“Dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu meraihnya,” - Paulo Coelho, novelis asal Brasil dalam karyanya yang termasyur 'Sang Alkemis.'
Alam semesta berpihak pada kekuatan harapan dan doa Lionel Andres Messi. Stadion Lusail menjadi saksi, mengantarkan pemain 35 tahun itu merengkuh impian terbesarnya meraih trofi Piala Dunia 2022 Qatar bersama Argetina, Minggu (18/12) malam WIB.
Kemenangan dramatis lewat adu penalti setelah bermain imbang 3-3 sepanjang 120 menit melawan Prancis di final, menjadi pembuktian status GOAT (Greatest of All Time) bagi Messi. Pemain kelahiran Rosario itu berhasil meraih kepingan terakhir dari kariernya yang gemilang, yang ia tunggu selama 16 tahun.
Messi seolah tak berhenti berharap dalam doa, yakin Tuhan akan bertindak bila waktunya tiba. Tugasnya, harus memberikan yang terbaik bersama Albiceleste yang ia usung dengan ekspektasti tinggi sebelum terbang ke Qatar.
“Bukan saya yang membuat janji, saya selalu berpikir bahwa Tuhanlah yang membuat keputusan. Tuhan tahu kapan waktunya dan apa yang harus terjadi. Saya selalu bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi pada saya,” ujar Messi kala itu melalui unggahan akun Twitter @AlbicelesteTalk menyoal persiapan Timnas Argentina untuk tampil di Piala Dunia 2022 Qatar, 16 November lalu.
Dengan tongkat kepemimpinan di tangannya, Messi menjadi roh permainan Argentina selama turnamen ini. Semangatnya merasuki penampilan rekan setimnya, seperti Emiliano Martinez di bawah mistar gawang yang melakukan penyelamatan mahal jelang babak adu penalti.
La Pulga, begitu ia dijuluki, membuktikan dirinya masih layak menyandang status sebagai salah satu pemain terbaik dunia, meski usianya tak lagi muda.
Sebelum mengangkat trofi Piala Dunia, tidak ada pemain sepak bola sepanjang sejarah yang mampu menyamai pencapaian Messi secara individu. Kesuksesannya bersama klub dan juga timnas bisa dibilang nyaris sempurna.
Ketika membela Barcelona, Messi menyumbang 10 gelar La Liga, tujuh Piala Super Spanyol, tujuh Copa Del Rey, empat Piala Liga Champions UEFA, dan tiga Piala UEFA Super Cup.
Sementara di klubnya saat ini - Paris Saint-Germain (PSG) - ia telah menyumbangkan satu gelar Ligue 1 dan satu Trophee des Champions. Untuk level timnas, Messi mengantarkan Argentina meraih satu gelar Copa America (2021) dan satu piala Finalissima.
BACA JUGA : Scolani Siapkan Strategi Anti Mbappe di Final Piala Dunia
Pencapaian gemilang dalam karir panjangnya itu membuat Messi sering disebut sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa, sebagaimana pendahulunya Diego Armando Maradona dan legenda Brasil Edson Arantes do Nascimento (Pele) yang kerap disanjung sebagai yang tertinggi di antara legenda lainnya.
Namun, sebelum malam penuh keajaiban di Lusail Stadium Qatar, trofi Piala Dunia menjadi pembeda di antara mereka. Maradona, memenangkan Piala Dunia kedua bagi Argentina di Meksiko pada 1986 – menambah koleksi Argentina setelah meraih trofi pertama pada 1978.
Sementara itu, Pele sukses mengantarkan Brasil merengkuh trofi tertinggi itu sebanyak tiga kali, pada 1958 di Swedia, 1962 di Cili, dan 1970 di Meksiko.
Memutar ulang memori Messi, ia nyaris mendapatkan gelar tersebut pada 2014 di Brasil kala Argentina bersua Jerman di final. Namun, Messi masih harus menunggu setelah timnya takluk 0-1 atas Der Panzer melalui gol Mario Gotze di babak kedua perpanjangan waktu.
Kekalahan tersebut sempat membuatnya putus harapan dan beberapa kali menyatakan pensiun, namun batal.
Sebagaimana ia utarakan, “Tuhan tahu kapan waktunya dan apa yang harus terjadi.” Messi butuh delapan tahun untuk menjemput takdir yang sudah ditentukan dengan air mata bahagia.
Laga pamungkas paling manis di penghujung turnamen Piala Dunia FIFA 2022 di Stadion Lusail memberi jawaban: waktu “Sang Mesias” telah tiba, Argentina juara. ***
