manifesto-viii-jelajah-karya-di-galeri-nasional-x-stovia
‘Tribute to Attribute (2020) Karya Ajar Ardianto | DOK. GALERI NASIONAL INDONESIA
Art & Culture
MANIFESTO VIII: Jelajah Karya di Galeri Nasional x Stovia
Devy Lubis
Thu, 04 Aug 2022
Pameran dua tahunan yang secara konsisten digelar Galeri Nasional Indonesia ‘MANIFESTO’ kembali hadir. Pada gelaran kali ke-8 tahun ini, ekshibisi bertajuk ‘TRANSPOSISI’ dapat dinikmati mulai 27 Juli hingga 26 Agustus 2022.

Berbeda dari penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya, event yang merupakan wujud ekspresi seni rupa tersebut berlangsung di dua tempat berbeda, yakni Galeri Nasional Indonesia dan Museum Kebangkitan Nasional atau yang lebih dikenal sebagai gedung bersejarah STOVIA di Jakarta. Relasi kedua lokasi itu menyegarkan kembali gagasan awal penyelenggaraan Pameran MANIFESTO kali pertama (2008) sebagai peringatan momen satu abad gerakan Kebangkitan Nasional Indonesia (sejak 1908).

Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO VIII ‘TRANSPOSISI; dikuratori oleh Rizki A. Zaelani, Suwarno Wisetrotomo, Citra Smara Dewi, dan Teguh Margono.

Rizki mengungkapkan, pameran MANIFESTO tetap menegaskan dua hal penting. Pertama, bahwa perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia kini telah mengembangkan model apresiasi publik terhadap ekspresi karya-karya seni rupa yang dipresentasikan di ruang-ruang publik (termasuk gedung STOVIA yang kini dijadikan museum kesejarahan).

Gagasan penciptaan karya-karya seni rupa kontemporer Indonesia pun, pada umumnya, tetap menjadi khas dan signifikan karena selalu menghubungkan dinamika kemajuan masyarakat kontemporer kini dengan landasan pembelaan sikap-sikap kebangsaan.

Sementara itu, ‘TRANSPOSISI’ sebagai tema kerja kurasi maupun judul pameran ini lebih dari sekadar undangan bagi para seniman untuk menentukan posisi dan peran kerja penciptaan seni mereka yang baru (atau sekadar “reposisi”). Tema ‘TRANSPOSISI’ terutama menganggap penting upaya pengetahuan dan kesadaran para seniman untuk terus memeriksa kamus gagasan serta tindakan penciptaan seni yang sebelumnya telah dikerjakan masing-masing seniman untuk menciptakan lokasi peran seni yang terbarukan.

“Pendek kata, pameran ini memanfaatkan gagasan ‘TRANSPOSISI’ sebagai kemungkinan cara untuk terus menemukan atau menciptakan bentuk-bentuk yang hidup dari ekspresi perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, kini dan masa kemudian,” kata Rizki.

Kolaborasi Ide dan Bingkai Keindonesiaan

Arti penting pameran ini juga diuraikan Suwarno, kurator. Pertama, bagi jagad wacana dan praktik seni rupa di Indonesia. Ia menilai, ‘TRANSPOSISI’ menghadirkan seniman dan karya seni melalui proses kurasi yang tajam di bawah bingkai keindonesiaan, kebangsaan, serta keseharian.

Kedua, seniman berada dalam tantangan untuk mengelaborasi ide-ide kurasi yang terus bergerak seiring dengan isu-isu aktual dan kontekstual dalam karya seni visual. Ketiga, publik seni maupun masyarakat luas dapat menyaksikan sekaligus mengonfirmasi perkembangan wacana dan praktik seni mutakhir.

“Berbagai dinamika, perubahan, peralihan, hingga ‘turbulensi’ dalam proses berkesenian para perupa menjadi pertaruhan pada pameran MANIFESTO VIII kali ini,” kata Citra menambahkan.

“Sinergitas antara seni, sains, dan teknologi yang saling berkelindan dengan mengusung tema-tema masa lalu, masa kini, dan masa mendatang membawa imajinasi, persepsi, dan interpretasi publik tentang konsep kebangsaan melalui karya seni rupa kontemporer,” lanjutnya.

108 Karya Sebagai Medium Ekspresi

Pameran Manifesto VIII ‘TRANSPOSISI’ menampilkan karya 108 perupa Indonesia (perorangan dan kelompok). Masing-masing menyuguhkan 108 karya yang dipilih berdasarkan hasil seleksi kurasi karya-karya dari 613 calon peserta yang mengajukan melalui undangan terbuka (open call).

Karya-karya tersebut berupa lukisan, grafis, drawing, mural, patung, instalasi, found object, kolase, kriya tekstil, fotografi, seni digital, video art, animasi, video mapping, dan virtual reality.

Karya-karya yang dipamerkan, menurut Rizki, menunjukkan jenis dan karakter medium ekspresi yang beraneka. Bentuk dan ukuran karya-karya bervariasi: ukuran maksimal dengan sifatnya yang ekspansif atau instalatif, atau ukuran minimal yang justru memilih karakter ekspresi yang lebih intim.

Ia pun merinci tiga catatan penting dalam watak medium ekspresi. Pertama, adanya kecenderungan intensifikasi pengolahan medium-medium ekspresi yang bersifat konvensional (dari gambar, lukisan, atau patung). Kedua, adanya jenis eksplorasi dan perluasan karakter medium ekspresi dari gabungan berbagi material, objek, atau benda yang termanifestasikan sebagai kesatuan gagasan.

Dan ketiga, “Adanya penggabungan atau interaksi antara medium karya yang bersifat aktual dengan karya digital yang bersifat virtual,” jelasnya.

Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto berharap, melalui Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO VIII ‘TRANSPOSISI’, para perupa memiliki kepekaan yang tajam untuk membuat seni rupa memiliki posisi dan peran krusial yang mampu berkontribusi positif dalam kehidupan masyarakat dan mendorong kemajuan zaman.

“Semoga karya-karya dalam pameran ini juga mampu menggugah para apresiator untuk turut mendukung perkembangan dan kemajuan seni rupa serta berkontribusi bagi masa depan Indonesia,” tuturnya.

Pameran MANIFESTO

  1. MANIFESTO Peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional (2008)
  2. MANIFESTO Ke-2 “Percakapan Masa” (2010)
  3. MANIFESTO #3 “ORDE dan KONFLIK” (2012)
  4. MANIFESTO No.4 “Keseharian” (2014)
  5. MANIFESTO V “ARUS” (2016)
  6. MANIFESTO 6.0 “MULTIPOLAR: Seni Rupa Setelah 20 Tahun Reformasi” (2018)
  7. MANIFESTO VII “PANDEMI” (2020)
  8. MANIFESTO VIII “TRANSPOSISI” (2022)




Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru