Inilah sesi pendakian paling melelahkan di jalur Annapurna Circuit ini, hari kelima pendakian. Kami bangun dini hari dan bergegas menuju Thorong La Pass pada pukul 02 pagi, untuk menghindari angin kencang setelah siang hari yang sering membawa debu.
Dalam kegelapan, hanya ada suara langkah kaki kami dan desiran angin dingin Annapurna. Dengan headlamp menyala, kami mulai mendaki menuju Thorong La Pass. Suasana dingin menggigit kulit, napas kami terlihat dalam embun beku.
Setiap langkah terasa semakin berat, namun semangat tak surut mmenyelesaikan trekking ini. Rombongan kami terpisah beberapa kelompok. Saya berempat bersama Achmad Hasan, James Tumbelaka, Annes Suryawinata paling belakang ditemani sherpa Sangeh. Kami terpisah tiga jam dari rombongan paling depan.
Salju di puncak gunung di Thorong La Pass Foto Makhfud Sappe
Ketika sinar matahari mulai muncul, kami menikmati pemandangan alam yang memukau; lembah yang dalam dan pegunungan yang menjulang tinggi mengelilingi kami. Semburan sinar pagi terpancar dari puncak-puncak yang terbalut salju. Terkadang angin kencang menghadang kami. Mendekati Thorong La Pass udara semakin tipis dan suhu semakin dingin.
Kelompok pertama yang sampai ke Thorong La Pass; Remigus Sigid Tri Hardjanto, Bernadus Renaldo, Stefanus Jono Chang disusul Hendrik Wintery, Gregory Wintery, Surya Wijaya, disusul kemudian kelompok Chandra Bong, Jahja ditemani treck leader Niraj.
Sekitar pukul delapan pagi, saya berempat tiba di Thorong La Pass yang berada di ketinggian 5.416 mdpl. Thorong La Pass bukan hanya letak geografis; tapi impian dari banyak petualang yang berani menempuh medan yang sulit. Panorama dari atas sangat memukau. Hamparan pegunungan yang membentang sejauh memandang.
Kami berfoto ria beberapa saat dengan latar belakang bendera doa, merayakan keberhasiln mencapai trek tertinggi di dunia ini. Kami sempat menikmati coklat panas dari kedai kecil tidak jauh dari titik 5416 mdpl sebelum turun menyusul yang lain. Trek turun ke Muktinath cukup panjang. Kami menghindari terjebak dalam gelap saat menuruni trek ini.
James Tumbelaka, Christian Kurniawan, Merzlin Tedjo, Annes Suryawinata, Stefanus Jono Chang, dan Robertus Denny (kiri-kanan) Foto Makhfud Sappe.
Perjalanan Menuju Muktinath
Setelah menikmati momen bersejarah di Thorong La Pass, kami mulai jalan turun menuju Muktinath. Di kiri kanan jalur terbentang pemandangan pegunungan Annapurna yang megah. Namun, jalan berbatu dan licin, menyebabkan pendaki mesti melangkah dengan hati-hati. Batu-batu kerikil tersebar di jalur trek yang gampang membuat kita tergecincir. Beberapa teman dalam rombongan jatuh tergelincir berkali-kali. Trek menurun ternyata juga menguras sisa tenaga. Kaki terasa berat digerakkan. Sementara Muktinath masih jauh di bawah.
Akhirnya, pada sore hari kami berempat tetap menjadi yang terakhir tiba di Desa Pedhi. Daerah ini sudah masuk wilayah Mustang bagian Provinsi Gandaki. Dari sini kami melanjutkan dengan jeep ke hotel yang berada di tengah kota Muktinath.
Muktinath yang berada di ketinggian 3710 mdpl adalah kota kecil di kaki pegunungan Annapurna, tempat suci bagi umat Hindu dan Buddha, Muktinath dianggap sebagai salah satu tempat suci dałam agama Hindu. Para peziarah datang ke sini untuk memuja Dewa Vishnu. Di Muktinath juga ada kuil yang didedikasikan untuk Dewa Vishnu. Di sini kami akan istrahat semalam sebelum melanjutkan ke Pokhara. Sesampai di hotel semua sudah kelelahan. Tak ada pilihan lain setelah itu, semuanya masuk ke kamar untuk beristrahat.
POKHARA
Hari ketuhuh, pagi setelah sarapan, kami sudah siap untuk melanjutkan perjalanan ada empat jeep yang akan mengantar kami ke Pokhara. Perjalanan ditempuh selama tujuh jam melewati jalan berliku, melalui lembah Kali Gandaki. Dalam perjalanan kami menikmati Landskape berganti dari pegunungan kering Mustang menjadi perbukitan hijau. Rombongan mampir sejenak sekaligus foto grup di Desa Kalopani. Menjelang sore kami sampai di Pokhara yang juga kota kedua setelah Kathmandu.
Seluruh anggota tim berfoto di Desa Kalopani sebelum memasuki kota Pokhara. Foto Istimewa
Kota ini sudah sangat maju dibanding kunjungan saya sebelumnya ke kota ini sekitar sepuluh tahun lalu.Berbagai merek mobil listrik terlihat di jalan, hotel dan resto ada di tiap sudut jalan. Pokhara menjadi kota tujuan wisata utama di Nepal. Kami tinggal di Hotel Barahi selama dua hari sebelum ke Kathmandu. Di Pokhara kami mengunjungi Danau Phewa dan ke White Temple, kuil Budha yang berada di puncak bukit.
Petualangan kami ke Thorong La Pass telah memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Dari Kathmandu yang sibuk, naik jeep menyusuri lereng-lereng tebing berliku ke Chame, menikmati pegunungan dari helikopter menuju Manang, hingga tantangan mendaki pegunungan bersalju. Setiap momen menjadi bagian dari kenangan berharga. Kami belajar tentang ketahanan, persahabatan, dan keindahan alam yang menakjubkan.
Perjalanan ini bukan semata mencapai puncak, tetapi juga tentang perjalanan itu sendiri. Kami kembali ke Kathmandu dengan kenangan dan pengalaman yang akan kami ingat selamanya.
Trekking di Annapurna bukan sekadar menaklukan gunung. Saya teringat kutipan Edmund Hillary, pendaki pertama yang sampai ke puncak Everest yang saya baca di salah satu buku di Cafe 4410 Dingboche saat ke Everest Base Camp 2023, _“It is not the mountain we conquer but ourselves_ --bukan gunung yang kita taklukan, tapi diri kita sendiri.
BAGIAN PERTAMA : Jejak di Salju : Kisah Kembali ke Thorong La Pass