Teater Koma menghadirkan pentas terbarunya bulan depan. Pertunjukan bertajuk ‘Matahari Papua’ akan digelar tiga hari di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 7 – 9 Juni 2024. Pementasan ini menandai produksi ke-230 Teater Koma yang selama hampir lima dekade konsisten memberikan kontribusi penting pada dunia seni pertunjukan Indonesia.
Sutradara pementasan ini, Rangga Riantiarno, mengatakan kisah dalam Matahari Papua merupakan hasil interpretasi bersama dari naskah terakhir yang ditulis oleh sang ayah, pendiri Teater Koma alm Nobertus Riantiarno -- akrab disapa Nano.
“Naskah Matahari Papua pertama kali ditulis pada tahun 2014 sebagai naskah pendek untuk pertunjukan bertajuk Cahaya dari Papua di Galeri Indonesia Kaya. Ketika pandemi merebak dan mengharuskan kita berkegiatan di rumah, Pak Nano tetap produktif menulis berbagai karya, termasuk mengembangkan naskah ini,” ungkapnya dalam konferensi pers di Jakarta, 28 Mei 2024.
Lakon Matahari Papua mengambil latar tempat sebuah wilayah bernama Kamoro di tanah Papua. Kisahnya menceritakan perjalanan hidup seorang pemuda bernama Biwar yang tumbuh dewasa di bawah asuhan sang Mama, Yakomina dan didikan dukun Koreri.
Tokoh utama dalam cerita ini lantas bertemu anak suku lain bernama Nadiva, yang bersama seorang temannya diserang tiga biawak, anak buah Sang Naga yang meneror tanah Papua. Biwar berhasil menyelamatkan Nadiva dan menceritakan pengalamannya kepada sang ibunda.
Reaksi Yakomina tak terduga. Sang Mama justru membeberkan kenangan pahit keluarga mereka, bahwa papa dan tiga paman Biwar tewas di tangan Naga. Ketika peristiwa tragis itu terjadi, Biwar masih dalam kandungan ibunya.
Ratna Riantarno selaku produser pertunjukan menuturkan, kisah Matahari Papua memang sangat istimewa khususnya bagi Teater Koma. Bukan hanya karena fakta bahwa naskah tersebut merupakan naskah terakhir Nano Riantiarno, dan Nano sempat berharap dapat menyutradarainya secara langsung namun tidak terlaksana, melainkan karena ada hal lain yang hendak disampaikan melalui pementasan ini.
“Apa yang ingin sampaikan adalah mengenai ‘kemerdekaan’, baik secara universal maupun individual. Sebagai negara, kita sudah mereka. Tapi apakah sebagai manusia kita sudah benar-benar merdeka?” ungkapnya.
Pentas Teater Koma kali ini didukung lebih dari 40 pemain. Antara lain Tuti Hartati, Lutfi Ardiansyah, Joind Bayuwinanda sebagai dukun, Netta Kusumah Dewi sebagai Mama Biwar, Daisy Lantang, Bayu Dharmawan Saleh, Sir Ilham Jambak, dan Sri Qadariatin.
Ada pula Zulfi Ramdoni, Angga Yasti, Rita Matumona, Dana Hassan, Adri Prasetyo, Andhini Puteri, Dodi Gustaman, Indrie Djati, Pandu Raka Pangestu, Hapsari Andira, Radhen Darwin, Edo Paha, dan masih banyak lagi aktor andal lainnya.
Penonton pertunjukan juga akan disuguhi sajian istimewa lainnya yakni aksi teatrikal khas Teater Koma, dengan properti gigan-nya. Kali ini bersama naga raksasa sepanjang 9 meter. “Pertunjukan akan berlangsung 2 jam dan 15 menit tanpa interval,” kata Ratna.
Matahari Papua disutradarai Rangga Riantiarno dan co-sutradara Nino Bukir, didukung oleh tata artistik dan multimedia Deden Jalaludin Bulqini, tata musik Fero A. Stefanus, dan penata rias kawakan Subarkah Hadisarjana.
Tata busana oleh Rima Ananda Omar, tata rambut Sena Sukarya, tata cahaya Deray Setyadi, tata gerak Ratna Ully, tata suara Bona, pandu vokal Ajeng Destrian, rancang grafis Saut Irianto Manik, pimpinan produksi Rasapta Candrika dibantu oleh pengarah teknik Tinton Prianggoro serta manajer panggung Sari Madjid Prianggoro dan produser Ratna Riantiarno.
Jadwal Pementasan
'MATAHARI PAPUA'
Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki
Jumat 7 Juni 2024 pukul 19.30 WIB
Sabtu 8 Juni 2024 pukul 13.00 WIB dan 19.30 WIB
Minggu 9 Juni 2024 pukul 13.00 WIB
Info tiket:
www.teaterkoma.org
0217359540
082122777709
HTM:
975k | 725k | 525k | 400k | 275k | 175k