jenderal-ewako
| Ai Generated
Jenderal Ewako
Rusman Madjulekka
Fri, 12 Dec 2025

AUDITORIUM Baruga Andi Pangerang Pettarani Universitas Hasanuddin (Unhas) di Makassar, Sulawesi Selatan mendadak riuh. Terdengar pekik memecah keheningan dan melecut semangat para audiens yang hadir acara kuliah umum pagi itu, Selasa (9/12/2025): “Ewako!” 

Saya yang mengikuti melalui live streaming mencatat setidaknya dua sampai tiga kali jargon penyemangat itu diselipkan di beberapa bagian pemaparan materinya. Pembawa materi kuliah umum hari itu adalah Jenderal TNI (purn) Sjafrie Sjamsoedin, Menteri Pertahanan Republik Indonesia.   

Kembali ke sosok Jenderal Sjafrie, saya agak terkejut. Saya tak menyangka. Meskipun sudah berkelana di dunia militer puluhan tahun dengan berbagai penugasan dan karier yang moncer, ternyata ia tidak kehilangan ciri khasnya yang ramah, sederhana, dan kerap menyapa “Ewako”.

Frasa “Ewako” itu adalah kata pembakar semangat khas masyarakat Bugis-Makassar. Untuk menyemangati “jagoannya” pada suatu lomba acara pertandingan atau adu “kekuatan”. Seperti sepak bola, adu ayam, pencak silat, dan lain sebagainya.

Saya pun mencatat bertambah lagi senior yang meski wajahnya terkesan serius ala militer, namun tak pernah lupa meneriakkan yel khas Bugis-Makassar: Ewako! Bukan hanya kepada teman-temannya sekampung, tetapi juga kadang kepada umumnya wartawan yang dia kenal karena Sjafrie pernah jadi Kapuspen TNI di era orde baru. 

Jargon Ewako, dalam bahasa Bugis-Makassar, artinya, "lawan!". Namun, makna persisnya adalah "tetap bersemangat" atau “jangan menyerah”. Semangat besar seperti yang selalu tampak melekat pada dirinya, ini mirip dengan jargon “Wani” yang dikenal oleh warga Surabaya dan Jawa Timur.    

Kata Ewako pertama kali dipopulerkan oleh seorang yang berlatar militer bintang dua, Zainal Basri Palaguna. Pada masa itu ia menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan. Tak hanya dalam naskah pidato, hampir semua program kerja Pemda pada masa itu selalu diselipi teks Ewako.

Namun, sumber lain menyebutkan bahwa kata “Ewako” muncul dan diperkenalkan pertama kali oleh H.M.Daeng Patompo, eks Walikota Makassar. Saat itu, ia sedang menyaksikan klub kebanggaannya “PSM Makassar,” berlaga pada partai puncak kompetisi Perserikatan di stadion utama Senayan, Jakarta. Berulang kali ia berteriak lantang “Ewako” dari tribun, memberi semangat tanding bagi pasukan Ramang. Tak peduli penonton yang duduk disekitarnya pendukung tim lawan. Banyak saksi saat itu, termasuk Jusuf Kalla.   

Dengan jargon Ewako, Sjafrie berhasil menciptakan momen kuliah umum itu menjadi ruang dialog kebangsaan yang hidup dan penuh semangat, terutama bagi para mahasiswa yang memadati auditorium hingga balkon. 

Dalam acara itu ia secara khusus “memprovokasi” para mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa agar memiliki sikap “berani” dan pantang menyerah dalam situasi apa pun. Karena hanya dengan berani, para mahasiswa bisa menunjukkan “solusi praktis” hasil olahan intelektual mereka.

Karena itu, dengan spirit “Ewako”, Sjafrie mengajak para mahasiswa Unhas untuk tidak hanya menjad ‘safety player” tapi “risk taker”. “Saya bermaksud  menyemangati adik-adik semua,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Menhan Sjafrie tak lupa mengingatkan pentingnya menjaga dan merawat Universitas Hasanuddin (Unhas) sebagai salah satu simbol pemersatu bangsa, khususnya yang tumbuh dan berkembang di Indonesia Timur. 

Unhas bukan sekadar institusi pendidikan, tetapi ruang strategis yang merepresentasikan persatuan nasional dan keberagaman Indonesia. 

“Kita harus menjaga Universitas Hasanuddin ini sebagai universitas yang menjadi simbol persatuan nasional yang berasal dari Indonesia Timur,” pesan Sjafrie. ***


Share
Nyonya Secret

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru