Gugus pulau ini dahulu lebih dikenal sebagai bagian dari Kepulauan Tukang Besi. Kini jadi destinasi wisata bahari internasional. Di keindahannya yang hening, dunia terasa berhenti berputar.
Mengunjungi Wakatobi bisa menggunakan transportasi udara dan laut. Saya sendiri menggunakan Wings Air dari Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara. Sebenarnya rute saya dari Jakarta menggunakan Boeing 737-800 NG, lalu transit di Makassar kemudian diangkut pesawat ATR 72-500 milik Wings Air ke Kendari dan Wakatobi. Di Wakatobi, kami mendarat di bandara Matahora, Wanci dengan landas pacu sepanjang dua kilometer itu.
Sebenarnya, di Pulau Tomia juga ada airport kecil yang dikelola swasta, digunakan untuk charter flight dari Denpasar untuk wisatawan mancanegara. Di Tomia terdapat beberapa resort internasional. Sementara di Wangi-wangi sendiri, begitu tiba sebaiknya kita sudah memiliki reservasi, umpama ke resort yang akan menjemput kita. Karena tidak ada transportasi umum di pulau ini. Salah satu resort terdekat dengan bandara adalah Patuno Resort. Jangan pikir bahwa bandara di sini adalah daerah bising, karena di sekitar bandara saja kita sudah mulai bisa mengecap eksotika dari keindahan kepulauan ini. Sebuah pulau di dekat bandara sudah dilirik oleh investor dari Dubai dan Jerman untuk dibangun resort. Di Patuno Resort sendiri sudah tersedia fasilitas diving bertaraf internasional. Saya sendiri sempat menikmati sore hari di atas restoran Patuno yang menjorok ke laut, dengan air jernih dan ikan-ikan di bawah kita sambil menatap sisa semburat emas matahari senja pada pulau kecil berbentuk karang bolong di lepas pantai. Dunia terasa berhenti berputar dari segala kebisingan.
Sedangkan untuk transportasi laut bisa menggunakan kapal cepat dari Kendari atau Bau-bau di Pulau Buton. Dari Wanci tersedia kapal-kapal yang bisa disewa untuk ke pulau-pulau lainnya. Hanya, kebanyakan pelabuhan di gugus pulau ini terpengaruh oleh pasang-surut air laut, sehingga tidak setiap saat kapal bisa merapat sandar di dermaga, karena panjang dermaga ke arah laut banyak yang belum memadai, menyebabkan kapal bisa kandas. Di sisi lain, baik pada saat pasang maupun surut, mendekati pantai-pantainya kita sudah bisa melihat dasar laut dengan bebatuan karangnya yang indah, karena airnya yang begitu jernih.
TERKAIT :Wakatobi : Wangi-wangi- Kaledupa- Tomia-Binongko
Taman Nasional Wakatobi sendiri punya sekitar 25 buah gugus terumbu karang dengan keliling pantai dari pulau-pulau karang sepanjang 600 km. Terdapat lebih dari 112 jenis karang dari 13 famili, 93 jenis ikan perdagangan dan ikan hias. Di sisi lain, membahas Wakatobi nyaris seperti terlibat dalam diskursus “surgaisme”. Kebahagiaan ada pada mindset seseorang, bukan diukur dari materi. Dan ketika saya “menjahit” keempat pulau utama Wakatobi itu, menginjak karang dan pasirnya satu persatu hingga Togo Binongko yang di “ujung dunia” serta “tak tersentuh”, meminum air kelapanya yang manis dan seperti bersoda, saya mulai memahami surgaisme dari sudut saya sendiri, seraya mengakui, inilah salah satu tempat terindah di dunia, baik di permukaan hingga bawah lautnya. Selama delapan hari di sini, saya segaja tidak makan nasi, menggantinya dengan pangan lokal yang disebut soami, berbahan dasar singkong atau talas, saya bahagia pernah berada di tempat ini.***
PILIHAN REDAKSI : Secangkir Seribu Cerita