Teater Koma kembali naik panggung tahun ini. Mereka menyajikan lakon baru garapan sutradara teater kawakan Nano Riantiarno. Pentas bertajuk RORO JONGGRANG tersebut digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 14-16 Oktober 2022.
Pertunjukan tiga hari itu menyusul sukses pergeralan SAMPEK ENGTAY di Ciputra Artpreneur, Jakarta, 5-6 Maret 2022, setelah dua tahun tertunda.
Lakon ‘Roro Jonggrang’ digarap sebagai bagian dari rangkaian perayaan wajah baru Pusat Kesenian Jakarta – Taman Ismail Marzuki. Selain itu, lakon ini juga merayakan hadir kembalinya gedung pertunjukan Graha Bhakti Budaya.
Reuni yang manis. Teater Koma adalah kelompok teater pertama yang berpentas di Graha Bhakti Budaya pada Agustus 1983. Terlebih lagi, pentas panggung besar terakhir Teater Koma pada November 2019, sebelum pandemi, juga digelar di Graha Bhakti Budaya.
Roro Jonggrang adalah lakon yang terjadi di Kerajaan Boko. Alkisah, Roro Jonggrang, Putri Boko, menerima lamaran Bandung Bondowoso, putra mahkota Kerajaan Pengging. Dua persyaratan sulit diajukan Roro Jonggrang—membangun sumur Jalatunda dan seribu candi dalam satu malam. Sang putri tak sudi dilamar pemimpin penjajah, yang sekaligus pembunuh kedua orangtuanya itu.
Dengan bantuan para lelembut, dua permintaan itu tampaknya bisa dipenuhi Bandung Bondowoso. Sumur Jalatunda bagi rakyat Boko telah usai digali pada pagi hari. Lalu, sepanjang malam, pembangunan candi berjumlah 1.000 terus berlangsung.
Roro Jonggrang sejatinya tidak bersedia dipersunting. Dia bertekad mencari akal untuk bisa menghentikan pembangunan tersebut. Tapi, akal macam apa yang mampu menghentikan para lelembut membangun Seribu Candi? Haruskah Roro Jonggrang menerima Bandung Bondowoso sebagai suami?
Pentas ini menampilkan Sekar Dewantari, Rangga Riantiarno, Ratna Riantiarno, Budi Ros, Rita Matumona, Daisy Lantang, Suntea Sisca, Dana Hassan, Dodi Gustaman, Allen Guntara, Pandu Raka Pangestu, Edo Paha, Angga Yasti, Bayu Dharmawan Saleh, Yulius Chan, Indrie Djatie, Radhen Darwin dan Sir Ilham Jambak serta masih banyak lagi anggota Teater Koma lainnya.
Naskah ditulis dan disutradarai N. Riantiarno, didukung oleh tata artistik Idries Pulungan, tata musik Fero A. Stefanus, tata rias Subarkah Hadisarjana, tata busana Rima Ananda Omar, tata rambut Sena Sukarya, tata cahaya Deray Setyadi, tata gerak Ratna Ully, tata suara Matt Pallo, pandu vokal Ajeng Destrian, rancang grafis RA7DIKA dibantu oleh pengarah teknik Tinton Prianggoro serta manajer panggung Bayu Dharmawan Saleh dan pimpinan produksi Ratna Riantiarno.