aku-ingin-jadi-pilot
Ilustrasi | foto : Makhfud Sappe
“Aku Ingin jadi Pilot”
By Burhanuddin Bella
Thu, 02 Jun 2022
 “Selamat ya Ali. Mulai sekarang kamu adalah seorang kapten pilot.” 

Oleh Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA * 

Kanker kandung kemih adalah kanker yang jarang dijumpai pada anak. Sekalipun jarang, namun tetap saja bisa terjadi pada anak-anak. 

Ali salah satu anak yang terkena kanker kandung kemih. Gejalanya yang khas adalah susah buang air kecil sampai tidak bisa buang air kecil sama sekali. Hal terakhir ini yang akhirnya mengharuskan dokter memasang selang langsung di kandung kemihnya untuk mengeluarkan air seni yang terperangkap di dalamnya.

Malang bagi Ali yang adalah seorang remaja, karena kankernya sudah menyebar ke mana-mana. Tubuhnya sangat kurus sementara perutnya terlihat membuncit akibat pertumbuhan kankernya yang sangat cepat. 

Sebagai dokter, saya memutuskan untuk tidak melakukan kemoterapi karena itu hanya akan menambah penderitaannya saja. Sekalipun sudah dirujuk ke bagian paliatif, namun saya belum bisa mengizinkan Ali pulang karena dia masih membutuhkan perawatan sehubungan dengan selang yang terpasang di kandung kemihnya.

Interaksi dengan Ali setiap hari menyebabkan saya makin banyak mengerti tentang dia, termasuk apa yang menjadi cita-citanya. Kalau sudah besar, Ali rupanya ingin menjadi seorang pilot. Melihat kenyataan Ali saat itu, cita-citanya sebagai pilot harus segera diwujudkan. 

Saya menyampaikan hal ini kepada seorang relawan yang kemudian menghubungi temannya yang adalah seorang pilot. Sang teman diminta kesediaannya untuk datang ke rumah sakit memakai baju pilot, lengkap dengan atribut-atributnya.

BACA JUGA

Sengaja rencana ini tidak diberitahukan kepada Ali karena kami ingin memberi kejutan kepadanya. Pada saat pak pilot datang, kami sampaikan ke Ali kalau ada seseorang yang mau ketemu dia. Ali sangat penasaran dan bertanya-tanya, “Siapa sih yang mau ketemu aku?” Ketika pak pilot memasuki kamar, terlihat ekspresi wajahnya yang seolah-olah tidak percaya kalau ada seorang pilot yang mau menemui dirinya. Entah apa yang dibicarakan, tapi tampaknya mereka sedang serius mendiskusikan sesuatu. 

Sungguh menyenangkan bisa membahagiakan Ali yang sudah tidak dapat beraktivitas layaknya anak normal. Di akhir perjumpaan, pak pilot menyerahkan sebuah model pesawat, topi pilot, dan terakhir menyematkan wing penerbang di baju piyama yang Ali kenakan.

Setelah wing disematkan, pak pilot berkata, “Selamat ya Ali. Mulai sekarang kamu adalah seorang kapten pilot.” Secara spontan, Ali langsung menoleh kepada ibunya yang berada di samping tempat tidur dan berteriak, “Ma, Ali sekarang sudah jadi pilot ma…” Tampak mata ibu berkaca-kaca, terharu melihat anaknya yang bahagia.

Amat sangat disayangkan karena suasana bahagia ini tidak berlangsung lama. Beberapa hari setelah pertemuan antara pak pilot dengan kapten pilot yang baru dilantik, Tuhan sudah harus memanggil pulang sang kapten pilot yang baru dilantik tersebut ke bandara keabadian. Dokter dan para relawan tidak dapat mendampingi sang ibu karena kepulangan Ali terjadi pada pagi dini hari. 

Saya mendengar saja cerita dari ibunya kalau Ali meninggal dalam keadaan tersenyum. Tersenyum bahagia karena sudah merdeka dari rasa sakit yang selama ini menghantuinya dan boleh meninggalkan dunia ini sebagai seorang penerbang. 

Selamat menjelajah cakrawala mu kapten. Kepakkan sayap dan terbanglah setinggi-tingginya menuju persemayaman mu yang abadi.

Pembelajaran di balik kisah: Sekalipun sudah diketahui bahwa diagnosis penyakit adalah kanker, namun tidak semua anak-anak dengan kanker harus dikemoterapi. Bayangkan jika Ali dengan kondisi penyakitnya yang sudah lanjut masih tetap harus dilakukan kemoterapi. Kita, dalam hal ini keluarga dan dokter, hanya akan menambah penderitaannya saja.

harus mengerti bahwa sekalipun dokter tidak melakukan kemoterapi, bukan berarti dokter tidak mengobati. Pelayanan paliatif yang dilakukan justru lebih membuat Ali dan keluarganya memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini tentunya akan menjadi kenangan yang indah bagi keluarga ketika Ali harus menghadap Sang Khalik.



* Dokter Pusat Kanker Nasional Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta 
Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru