mbalik-karya-karya-basoeki-abdullah-kembali-ke-ruang-publik
Pengunjung melihat langsung karya Basoeki Abdullah dalam pameran mini di pintu keluar C Stasiun MRT Fatmawati, Jakarta. | Dok. Galeri Nasional Indonesia
Art & Culture
MBALIK: Karya-karya Basoeki Abdullah Kembali ke Ruang Publik
Devy Lubis
Wed, 19 Nov 2025

Museum Basoeki Abdullah menghadirkan cara baru menikmati seni. Bukan di dalam ruang pameran yang sunyi, melainkan di tengah arus mobilitas warga Jakarta. 

Bekerja sama dengan Stasiun MRT Fatmawati, museum ini meluncurkan program MBALIK atau Museum Basoeki Abdullah di Ruang Publik. Sebuah inisiatif yang membawa karya, cerita, dan semangat sang maestro lebih dekat kepada masyarakat luas; khususnya pengguna transportasi umum. 

Sepilihan karya sang maestro dipajang dalam pameran mini bertajuk ‘ARTway: Basoeki Abdullah dan Perjalanannya’. Program berlangsung pada 17–30 November 2025. Pengguna MRT maupun masyarakat umum dapat mengapresiasinya di hall Pintu C stasiun.

Seni yang ‘Kembali’

MBALIK—yang berarti kembali dalam bahasa Jawa—menegaskan filosofi dasar museum. Bahwa seni hadir untuk publik, dan manfaatnya selalu kembali pada masyarakat. Program ini juga menjadi pengulangan kreatif dari kegiatan serupa yang pernah dilakukan pada 2021, tetapi kini dikembangkan dengan pendekatan yang lebih terbuka dan partisipatif.

Kepala Museum dan Cagar Budaya Indira Estiyanti Nurjadin menyebut kolaborasi ini sebagai langkah strategis untuk memperkuat posisi Museum Basoeki Abdullah, salah satunya, sebagai rumah inspirasi tokoh. “Menghadirkan seni ke ruang publik adalah cara efektif memperluas dialog serta partisipasi masyarakat terhadap seni dan budaya,” ujarnya.

Lokasi kegiatan bukan dipilih secara kebetulan. Museum Basoeki Abdullah hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Stasiun MRT Fatmawati, dan kini penumpang dapat menemukan penunjuk arah langsung menuju museum dari area stasiun.

Pameran Pop-Up Mengajak Berhenti Sejenak

Penanggung jawab Galeri Nasional Indonesia Bayu Genia Khrisbie mengapresiasi MBALIK sebagai bentuk pop-up exhibition. Menurutnya, melalui narasi visual yang ringkas, pengunjung dapat menelusuri tiga segmen perjalanan sang maestro. 

Pertama, Alam Semesta dan ketertarikannya pada lanskap. Kedua, Potret Tokoh yang menegaskan perannya sebagai salah satu pelukis istana. Ketiga, Basoeki Abdullah dan Dunia. “Termasuk rekam jejak karya-karyanya di Thailand, Filipina, Kamboja, dan Brunei,” kata Bayu.

Esti menambahkan, meskipun berskala kecil, pameran ini menjadi pintu pembuka sebelum publik mengunjungi museum dan melihat koleksi yang jauh lebih lengkap, termasuk karya yang kini menjadi koleksi istana dan negara.

Bagaimanapun, pameran mini ini dirancang untuk merangkul publik lebih luas—terutama mereka yang mungkin belum sempat atau belum pernah mengunjungi museum. “Kami mencoba menjemput bola,” ujarnya. “Jika teman-teman tidak bisa datang ke museum, maka museum lah yang datang menemui masyarakat.”

Ruang Publik yang Hidup: Workshop, Gelar Karya, dan Diskusi

Selama dua pekan penyelenggaraan, MBALIK menghadirkan rangkaian aktivitas interaktif untuk semua kalangan. Di antaranya: 

- Mini Workshop

Pengunjung dapat mencoba berbagai media sederhana untuk berkarya, lalu membawa pulang hasilnya atau memajangnya di “Gallery of the Day”. Area ini menjadi ruang spontan yang setiap hari berubah sesuai partisipasi publik.

- Gelar Karya

Sebuah ruang apresiasi terbuka bagi masyarakat, komunitas seni, dan pelaku kreatif untuk memperlihatkan karya dan perspektif mereka tentang seni.

- Mini Pameran “ARTway”

Menampilkan cuplikan perjalanan kesenian Basoeki Abdullah sejak masa mudanya di Solo hingga kiprahnya di Asia dan Eropa.

- Diskusi Publik (29 November 2025)

Berlangsung di Museum Basoeki Abdullah, diskusi ini menyoroti relevansi karya Basoeki Abdullah di masa kini dan pentingnya menjadikan museum sebagai ruang interaksi budaya.

Seni di tengah Mobilitas

Dengan memanfaatkan ruang publik modern seperti MRT—di mana orang bergerak, berpindah, dan kadang terburu-buru—Museum Basoeki Abdullah menghadirkan jeda kecil. Sebentuk ruang untuk melihat, merenung, atau sekadar menikmati karya secara kasual. 

Seperti kata Bayu, di tengah kota yang tak pernah berhenti, seni menemukan cara untuk kembali. (*)


Share
Nyonya Secret

Postcard

test
Makhfud Sappe Makhfud Sappe
Bagan, kota seribu pagoda. Saat matahari perlahan terbit, bias jingga menari di horison, membelai kabut di antara siluet pagoda-pagoda kuno. #Bagan #SunriseMagic #MyanmarMoments

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru