jelajah-kepala-langit-indonesia
Perjalanan menantang menuju Puncak Cartenz oleh tim Sakuntala yang bekerjasama dengan Lion Air | Dok Sakuntala
Destination
Jelajah Kepala Langit Indonesia
By Admin
Wed, 09 Nov 2022

Carstensz merupakan salah satu puncak tertinggi di dunia. Badai di sepanjang pendakian menuju Puncak Carstensz memberikan pembelajaran mendaki gunung tinggi bersalju.

Pegunungan Jayawijaya adalah rangkaian pegunungan yang membujur di Provinsi Papua Tengah, Indonesia. Pegunungan Jayawijaya merupakan rangkaian pegunungan tertinggi di Indonesia, dengan puncak tertingginya yaitu Puncak Carstensz (4.884 meter dari permukaan laut). 

Di puncak pegunungan Jayawijaya terdapat salju abadi yang jumlahnya semakin menipis akibat pemanasan global. Selain Puncak Carstensz, Pegunungan Jayawijaya memiliki beberapa puncak lain yang lebih rendah, yaitu Puncak Mandala 4.760 mdpl, Puncak Trikora 4.730 mdpl, Puncak Idenberg 4.673 mdpl, Puncak Yamin 4.535 mdpl, dan Puncak Cartenz Timur 4.400 mdpl


Diiringi oleh doa serta tekad yang bulat, kami berangkat dari Kampus STEI Rawamangun pada pukul 14.30 WIB dengan Official Team Carstensz serta beberapa BPH ( Badan Pengurus Harian ) SAKUNTALA menuju Bandara Internasional Soekarno – Hatta, Tangerang. Jadwal take off pesawat kami pada pukul 22.00 WIB dan alhamdulillah kami landing untuk transit dengan  di Bandara Internasional Sultan Hasanudin, Makassar pada pukul 01.00 WITA.

Setelah itu lanjut perjalanan menuju Bandara Internasional Moses Kilangin, Timika. Jadwal pesawat kami Take off pada pukul 02.00 WITA dan Landing pada pukul 06.00 WIT dengan perbedaan batas waktu sejam antara WITA dengan WIT. 

ARTIKEL TERKAIT:


Setelah itu kami menuju tempat penginapan untuk beristirahat dan mempersiapkan untuk berangkat keesokan harinya, semoga cuaca terus mendukung perjalanan kami, Aamiin.

Pendakian dimulai dari Lembah Kuning dengan ketinggian 4.200 mdpl pada pukul 04.00 WIT. Menyusuri Lembah Kuning sampai bertemu dengan dasar dinding Carstensz, dengan teknik Ascending (mendaki menggunakan alat jumar pada lintasan tali) dengan ketinggian 600 meter dengan panjang lintasan 1,2 km. Untuk pengawalan kami sudah ditantang sekitar 4 bagian, sampai dengan ke teras besar pada ketinggian 4.600 mdpl. 

Terasa menegangkan dan menantang bagi kami, ketika salah satu bagian jalur menuntut skill jumaring tanpa menapak bumi, meski jaraknya hanya dengan 50 meter. Di teras besar cuaca sudah tidak menyambut kami dengan ramah, kami diterpa badai angin beserta hujan es halus yang seakan memaksa kami untuk menyerah tetapi dengan mental dan fisik yang kuat kami tetap melanjutkan perjalanan setelah beristirahat sesaat di sana.

Kami melanjutkan perjalanan secara berurutan dengan diawali pemandu kami dan disusul oleh Mazin, Faiz, Fikri dan diakhiri oleh dokumenter kami, kami melakukan perjalanan selama 1 jam hingga kami sampai di pertengahan antara teras besar dan summit ridge untuk beristirahat sejenak.


Setelah beristirahat kami melanjutkan perjalanan melewati punggungan demi punggungan yang cadas menuju jembatan Burma Bridge yang sangat ditakuti atau menjadi momok para pendaki Puncak Carstensz Pyramid. 

Menyebrangi Burma Bridge adalah salah satu dari sekian banyak tantangan naik gunung ini. Menurut kami, ini adalah menyebrang patahan yang lebar nya kurang lebih 30m dengan ketinggian kurang lebih 500m ke bawah. Mungkin bisa lebih atau juga kurang. 

1 sling yang aku pakai buat menjejakkan kaki menyebrangi jembatan ini dan 2 sling kanan dan kiri untuk pegangan, serta 2 costel carabiner ketika berjalan, sling untuk pijakan kaki selalu bergoyang, walaupun difoto salah satu tim kami masih bisa tersenyum, jantung kami juga bekerja lebih cepat dan mulut hanya bisa mengucap do`a. Belum lagi angin yang bertiup kencang menambah kencang goyangan tali saat itu. Intinya hanya yakin dan fokus. 



Setelah melewati Jembatan yang menggoncangkan jantung tim kami, kami melanjutkan perjalanan melewati celah – celah cadas hingga akhirnya sampai pada punggungan terakhir untuk menuju Puncak Carstensz Pyramid yang luas puncaknya tidak begitu luas datarannya.

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, perjuangan yang kami lakukan dari awal seleksi sampai dengan seleksi tahap akhir, kurang lebih 1 tahun kami melakukan persiapan untuk ekspedisi ini, yang dilatih oleh instruktur kami yaitu, Bangray Saut Sinaga, Alhamdulillah, kami sampai di Puncak Carstensz Pyramid pada pukul 11.20 WIT, pada tanggal 29 September 2022. 

Summit attack dari terbit fajar hingga matahari terang  dan tidak lupa diselingi kabut diatas yang begitu tebal  dan disepanjang perjalanan kami tidak lepas dengan tali untuk pengaman akhirnya terbayarkan.

Catatan Perjalanan: Tim Sakuntala

BACA JUGA:



Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru