ekspedisi-bajau-sulawesi-pelayaran-sandeq-menyusuri-jejak-bajau-nusantara-2
Wanita Bajau di Pulau Sagori mencari teripang dan agar-agar di sela-sela batu karang. | Foto: RIDWAN ALIMUDDIN
Travel Idea
Ekspedisi Bajau Sulawesi: Pelayaran Sandeq Menyusuri Jejak Bajau Nusantara #2
By Muhammad Ridwan Alimuddin, Ketua Tim Ekspedisi
Mon, 16 Dec 2024

Selain keberadaan orang Bajau di Pulau Sagori, pulau ini layak disinggahi karena juga dicatat dalam sejarah sebagai tempat terjadinya kecelakaan di laut oleh armada kapal VOC. Kecelakaan laut terbesar di Sagori terjadi pertengahan abad ke-17 yang menimpa lima kapal milik VOC. Kelima kapal itu bersamaan menabrak karang dalam perjalanan iring-iringan dari Batavia menuju Ternate. Di sana masih bisa ditemukan peluru meriam koleksi kapal VOC yang karam itu.

Pelayaran menuju Kendari, tim ekspedisi singgah di Pulau Maginti. Pulau kecil yang cukup padat penduduknya. Beberapa nelayan dari pulau ini pernah mencari teripang secara ilegal di Australia Utara. Ada yang tertangkap, ada yang lolos. Kapal yang digunakan ke Australia diberi warna hijau gelap. “Kalau ada patroli, kami langsung masuk hutan bakau,” kata salah seorang pencari teripang yang pernah ke Australia.

Setelah dua pekan berlayar, sandeq tiba di Teluk Kendari, kota yang di awal sejarahnya dimukimi oleh orang Bajau. Kata “kendari” berasal dari kata “kendai”, yakni mendayung perahu menggunakan galah bambu. Aktivitas mendayung seperti itu jelas dilakukan oleh orang-orang Bajau. Jadi bisa dikatakan bahwa kata “Kendari” itu bisa berasal dari tradisi orang Bajau. 

Menurut sejarawan Leonard Andaya, orang Bajau di Kendari memiliki reputasi yang baik di antara berbagai suku [Sama-Bajau] di Teluk Kendari. Kendari bangkit menjadi pusat perdagangan yang penting. “Sebelum abad ke-20, Sama Bajau tidak hanya memainkan peran ekonomi utama tetapi juga mempertahankan hubungan mereka dengan hierarki istana Makassar dan Bugis sebagai “otot dan urat” kerajaan,” kata Andaya.

Dari Kendari menuju Pulau Mbokita dan Pulau Marege yang berada di perairan Sambori. Dua pulau ini sangat berdekatan. Hanya Mbokita yang ada kampung Bajaunya, Marege tidak. Menarik dengan istilah “Marege”, yang selama ini dikenal sebagai istilah orang Makassar untuk menyebut tempat orang Makassar mencari tripang di Australia Utara.

Dari perairan Sambori, pelayaran dilanjutkan ke Kota Luwuk, ibukota Kabupaten Luwuk Banggai. Tim Ekspedisi disambut oleh masyarakat Luwuk pada 11 Desember 2017, usai berlayar dari Teluk Mandar sejauh 1.000 km selama 17 hari pelayaran, diikuti 5 pelaut Mandar dan 5 anggota Korpala Universitas Hasanuddin.

Pelayaran masih akan berlanjut sampai awal musim timur di 2025, menyusuri jejak kebudayaan Bajau di pulau-pulau kecil yang mengelilingi Pulau Sulawesi, dari Luwuk ke Kepulau Togian, Torisiaje di Gorontalo, Menado, Toli-toli hingga Kepulauan Bala-balakang di Selat Makassar.***

Tulisan Sebelumnya : Ekspedisi Bajau Sulawesi: Pelayaran Sandeq Menyusuri Jejak Bajau Nusantara#1

Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru