Jaipur di pagi hari bukan sekadar lansekap menawan, tetapi juga menawarkan cerita kehidupan yang khas. Menyisir jalanan di pagi hari, adalah kelaziman menyaksikan orang-orang bergerombol menikmati teh.
Mentari mulai menebar terang. Sebentar lagi hiruk-pikuk kesibukan di Jaipur, Ibu Kota Negara Bagian Rajashtan, India, dimulai. Sepoi angin dingin mulai bisa dirasakan seisi kota terbesar sekaligus pusat budaya dan perdagangan di Rajashtan ini.
Jaipur di pagi hari bukan sekadar lansekap menawan, tetapi juga menawarkan cerita kehidupan yang khas. Menyisir jalanan di pagi hari, adalah kelaziman menyaksikan orang-orang bergerombol menikmati teh
Kesibukan gerobak-gerobak teh menjadi sejenis prolog warga setempat memulai hari. Hampir seluruh sudut jalan dihiasi gerobak penjual teh. Padahal, yang ditawarkan bisa dikata sejenis, teh susu atau teh tarik.
Berbalut surban maupun pakaian tebal penghalau udara dingin, masyarakat dari berbagai kalangan berhimpun membentuk koloni-koloni peminum teh diselingi obrolan santai atau menyantap sajian koran pagi.
Dalam terpaan dingin udara pagi, badan-badan sosial pun ikut memanaskan semangat dengan membagikan teh gratis bagi para homeless maupun pencari kerja yang datang dari berbagai daerah di sekitar Jaipur.
Berbalut pakaian tebal penghalau dingin sembari menikmati teh di pagi hari. FOTO: MAKHFUD SAPPE.
Sebagai kota terbesar di Rajasthan, Jaipur merupakan magnet bagi para pencari kerja dari daerah-daerah sekitar. Berpenduduk lebih dari 3 juta jiwa, kota yang didirikan pada 18 November 1727 oleh Maharaja Sawai Jai Singh II, penguasa Amber, ini karib pula disebut “The Pink City’’ karena hampir semua bangunan di kota ini dicat dengan warna pink.