Edisi keempat Jakarta International Photo Festival berakhir hari ini, Minggu 24 September 2023. Event ini merangkum 72 acara tujuh lokasi seputar Blok M, Jakarta Selatan. Termasuk M Bloc Space, Teater Bulungan, dan Mal Blok M sejak 8 September lalu.
Perdana digelar pada 2019, JIPFest telah menjadikan Jakarta sebagai muara pertemuan tahunan untuk praktisi foto dan pelaku industri kreatif dari berbagai negara. Festival ini juga terus berusaha mendekatkan fotografi pada audiensnya. Ruang-ruang termasuk gedung teater, pusat perbelanjaan, hingga ruang kreatif menjadi arenanya.
Generasi dan Isu-isu yang Membumi. Di setiap edisinya, JIPFest menampilkan karya-karya fotografi berisi isu-isu yang dekat dengan masyarakat kontemporer. Tahun ini, tema yang diusung adalah Generation. Sebuah usaha untuk menyoroti pengalaman antar generasi yang memengaruhi perspektif mengenai isu sosial, politik, ekonomi, maupun personal.
Pameran foto tahun ini dipusatkan di Mal Blok M. Pusat perbelanjaan ikonik di Jakarta. Pameran menghadirkan karya 24 seniman dan fotografer dari 13 negara. Hasil pilihan tim kuratorial yang terdiri dari Asep Topan, Bas Vroege (Belanda), dan Ng Swan Ti.
Karya-karya yang terpilih untuk ditampilkan dalam pameran dianggap berhasil menampilkan narasi yang jarang dibicarakan. Pembentukan generasi lewat masa lalu yang getir, masa kini yang dinamis, dan masa depan yang penuh spekulasi.
Asep Topan, kurator, mengatakan banyak cerita yang mendorong mereka untuk merenungkan gagasan seputar Generation. “Tidak hanya dalam skala besar tetapi juga dari perspektif pribadi,” cetusnya.
Publikasi dan Literasi. Pameran dumi buku dan zine foto yang diseleksi lewat Photo Book Dummy Awards digelar. Ini prakarsa baru untuk mendukung literasi visual dan publikasi foto di Indonesia.
Dari 48 dumi kiriman, tim juri yang terdiri dari Howard Brawijaya (Direktur Harapan Prima Printing), Kurniadi Widodo (fotografer dan edukator), dan Ng Swan Ti (Pannafoto Institute) memilih 17 dumi sebagai finalis.
Vandy Wijaya (Yogyakarta) dengan dumi buku berjudul “Sampai Semua Pucat Pasi” diumumkan sebagai pemenang pada Opening Ceremony JIPFest, 8 September lalu.
JIPFest 2023 menampilkan lebih dari 100 bintang tamu dari berbagai negara, termasuk Kimberly dela Cruz (Filipina), Gaia Squarci (Italia), Brendan Embser (Amerika Serikat), Tadas Kazakevičius (Lithuania), AikBeng Chia (Singapura), Gerald van der Kaap (Belanda), Hajime Kimura (Jepang), Ranita Roy (India), serta Pierre-Jérôme Jehel (Prancis).
Dari dalam negeri, tampil beberapa fotografer antara lain Erik Prasetya, Davy Linggar, Deby Sucha, Prabumi Vega, Boy T Harjanto, Firman Ichsan, Jessica Candradi, Johnny Hendarta, Ketua FPSI (Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia), serta Romi Perbawa.
Foto Cetak dalam Kenangan? Salah satu program rintisan dalam festival, Indonesia Photo Fair, kembali hadir untuk memasarkan karya foto dalam format cetak (photo prints) dan terbitan (buku, zine).
Dimulai pada 2022 lalu, bursa foto ini dirancang untuk menumbuhkan budaya koleksi foto dengan mempertemukan praktisi fotografi dan pasar. Total ada 34 judul buku dan 67 foto cetak yang dipasarkan di area Creative Hall, M Bloc Space dari 8-20 September.
Karya-karya ini dikurasi oleh Windi Salomo selaku Direktur Artistik.
Jalan Kaki di Blok M: Sebuah Nostalgia. Setiap pagi di akhir pekan, JIPFest mengadakan dua jenis tur fotografi. Urban Photo Tour (street photography) dan Festival Tour (tur pameran dan wisata keliling Blok M). Empat mentor Urban Photo Tour—AikBeng Chia, Deby Sucha, Gathot Subroto, dan Sigit “Zero” Handoko—mengajak penggemar street photography jalan-jalan berburu foto.
Sementara dalam Festival Tour, tim kuratorial JIPFest bersama Ade Putri (pencerita kuliner) dan Jakarta Good Guide (JGG) memandu peserta menjelajahi Blok M dengan mata dan lidah.
Isu Sosial dalam Bingkai Foto. Akhir pekan juga dinilai sebagai momen terbaik membahas isu-isu sosial, politik, dan teknologi melalui lensa fotografi dalam rangkaian program wicara.
Artist Talk menyediakan platform untuk seniman dan fotografer mempresentasikan karyanya, Discussion membedah isu-isu di dunia fotografi, sementara Public Lecture menampilkan figur-figur inspiratif yang memberi kuliah terbuka seputar tren dan isu besar di dunia fotografi.
Cristian Rahadiansyah, Direktur JIPFest, mengatakan pada edisi keempat ini, JIPFest mulai menjadi barometer perkembangan fotografi di Indonesia dan Asia Tenggara. Festival ini menyajikan karya-karya yang relevan untuk publik, sekaligus memberi ruang bagi praktisi dari berbagai negara untuk berjejaring, mempelajari kemampuan baru, serta mendapat akses pendanaan dan saluran pemasaran karya.
“Setelah lima tahun, JIPFest akan berubah menjadi pergelaran bienial. Selamat menikmati festival, dan sampai jumpa di 2025.”
**