voice-against-reason-dialog-seni-modern
| DOC. MUSEUM MACAN
Art & Culture
Voice Against Reason: Dialog Seni Modern
Devy Lubis
Sat, 21 Oct 2023
Pameran ‘Voice Against Reason’ akan berlangsung di Museum MACAN, Jakarta, 18 November 2023 hingga 14 April 2024. Menghadirkan karya-karya komisi terbaru, proyek terkini dari perupa ternama, dan karya-karya kontemporer yang mengangkat dialog sejarah seni dari periode modern Indonesia.

Sejumlah proyek yang jadi sorotan di antaranya:




Kisah di Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang (2023)
Jumaadi dan Shadow Factory (didirikan di Indonesia)
OHP, wayang dari potongan kertas
Durasi 45’-60’

Pertunjukan wayang kulit eksperimental berskala besar ini diciptakan oleh Jumaadi dan Shadow Factory. Akan ditampilkan secara terbatas pada 18-26 November 2023. Pertunjukan memadukan puisi, musik, dan seni untuk menciptakan eksplorasi akan keindahan dan kelangsungan hidup.

Kisah di Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang (2023) menceritakan kisah yang mengagumkan dari 823 aktivis Nasionalis Indonesia yang diasingkan ke Boven Digoel, Papua pada 1926 dan kemudian ke Australia pada 1942 oleh pemerintah Hindia Belanda.

Dalam menghadapi kesulitan, mereka beralih ke musik dan seni sebagai sarana untuk bertahan hidup. Alih-alih membangun rumah dengan tiga kilogram paku yang diberikan oleh Belanda, mereka justru melebur paku-paku tersebut untuk membuat gamelan.

Kisah mereka melambangkan hubungan saling ketergantungan antara budaya, keindahan, dan kelangsungan hidup.



Threat (2008-2009)
Shilpa Gupta (India)
Sabun mandi
15 x 6.2 x 4 per sabun; 72 x 229 x 107 cm tumpukan 4500 sabun

Pada karya partisipatoris ini, sang perupa menciptakan sebuah dinding batu bata monolitik yang terbuat dari sabun, yang telah diukir dengan kata ‘THREAT’ (ancaman). Gupta mengundang publik untuk membawa pulang sabun ini dan merenungkan makna membersihkan tubuh dengan benda yang sarat dengan konsep ini.

Shilpa Gupta (l. India, 1976) adalah perupa yang berbasis di India yang kerap menantang persepsi audiens dan secara aktif melibatkan pengunjung dalam pengalaman partisipatoris. Karyanya meninjau kembali bagaimana kita mendefinisikan objek, tempat, dan manusia.

Ia juga membahas isu-isu kritis yang berkaitan dengan identitas, batas-batas, dan kedaulatan pribadi.



Keris Panangko (2022)
Ika Arista (Indonesia)
Besi, nikel, meteorit, kayu
47 x 10 cm

Ika Arista mempersembahkan Keris Panangko (2022), sebuah keris yang dikomisi oleh Museum MACAN dengan dukungan dari British Council. Riset Ika tentang warisan budaya senjata tradisional, seperti keris, badik, dan tombak, telah diwariskan secara turun temurun.

Di dunia yang didominasi oleh maskulinitas, Ika hadir sebagai salah satu dari sedikit empu (pembuat keris) perempuan.



Tanpa judul (2023)
Kamruzzaman Shadhin (l. Bangladesh, 1974)

Pada 2001, Shadhin membantu mendirikan Gidree Bawlee Foundation of Arts, sebuah platform advokasi seni untuk komunitas seni di Bangladesh.

Ia telah menyelenggarakan proyek-proyek komunitas dan residensi di kampung halamannya di Thakurgaon. Karya dan keterlibatannya dengan masyarakat berfokus pada politik lingkungan, serta tantangan dan dampaknya terhadap masyarakat lokal.

Shadhin sering melibatkan komunitas lokal Bangladesh dan para pengungsi dalam karyanya. Ia menggabungkan kerajinan tradisional dari tanah kelahirannya, menggunakan kain bekas dan rami untuk mengangkat tema migrasi, keadilan sosial, identitas, dan sejarah lokal.

Baginya, pola anyaman goni yang dikepang selalu menyerupai aliran sungai, yang menunjukkan hubungan dengan sejarah dan kenangan masyarakat lokal yang tinggal di sepanjang tepiannya.










Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru