festival-musikal-indonesia-2025-membaca-ulang-nusantara-lewat-musikal
| DOK: Bakti Budaya Djarum Foundation
Movie & Music
FESTIVAL MUSIKAL INDONESIA 2025 Membaca Ulang Nusantara Lewat Musikal
Devy Lubis
Thu, 20 Nov 2025

Festival Musikal Indonesia 2025 kembali menjadi ruang temu bagi karya-karya yang merentang dari tradisi hingga eksperimentasi modern. Di panggung tahun ini, para kreator menghadirkan cerita yang lahir dari mitologi, sejarah, dan kegelisahan manusia—menunjukkan bahwa dunia teater Indonesia tak pernah kehilangan nyala. 

Berikut beberapa karya yang mencuri perhatian:

Tiga Dekade Konsistensi Seni — EKI Dance Company 

Hampir 30 tahun berkarya, EKI Dance Company berdiri sebagai salah satu perusahaan seni paling mapan di Indonesia. Dengan penari dan kru produksi penuh waktu, EKI memposisikan diri sebagai rumah besar seni pertunjukan, merentang dari musikal, tari, hingga broadcasting dan produksi panggung. 

Konsistensi panjang mereka kembali terlihat melalui pementasan ‘Calon Arang’. Kisah klasik ini dihidupkan kembali melalui sudut pandang relasi cinta dan kehancuran. 


Calon Arang, janda sakti yang ditakuti seluruh Desa Girah, berada di pusat tragedi ketika Bahula—murid Barada—ditugaskan mencuri kitab sakti dengan memanfaatkan putrinya, Ratna Manggali. Pertunjukan ini menggali lapisan-lapisan kuasa, luka, dan pengorbanan, menghadirkan cerita tua dengan sensitivitas kontemporer dan kekinian.

Opera Tradisi dari Masa Lalu — Langenpraja Kawedanan Panti Budaya Mangkunegaran

Sebagai lembaga seni yang telah hidup sejak masa Mangkoenagoro IV (1867), Kawedanan Panti Budaya Mangkunegaran terus merawat warisan tari, karawitan, pedalangan, dan sastra Jawa. Tahun ini, mereka kembali membawa bentuk dramatari vokal khas istana—Langendriyan—ke panggung modern.

Pertunjukan bertajuk ‘Langendriyan Mandraswara – Menakjingga Lena’ dipentaskan dengan indah. Dramatari vokal klasik ini mengisahkan misi Damarwulan memenggal kepala Menakjingga demi wangsit Dewata. 

Seluruh peran ditarikan oleh penari putri, menyatukan gerak, vokal, dan gamelan dalam satu bentuk opera tradisi yang memukau. Lewat karya ini, penonton seolah diajak kembali ke masa lalu, menengok keindahan budaya yang telah berdenyut selama ratusan tahun.

Menyibak Kisah yang belum Pernah Diceritakan — ArtSwara Production 

Sejak 2009, ArtSwara Production membangun ruang bagi drama musikal yang sarat nilai edukasi, sekaligus menjadi tempat tumbuhnya talenta muda. Tahun ini, mereka menawarkan interpretasi segar terhadap legenda Nusantara lewat pementasan dengan lakon ‘Tumang’.

‘Tumang’ mengambil inspirasi dari legenda Sangkuriang. Namun, cerita ini bergerak jauh sebelum kisah yang kita kenal. Tumang dan Wayung Hyang—yang kelak menjadi anjing dan babi—diceritakan sebagai dewa yang menghadapi takdir tidak terduga. 

Mengapa mereka turun ke bumi? Bagaimana mereka berubah wujud? “Tumang” menghadirkan imajinasi baru yang menghidupkan kembali mitologi dalam bingkai narasi yang segar dan penuh rasa ingin tahu.

Satu festival, ragam suara! Rangkaian pementasan di Festival Musikal Indonesia 2025 membentang luas: dari tradisi istana hingga eksperimen kontemporer, dari kegelisahan manusia modern hingga mitologi Nusantara. Beragamnya bahasa estetik ini membuktikan satu hal: teater Indonesia memiliki denyut yang hidup—penuh percobaan, penuh keberanian, dan terus relevan.

Jika seni adalah cermin, maka karya-karya ini mengajak kita memandang diri sebagai bangsa yang kaya cerita, penuh warna, dan tak pernah berhenti bergerak.(*)


Share
Aksara Lontarak
Nyonya Secret

Postcard

test
Makhfud Sappe Makhfud Sappe
Bagan, kota seribu pagoda. Saat matahari perlahan terbit, bias jingga menari di horison, membelai kabut di antara siluet pagoda-pagoda kuno. #Bagan #SunriseMagic #MyanmarMoments

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru