Perjalanan saya ke Bagan dimulai dengan penerbangan dari Jakarta via Kuala Lumpur lanjut ke Yangon, kota yang menjadi gerbang utama Myanmar. Setelah bermalam di Yangon dan menikmati kemegahan Pagoda Shawadegon yang berkilau keemasan, keesokan harinya saya melanjutkan perjalanan dengan pesawat kecil menuju Bagan.
Saat pesawat mendekati Bagan, pemandangan dari jendela mulai berubah. Dataran kering yang luas dan Sungai Irrawaddy yang membentang seperti urat nadi Myanmar terlihat jelas. Sungai ini bukan hanya sumber kehidupan bagi masyarakat setempat, tetapi juga saksi peradaban Kerajaan Pagang yang pernah berjaya di sini.
Di balik kabut pagi, matahari menyapa pagoda-pagoda yang bekabut. Balon-balon melayang di udara, menambah kesan magis di awal hari. Foto Makhfud Sappe.
Keesokan paginya, sebelum subuh, saya bergegas menuju Shwesandaw Pagoda, salah satu spot yang terbaik untuk menyaksikan matahari terbit di Old Bagan. Saat tiba langit masih gelap, dan kabut tebal menyelimuti pagoda yang tersebar di dataran luas.
Perlahan-lahan, sinar jingga matahari mulai menembus kabut, memunculkan siluet-siluet pagoda yang megah. Stupa-stupa berbentuk lonceng muncul satu-persatu seolah terbangun dari tidurnya.
Saat matahari semakin tinggi, kabut pun menghilang, dan pemandangan Bagan terlihat jelas. Ribuan pagoda yang tersebar di dataran luas ini adalah taman arkeologi yang kini diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Di langit, balon - balon udara terbang melayang, menambah keindahan pemandangan pagi.
Matahari terbit perlahan, menyinari pagoda-pagoda kuno di Old Bagan. Foto Makhfud Sappe
Festival Ananda : Menyaksikan Ritual Kuno.
Setelah menikmati matahari terbit, saya melanjutkan perjalanan ke Pagoda Ananda, salah satu pagoda terbesar di Bagan. Kebetulan, Festival Ananda sedang berlangsung. Festival ini biasanya diadakan pada bulan Januari (bulan Pyatho dalam kalender Myanmar) dimana ratusan bikhu dari seluruh Maynmar berkumpul.
Di dalam pagoda, suasana begitu khidmat. Para Bikhu duduk bersila, mengenakan jubah marun yang membentuk karpet hidup. Suara mereka berguman membaca doa, menciptakan atmosfer spiritual yang sangat kuat. Aroma dupa dan bunga melati memenuhi ruangan, sementara empat patung Buddha raksasa setinggi 9,5 meter berdiri megah, menghadap ke-empat penjuru mata nagin.
Di pelataran luar, puluhan bikhu berbaris rapi, berbaur dengan ratusan wisatawan dan fotografer yang sibuk mengabadikan momen langka ini. Festival Ananda sebuah perayaan keagamaan dan juga pertunjukan budaya yang mempertemukan tradisi kuno dengan dunia modren.
Bikhu-bikhu berbaris rapi di pelataran Pagoda Ananda. Foto Makhfud Sappe .
Menjelajahi Ribuan Pagoda
Hari berikutnya saya memutuskan untuk menjelajahi Bagan dengan sepeda motor. Menyusuri jalan-jalan berdebu dan melewati pagoda-pagoda yang tersebar di Old Bagan. Setiap pagoda memiliki keunikan tersendiri, dan sesekali saya berpapasan dengan gerobak yang ditarik dengan sapi
Salah satu pagoda yang paling mengesankan adalah Dhammayangyi Pahto, pagoda terbesar di Bagan dengan arsitektur yang megah. Dan ada Pagoda Thatbyinnyu, pagoda tertinggi di Bagan dengan tinggi 61 meter. Dari puncaknya terlihat pemandangan seluruh Bagan dan ribuan pagoda yang tersebar .
Bagan adalah destinasi wisata yang unik. Disini sejarah, spiritual, dan alam menyatu dengan harmonis. Setiap sudut menawarkan keindahan dan setiap pagoda memiliki cerita sendiri. Bagi Anda yang memiliki hobi fotografi, sekali berkunjung ke Bagan rasanya belum cukup.***