jakarta, Putra Putri Batik, Lestari Ayu Bulan dari Bali, hingga para peserta program Intensif Musikal Budaya dari berbagai daerah di Tanah Air.

Sebagaimana diungkapkan desainer Hagai Pakan, keterlibatan perempuan yang memang aktif berkebaya setiap hari atau tidak ragu mengenakan kebaya pada momen-momen penting hidup mereka, membuat lapisan-lapisan karakter yang dimainkan semakin kuat. Hal tersebut tecermin pula dalam seleksi bahan, warna, dan styling yang dilakukan Hagai. Ia sengaja menonjolkan keragaman warna secara lebih colorful sebagai representasi kebhinekaan.


Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan, sebagai simbol budaya yang terus berevolusi, kebaya tidak lagi hanya dikenakan untuk mengenang masa lalu, tetapi juga untuk menyuarakan masa kini dan masa depan perempuan Indonesia.

“Melalui film pendek ini, kami ingin membangkitkan kesadaran kolektif bahwa mengenakan kebaya adalah tindakan yang sarat makna, yakni tentang keberanian merawat tradisi, serta merayakan identitas dengan percaya diri di tengah perubahan zaman.”

Renita juga berharap upaya berkala mengangkat esensi kebaya dalam berbagai platform dapat menjadi salah satu titik kekuatan ekonomi yang memberdayakan, baik dari penjual kain, penjahit, pembatik, perancang busana, hingga pelaku industri kreatif lainnya di seluruh Indonesia.



Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru