jatuh-cinta-di-misool
Keindahan bawah laut Misool | foto Michael Waleleng
Destination
Jatuh Cinta di Misool
By Admin
Sat, 20 Aug 2022

Text : Tintin Ryanti - Fotografer : Michael Waleleng

Bisa dibilang, hampir semua sudut di Papua serta Papua Barat pernah dikunjungi Kapolri Jenderal (Pol) Muhammad Tito Karnavian, bersama Ibu Tri Suswaty, selama menjabat Kapolda Papua saat itu. Di sini pula pertama kali Ibu Tri Tito Karnavian jatuh cinta dengan olahraga selam.

‘’Tidak pernah terpikir oleh saya bahwa saya akan mencintai olahraga ini. Saat kali pertama belajar menyelam di Misool, saya menemukan dunia yang sangat indah di ‘bawah’ sana dan, sayang sekali, kalau saya tidak dapat menikmatinya,’’ ujar Ibu Tri Tito.

Kali ini perjalanan kami menuju Misool, Kabupaten Raja Ampat, yang pas dikunjungi antara bulan Oktober hingga awal Mei. Beberapa tahun belakangan perjalanan menuju Raja Ampat pun jauh lebih mudah dan singkat. Maskapai Batik Air menyediakan penerbangan langsung Jakarta–Sorong.  

Tiba di Sorong pada pagi hari, Ibu Tri Tito bersama rombongan langsung melanjutkan perjalanan menuju Misool dengan speedboat yang memakan waktu tempuh sekitar tiga hingga empat jam.

Cuaca saat itu sangat bersahabat, sehingga membuat perjalanan kami sangat menyenangkan. Laut tampak seperti kolam. Sesekali terlihat lumba-lumba berlompatan di kejauhan, seolah suka cita mengiringi perjalanan kami.

Tanpa terasa, kami pun tiba di tempat yang akan ditinggali beberapa hari selama di Misool. Berbeda dengan Distrik Waigeo, penginapan di Misool masih terbatas. Oleh karena itu, yang banyak dilakukan penyelam lain adalah menggunakan kapal Phinisi atau yang biasa disebut Live on Board (LoB).

Dengan LoB, penyelam lebih leluasa menjangkau titik-titik penyelaman di Misool.  Biasanya LoB akan membawa para penyelam mulai dari pelabuhan di Kota Sorong.


Misool merupakan salah satu tujuan utama para penyelam dunia. Rakyat Indonesia sangat beruntung memiliki alam yang luar biasa indah ini. Berada di kawasan khatulistiwa serta ring of fire, Indonesia juga memiliki dunia bawah laut yang spektakuler.

Kali ini kami akan menyelam di beberapa tempat favorit para penyelam dan, tentunya, juga berkunjung ke beberapa tempat wisata lainnya saat surface interval. Titik penyelaman pertama di sekitar dermaga Misool Echo Resort (MER). Bisa dikatakan, MER adalah resor pertama di Misool.  

Misool Foundation Baseftin (Yayasan Misool Baseftin) didirikan oleh pasangan berkebangsaan Inggris dan Swedia, Andrew dan Marit Miners. Tujuan mereka adalah menjaga ekosistem habitat laut di Misool.

Kepada Ibu Tri Tito, Andrew menceritakan dengan penuh semangat awal mula memutuskan mengambil alih resor yang dulunya adalah tempat pemotongan hiu untuk diambil siripnya. Andrew lantas membangun resor serta mengajak penduduk lokal bekerja sama menjaga kelangsungan ekosistem di Misool. Yayasan Misool Bestfin pun kini semakin berkembang.

Tidak jauh dari MER terdapat pulau lain khusus untuk lokasi penangkaran hiu serta pengelolaan sampah. Di pulau ini kami istirahat makan siang.

Karena MER merupakan kawasan konservasi, tidak semua penyelam bisa menyelam di sini, sehingga ikan-ikan di sekitar MER juga ‘’sangat sehat’’. Kami pun bisa bertemu hiu sirip putih, krapu macan, bahkan ikan napoleon dalam ukuran yang lumayan besar.

Dalam kesempatan ini pula Ibu Tri Tito mengajak jajaran ibu-ibu Bhayangkari bahu-membahu dengan MER untuk bersama-sama mengatasi masalah sampah serta menjaga keamanan di perairan Misool dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Penyelamatan berlanjut ke titik berikutnya di Karangan Bayangan. Di sini kami juga disuguhi pemandangan bawah laut yang indah. Lagi-lagi, kami bisa bermain bersama ikan napoleon.

Pada perjalanan kembali ke penginapan, kami singgah di Gua Keramat yang selama ini jarang dikunjungi wisatawan luar. Kebanyakan justru wisatawan dari sekitar Misool. Disebut Gua Keramat karena pada pintu atas gua tampak tulisan ‘’Allah’’ dalam huruf Arab yang terbentuk secara alami.

Selain itu, di tempat ini juga terdapat dua buah makam. Menurut Pak Harun Sapua, salah satu tokoh masyarakat Muslim di Misool, makam-makam itu adalah makam Syekh Abdurrahman bin Alwi al Misri dan istri. Mereka datang dari Seram–Banda untuk menyebarkan Agama Islam.

Beda dengan namanya yang mungkin mengesankan ‘’angker’’, pemandangan di gua tersebut sangat cantik. Selain itu, dalam perjalanan menuju gua tersebut pengunjung juga akan melewati Benteng Jou Mangopa, yaitu rimbunan pepohonan yang sengaja dibuat masyarakat setempat.

Pada hari berikutnya, kami menuju titik-titik penyelaman lain, yaitu Nudie Rock dan Bow Window.  Masing-masing titik penyelaman menyuguhkan pemandangan bawah laut yang luar biasa indah. Nudie Rock memiliki lanskap yang teramat cantik. Sea fan yang ‘’sangat sehat’’ bisa ditemukan. Rasanya kami ingin berlama-lama di sini. Namun, sebagai penyelam yang memiliki keterbatasan, tentu kami harus melakukan penyelaman sesuai prosedur.

Bow Window. Di sini Ibu Tri Tito bisa bernostalgia. Di sinilah kali pertama beliau menyelam, lantas jatuh cinta dengan olahraga satu ini.

Di Bow Window kami bertemu beragam biota laut, mulai dari penyu, bump head fish, yellow fin, yellow fin, dan banyak lagi. Mereka tidak terganggu oleh kehadiran kami di habitatnya.   

Tidak puas hanya menikmati alam bawah lautnya, kami merapat ke Yapap. Sebuah tempat yang wajib dikunjungi karena pemandagannya sungguh luar biasa dan sulit diungkapkan. Melihat dan merasakan langsung merupakan cara terbaik untuk menikmati keindahannya. Jangan lupa membawa peralatan snorkeling dan pelampung agar puas menjelajah perairan di Yapap.

Banyak hal kami sukai saat pergi dan berada di sejumlah lokasi menyelam. Jika ada yang kurang kami sukai, tiada lain adalah momen saat kami harus meninggalkan tempat-tempat tersebut. Pada akhirnya, kami harus kembali kepada hiruk-pikuk Jakarta. Namun, semangat kami untuk kembali masih menyala selama musim baik itu ada.


Artikel ini pernah diterbitkan di majalah LIONMAG edisi Maret 2018

E-mag : Lionmag Agustus 2022

Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru