Mahkota atau crown pada event spektakuler Miss Universe bukan sekadar hiasan kepala bagi perempuan peraih gelar terbaik di ajang ini. Ia adalah simbol kemenangan yang mewakili karakter pemenang. Ketajaman intelektual, buah kedisiplinan, kedalaman spiritual, kehangatan dan kepedulian sosial, serta percik kreativitas tanpa batas.
Tahun ini, mahkota istimewa itu kembali lahir dari tangan kreatif desainer Indonesia, Naomi Julia Soegianto. Perempuan asal Surabaya, Jawa Timur, ini dipercaya membuatnya untuk Indonesia; beserta Singapura dan Hong Kong sekaligus.
Bagi Naomi, penugasan merancang tiga mahkota dalam waktu yang terbilang padat, sekira 1,5 bulan, bukan hanya menantang secara artistik. Ini menjadi kesempatan baginya untuk menggali hingga kemudian menghadirkan filosofi budaya Nusantara dalam setiap tatahannya. Juga menonjolkan semangat perempuan Asia ke dalam karya berlapis logam mulia yang sarat makna.
Naomi menghadirkan tiga mahkota tersebut dalam presentasi spesial bertajuk ‘From Indonesia to Universe: Legacy of Art, and Empower Women’ di Jakarta, 8 September 2025. Jiwanta, The Lumina Orchids, dan The Elegance of South Asia.
“Desain adalah soul buat saya. Sesederhana apapun itu, semua memiliki tantangan masing-masing, dan value luar biasa,” ungkapnya.
Pendiri label perhiasan yang diberi nama sesuai inisialnya, NJS, itu berharap siapapun yang memakai mahkota itu nanti akan memiliki dampak positif baik bagi diri sendiri maupun orang lain, dan senantiasa menjadi pribadi yang berani mengembangkan bakat serta kemampuannya.
“Seperti menanamkan harapan dari pendalaman detail-detail yang saya lakukan setiap hari,” tuturnya.
Bermula dari titik hingga merajut harapan
Mahkota Indonesia diberi nama Jiwanta, dari bahasa Sanskerta yang berarti ‘jiwa yang tenang’. Filosofi batik menjadi inspirasi utama, melambangkan keluhuran budi, kebijaksanaan, keteguhan, dan kesabaran dalam berproses.
Naomi menyebut nilai-nilai ini sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini yang penuh tantangan. “Saya memahami batik itu dipetik dari kata ‘ba’ yang berarti ‘amba’ atau ‘ombo’ yang dalam bahasa Jawa bermakna luas; dan ‘tik’ yang bermula dari titik.”
Ia melanjutkan, “Titik-titik yang kecil dan sedikit itu kemudian meluas … saya mencoba menghubungkan ketenangan jiwa yang terpancar dari kebijaksanaan dan kesabaran dalam berproses, dengan culture batik itu sendiri.”
Tantangan lebih besar datang ketika ia diminta merancang mahkota untuk Miss Universe Singapura. 2025 menjadi tahun istimewa karena menandai 60 tahun Kemerdekaan negeri itu.
Dari diskusi intensif dengan penyelenggara, Naomi memilih bunga anggrek, simbol nasional Singapura, sebagai ornamen utama. Hingga kemudian lahir rancangan The Lumina Orchid, mahkota modern bercahaya dengan 60 hiasan anggrek.
“Saya senang mereka sangat mengapresiasi desain dengan modern look, tidak terkesan tradisional, dan bright ini,” kata Naomi.
Mahkota untuk Miss Universe Hong Kong mengambil inspirasi dari karakter perempuan Asia Timur yang gesit, mandiri, dan efisien. “Saya merancang look yang simpel, modern, tapi tetap elegan dan kokoh. Filosofinya harus sesuai dengan gaya hidup Hong Kong yang serba cepat dan penuh mobilitas,” ujarnya.
Dalam proses kreatifnya, Naomi mengandalkan material berkelas seperti emas, perak, aneka stones dan bebatuan yang memancarkan diamond look. Semburat warna putih dan emas yang kekuningan ditata harmonis, memunculkan karya yang artistik, berakar pada budaya lokal, namun tetap bercita rasa internasional.
Teratai dan napas kebebasan
Naomi bukan ‘orang baru’ bagi Miss Universe Indonesia. Tahun lalu, ia untuk pertama kalinya ia dipercaya merancang mahkota. Teratai Nusantara --desain mahkota ini terinspirasi dari bunga lotus yang merepresentasikan kelembutan sekaligus kekuatan perempuan Indonesia.
“Saat itu sebetulnya banyak referensi yang bisa saya pelajari dari mahkota-mahkota di tahun sebelumnya. Namun saya memilih berpikir murni dari nol dengan merenungkan filosofi Miss Universe yang bisa dialirkan melalui desain bertema lotus,” terangnya.
Sebagai perempuan Indonesia, ia menyadari bahwa kekuatan perempuan mampu memberikan kontribusi besar bagi lingkungan sekitarnya dan dunia. Kelembutan dan sifat welas asih perempuan akan semakin bercahaya ketika diiringi oleh kepribadian kokoh, kecerdasan, wawasan luas, dan cara berpikir yang terbuka, serta kemandirian
Banyak pengalaman menarik selama proses pembuatan mahkota yang merupakan hal baru bagi dirinya, walau ia sendiri sudah lebih dari 30 tahun menekuni dunia produksi perhiasan. Pengalaman itulah yang menjadi fondasi saat kembali dipercaya merancang crown di tahun ini.
“Penyelenggara hanya memberikan petunjuk ukuran, namun membebaskan saya berkreasi. Kemerdekaan ini menjadi suatu hal yang sangat penting sehingga saya bisa berkreasi dengan sangat enjoy dan fokus.”
Pesan universal lebih dari sekadar simbol
Kesempatan merancang tiga mahkota Miss Universe 2025 sekaligus menjadi tonggak penting perjalanan Naomi. Ia membuktikan bahwa karya anak bangsa dapat menembus panggung internasional, menyatukan filosofi lokal dengan estetika global.
Tak lama lagi, kisah hidup Naomi akan terdokumentasi dalam biografi berjudul 'Matahari Setelah Hujan (2025)' karya Alberthiene Endah. Buku itu akan merekam jejak perjalanannya—dari usaha kecil di Surabaya hingga menjadi desainer perhiasan yang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.
Dengan setiap mahkota yang lahir dari tangannya, Naomi Julia Soegianto bukan hanya menghadirkan simbol kemenangan, tetapi juga menyampaikan pesan universal tentang intelektualitas, disiplin, spiritualitas, kepedulian, dan kreativitas—lima karakter yang membuat mahkota Miss Universe selalu bercahaya.
