dokumenter-garuda-wisnu-kencana-tayang-perdana-di-vancouver-international-film-festival-2023
Cuplikan kisah dari film 'Sculpting the Giant' yang menceritakan perjalanan Nyoman Nuarta merampungkan Garuda Wisnu Kencana. | DOK. SEEDS MOTION | LXN COMMUNICATION
Art & Culture
Dokumenter Garuda Wisnu Kencana Tayang Perdana di Vancouver International Film Festival 2023
Devy Lubis
Fri, 22 Sep 2023
Film tentang mahakarya maestro seni patung Nyoman Nuarta, Garuda Wisnu Kencana, tayang perdana di Vancouver International Film Festival 2023. Menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia untuk kategori film panjang, dokumenter berjudul Sculpting The Giant diputar dalam rangkaian event yang bergulir pada 28 September hingga 8 Oktober mendatang.

Sculpting The Giant dokumenter panjang perdana garapan rumah produksi Seeds Motion asal Bandung. Disutradarai duo sutradara muda, Banu Wirandoko dan Rheza Arden Wiguna.


Dokumenter tersebut bercerita tentang perjuangan seniman patung Indonesia Nyoman Nuarta dalam membuat salah satu karya terbesar di dunia, Garuda Wisnu Kencana. Film ini menyuguhkan sudut pandang yang belum pernah diungkap sebelumnya dari perjalanan pembuatan Garuda Wisnu Kencana yang memakan waktu hingga selama 28 tahun.


Sculpting The Giant menjadi film dokumenter penuh dengan intrik keluarga, politik, dan bisnis. Diceritakan dengan sinematografi indah oleh sinematografer dan editor Dini Aristya. Scoring original dipercayakan kepada penata musik Bintang Rajasawardhana.


Produser Sculpting The Giant Maulana Aziz mengungkapkan, film ini merupakan produksi terpanjang yang pernah mereka kerjakan. Dibutuhkan waktu tujuh tahun termasuk melewati dua tahun masa pandemi.

“Penayangan perdana di Vancouver International Film Festival menjadi titik cerah dan membuat jerih payah kami selama ini terbayarkan. Tentunya, yang paling kami inginkan adalah agar film ini segera tayang di Indonesia,” kata dia, 17 September 2023.

Digelar perdana pada 1982, Vancouver International Film Festival pernah menjadi tempat unjuk gigi film-film Indonesia selama 41 edisi. Sebut saja Eliana, Eliana yang disutradarai Riri Riza. Film ini memenangkan Dragons and Tigers Special Mention pada 2002, Yuni (2021), Athirah (2019), dan Gie (2005).

Di antara karya film dari Indonesia yang pernah terpilih, Sculpting The Giant menjadi salah satu pionir film dokumenter panjang Indonesia yang berhasil terpilih untuk tayang di festival ini.


Sutradara Rheza Arden Wiguna mengaku terkejut ketika mendengar Sculpting The Giant terpilih untuk tayang di Vancouver. “Apalagi ini film pertama kami jadi kami belum percaya diri kalau filmnya bisa nyangkut di festival besar kayak VIFF. Jadi kami happy go lucky aja,” paparnya.

Banu Wirandoko tak menepis penayangan film mereka di Vancouver jadi berita menyenangkan untuk seluruh kru produksi yang menggarap film ini selama bertahun-tahun. “Akhirnya Sculpting The Giant resmi dirilis dan tayang di festival film. Rasanya khayalan kami dulu ketika dijemur terik matahari Bali dan bermimpi untuk dapat mencipta suatu karya yang dapat diakui dunia kini jadi kenyataan.”

Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru