its-time-bebaskan-diri-luaskan-ekspresi
Koleksi busana rancangan Maggie Hutauruk-Eddy dalam peragaan tunggal bertajuk IT'S TIME di Jakarta, 29 Maret 2022. | DOC. TIM MUARA BAGDJA
Fashion
It's Time! Bebaskan Diri - Luaskan Ekspresi
Devy Lubis
Sun, 07 Aug 2022

Maggie Hutauruk-Eddy: You should feel free to express yourself! Pilihlah gaya apapun yang membuatmu bahagia! Pada akhirnya, saya ingin gelaran peragaan ini mampu merepresentasikan perempuan-perempuan di sekitar kita, the real woman.



Dunia perlahan pulih setelah lebih dari dua tahun dilanda pandemi global. Begitu pun di Indonesia. Situasinya berangsur-angsur membaik. Tak ada lagi pembatasan sosial skala massif, yang menghalangi beragam aktivitas di ruang publik, terutama yang dinilai menimbulkan kerumunan.

Kini, semua orang setidaknya dapat bernapas lega dan kembali mengekspresikan diri. Hal itulah yang dirasakan pula oleh desainer Maggie Hutauruk-Eddy, founder sekaligus creative director brand lokal 2Madison Avenue. Jenama ini dikenal memegang reputasi baik di dunia mode. Merambah industri fesyen di Jakarta dan New York (AS).

Mengawali musim yang baru dengan lebih positif dan optimistis, Maggie pun menyudahi ‘kevakuman' di panggung peragaan dengan meluncurkan koleksi terbarunya, 2Madison Avenue Spring Summer Collections 2022. Ide-ide segar itu dirangkumnya dalam 49 set busana yang ditampilkan pada show tunggal bertajuk IT'S TIME di Studio 1,2,3 InterContinental Jakarta Pondok Indah, Jakarta Selatan, 29 Maret lalu.

"Setelah dua tahun dibekap di rumah, sekarang kita boleh ketemuan. Tak heran, semua bilang, ‘It's time! It's time to go out! Ini pesan yang ingin saya sampaikan melalui koleksi terbaru saya. Kita akhirnya bisa ngumpul bareng teman-teman lagi. Jadi, look your best!" ungkap Maggie, mengurai gagasan yang menginspirasinya menamai peragaan kali ini.

Ia menegaskan, kita tidak perlu menunggu acara khusus untuk memakai busana yang membuat kita nyaman, senang, dan menambah rasa percaya diri.

DUKUNGAN BAGI SESAMA KAUM HAWA. Maggie mendedikasikan koleksinya untuk semua tipe perempuan. Mereka yang masih remaja hingga dewasa, atau yang mungil hingga tinggi semampai, termasuk pula mereka yang senang tampil seksi, edgy, hingga bergaya tertutup. Karena itulah, gaya yang disuguhkan terasa ingar bingar, tapi adaptif terhadap selera personal.

Ada begitu banyak warna yang ditawarkan dalam koleksi ini. Hijau, aqua blue, hitam, perak, shocking pink, kuning, baby pink. Warna bermain-main di atas aneka bahan, mulai dari yang jatuh, kaku, tipis, tebal, hingga bermotif hasil digital printing. Ada satin velvet, taffeta, tulle, ulos, tenun dan berbagai macam wastra, juga scuba dan denim favoritnya.

Maggie mengakui, dirinya kini mengeksplorasi bahan lebih beragam. Ia tak mau lagi ‘didikte pasar'. Ia merasa lebih bebas menuangkan ide-idenya dengan menyerap inspirasi dari lebih banyak perempuan yang ia temui di luar sana.

"Ada bermacam wastra di sini, termasuk wastra Makassar, juga ulos karena saya orang Batak. Tapi, yang spesial saya membawa tenun dari Bali. Ini jadi eksperimen baru karena tenun Bali kaya akan warna," terangnya.

Siluet yang disodorkan pun seolah tak bertepi. Yang lurus, melebar, ketat, longgar menjelma menjadi rok lebar, celana pendek seksi, gaun ruffles, celana cutbray, rok panjang, terusan dengan lengan dengan frills, hingga seleksi busana modest. Selain menghadirkan koleksi signature yang khas fluffy, Maggie menampilkan ‘gaun malam' berwarna full hitam.

"Gaun pengantin di acara pernikahan tidak harus berwarna putih. Hitam? Kenapa tidak!" ujarnya.



FASHION ADALAH SENI. Kekuatan corak, warna, tekstur, struktur, dan konstruksi merupakan lima hal dasar yang selalu ada di dalam DNA busana 2Madison Avenue. Unsur ini dapat menjadi output tak terbatas. Sebab, menurut Maggie, fesyen adalah seni. Dan, seni merupakan salah satu bentuk dari ekspresi.

Karena itulah, pada kesempatan ini, 2Madison Avenue yang sebelumnya sudah sering berkolaborasi dengan para seniman, juga menyempatkan bekerja sama dengan seniman lukis Soni Irawan dari Yogyakarta. Soni yang dikenal sebagai visual artist, selain musisi, membuatkan beberapa motif bahan untuk koleksi - motif lukisan diprint di atas bahan scuba, juga Japanese cotton.

Tercatat 5 look yang merupakan hasil kolaborasi dengan Soni. Motif yang tergambar antara lain ilustrasi ‘Zorro', sosok yang secara personal dinilai Maggie menarik. Dalam kisah fiksi, tokoh rekaan ini dikenal menolong banyak orang walaupun tak sedikit yang menganggapnya bukan orang baik-baik. "Tapi dia menjadi dirinya sendiri," puji Maggie.

Untuk motif lainnya, Soni mencoretkan tulisan ‘no shame' sesuai permintaan sang desainer. Sepotong kalimat yang konotasinya acapkali dianggap negatif. Namun, kali ini Maggie ingin menggunakan kata itu secara lebih positif. Lagi-lagi untuk merangkul perempuan dari berbagai kalangan, rentang usia, dan bentuk tubuh yang bervariasi.

"Saya ingin kata yang diartikan ‘nggak tahu malu' itu bisa diadaptasi menjadi ‘jangan malu'. Perempuan bisa lantang mengatakan, ‘I have no shame. I have confidence in me.' Percaya diri dengan dirinya sendiri dan apapun yang dikenakan. Jadi, don't worry about what people say, just do and wear what you love," pungkasnya.


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru