Pementasan di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta pada Sabtu 27 Agustus 2022 pukul 16.00 & 20.00 WIB. Disutradarai oleh Yusril Katil, karya ini yang mengangkat tema bencana alam. Terinspirasi dari Syair Lampung Karam (lengkapnya Krakatau: The Tale of Lampung Submerged: Syair Lampung Karam) karya Muhammad Saleh yang ditulis pada 1883.
Bumi Purnati Indonesia dan Ciputra Artpreneur, didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, mempersembahkan pertunjukan teater berkelas internasional bertajuk Under the Volcano.
Pertunjukan hasil kolaborasi Bumi Purnati Indonesia dan Komunitas Seni Hitam Putih Sumatera Barat ini dapat dinikmati secara langsung di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta pada Sabtu 27 Agustus 2022 pukul 16.00 & 20.00 WIB.
Ini bukan pertama kali Under the Volcano dipentaskan. Sebelumnya, pertunjukan tersebut dihadirkan dalam acara Olimpiade Teater ke-6 di Dayin Theatre, Beijing, Tiongkok pada 7-8 November 2014.
Dua tahun berselang, tepatnya 21-23 April 2016, Under the Volcano mengulang sukses dan apresiasi saat pementasan di TheatreWorks, Singapura. Terakhir, Under the Volcano ditampilkan pada perhelatan budaya Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) 2018 di Panggung Akshobya Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada 24 November 2018.
Direktur Artistik Bumi Purnati Indonesia Restu Kusumaningrum dalam konferensi pers di Jakarta, 18 Agustus 2022 mengungkapkan, “Kami harap pertunjukan keempat ini dapat memperoleh apresiasi yang tinggi dari para penikmat seni.”
Inspirasi 'Sastra Silam' Syair Lampung Karam. Pementasan yang disutradarai oleh Yusril Katil ini merupakan sebuah karya yang mengangkat tema bencana alam. Terinspirasi dari Syair Lampung Karam (lengkapnya Krakatau: The Tale of Lampung Submerged: Syair Lampung Karam) karya Muhammad Saleh yang ditulis pada 1883.
Syair ini menceritakan peristiwa meletusnya Gunung Krakatau pada 26-28 Agustus di tahun yang sama. Dan, pada 27 Agustus tahun ini karya adaptasi dari naskah tersebut dipentaskan.
Komunitas Seni Hitam Putih yang berasal dari Padang Panjang, Sumatera Barat, melihat apa yang digambarkan Muhammad Saleh dalam syairnya, sangat relevan dengan situasi di kampung halaman mereka. Yang harus selalu waspada terhadap bencana alam karena kontur geografis yang dikelilingi gunung berapi.
Jika dilihat dalam konteks yang lebih jauh lagi, ungkap Yusril, “Under the Volcano juga merupakan sebuah pengingat bagi masyarakat Indonesia bahwa bencana alam akan selalu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat karena lokasi geografis yang terletak di lintasan ring of fire.”
Restu menambahkan, “Di sisi lain kami ingin memperkenalkan syair-syair lampau dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada generasi muda.”
Nuansa Minang yang Dinamis & Melankolis. Dalam karya yang dimainkan oleh Komunitas Seni Hitam Putih dan Jajang C. Noer, dikomposeri oleh Elizar Koto dengan dramaturgi Rhoda Grauer ini, nuansa Minangkabau yang dinamis dan melankolis amat terasa, dengan pesan universal yang disampaikan bahwa "jika hari ini adalah tahun 1883, untuk bertahan hidup dari bencana alam seseorang harus bergantung pada bantuan orang lain".
Under the Volcano dibagi menjadi enam bagian. Dilakonkan dengan narasi berbahasa Melayu dan Minangkabau yang diperkuat dengan elemen silat, tarian, musik, dan efek visual digital yang menakjubkan.
Musik dan tarian didasarkan pada bentuk-bentuk tradisional Melayu yang digubah untuk mencerminkan berlalunya waktu, berdampingan dengan komposisi musik dan tarian kontemporer.
Urgensi Ruang Seni untuk Berekspresi. Selaras dengan ikhtiar kebudayaan sekaligus upaya pelestarian kearifan lokal bangsa Indonesia yang kaya dan beragam, President Director Ciputra Artpreneur Rina Ciputra Sastrawinata menyampaikan bahwa Ciputra Artpreneur memiliki misi untuk mengangkat kesenian dan kebudayaan Indonesia. Yakni dengan menyediakan tempat pertunjukan yang memiliki standar Internasional.
Dengan demikian, ia berharap para seniman maupun kelompok seni seperti Bumi Purnati dan Komunitas Seni Hitam Putih Sumatera Barat bisa menampilkan hasil karyanya dengan layak kepada publik.
“Kami juga sangat mendukung, agar pertunjukan Under the Volcano kembali dihadirkan karena, selain memiliki alur cerita yang menarik, pertunjukan ini menjadi salah satu pertunjukan yang memanjakan mata serta sarat akan pesan-pesan kemanusiaan,” terangnya.
“Semoga pertunjukan ini dapat menjadi sajian menarik bagi penikmat seni untuk mengisi akhir pekan,” pungkasnya.
Mengingat Siklus Kehidupan dan Kemanusiaan melalui Jalan Kebudayaan. Pertunjukan yang berdurasi kurang lebih 80 menit ini dimulai dengan cerita awal sebelum bencana terjadi. Digambarkan suasana kehidupan yang harmonis, masyarakat menjalankan kegiatan sehari-hari secara damai. Tiba-tiba gempa datang, diikuti ledakan gunung dan tsunami.
Para penghuni lereng panik dan berusaha menyelamatkan diri. Ketika letusan mereda, timbulnya masalah baru bagi masyarakat dalam hal sandang, pangan, dan papan yang menyebabkan trauma dan kemiskinan.
Sedikit demi sedikit masyarakat membangun kembali rumah dan desa dengan bantuan banyak orang. Akhirnya kehidupan kembali normal dan damai.
Pertunjukan “Under the Volcano”, Sabtu, 27 Agustus 2022 di Ciputra Artpreneur Theater [sesi 1 pukul 16.00 WIB; pentas 2 pukul 20.00 WIB]. Pembelian tiket dapat dilakukan melalui Loket.com/https://linktr.ee/ciputraartpreneur.
- VIP Rp 1.350.000
- Diamond Rp 1.000.000
- Gold Rp 750.000
- Silver Rp 500.000
- Bronze Rp 250.000