di-bawah-pilar-dolomites-1
Piani Lake di sisi Monte Paterno. | Foto Valentino Luis
Destination
Di Bawah Pilar Dolomites (1)
Valentino Luis
Thu, 13 Mar 2025
Pegunungan yang tersohor, memerah bersama fajar dan senja. Kebun bunga liar di lembah-lembah sejuk, bukit padang rumput berlatar menara batu spektakuler. Apa yang kurang?

Dengan hati-hati Sarah mencedok sup Zukini ke mangkuk kami. Aroma sup lantas berubah harum manakala ia menaburinya dengan Garlic Croutons, semacam repihan renyah roti berlumur bawang putih. Hidung saya kejab-kejab, ingin segera mencicipi, apalagi ketika ia menyodorkan Gnooci, pasta yang terbuat dari kentang bersiram saus krim serta kacang polong. 

 “Katakan, kenapa kamu lebih suka gunung ketimbang pantai?,” Manfred, suami Sarah, bertanya setelah memberitahu bahwa sup Zukini hanyalah hidangan ‘lumrah’ di daerah itu. Saya mengatakan padanya, alasan utama saya menyukai gunung bukan karena keindahan panorama, tapi karena sejak kecil saya menderita alergi cuaca, terutama bila suhu udara terlalu panas. Gununglah tempat paling ampuh untuk mengungsikan diri. Suhu dingin dan kebersihan udaranya adalah penyembuh. Dari situlah datang rasa suka pada gunung, lantas setelah tumbuh dewasa muncul alasan lain, yang menyangkut soal estetik. 

 Sarah dan Manfred mengundang saya ke pondok sewaan mereka di kampung kecil Ortisei pada lembah Val Gardena nan permai, setelah pertemuan tak terencana di kaki Sassolungo, gunung batu menjulang yang menjadi salah satu magnet utama bagi para pecinta alam serta pendaki gunung di sisi barat Pegunungan Dolomites. 

Saya hanya melakukan medium trekking di seberang Sassolungo, tidak sesulit kelompok alpinist yang tersobsesi meraih puncak gunung setinggi lebih dari 3000 meter dpl itu. Saya bersua Sarah dan Manfred di tepi tebing dramatis Sellastock, dan keakraban antara kami terjalin begitu saja sembari melempar pandang ke Sassolungo. Pasangan ini tiba di Sellastock mengendarai mobil dari Ortisei, melewati desa Selva Gardena Wolkenstein lalu melampaui jalan sunyi tapi mengagumkan sekitar Ciadinat berlanjut singgah ke Passo Gardena yang mayoritas dikitari tebing kukuh putih bersalju. 

Usai berjalan kaki bersama di hadapan lereng-lereng Sasso Piatto, mereka kemudian mengajak saya ke Passo Pardoi, dimana pemandangannya membuat bulu kuduk saya merinding. Matahari senja kemerahan menerpa Marmolada, puncak tertinggi di seluruh wilayah ini, mendatangkan konsepsi surreal. 

Seribu Jalan Menyusuri ‘Si Pucat’

Dolomites adalah rangkaian pegunungan amat luas di utara Italia dan merupakan bagian dari Alpen. Hamparan pegunungan Dolomites yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Parco Nazionale Dolomiti seluas 300 km2, mencaplok tiga propinsi Italia yakni Belluno, Trentino, dan South Tyrol. Yang saya datangi adalah Dolomites di South Tyrol. Karena langsung berbatasan dengan Austria dan punya sejarah masa lampau yang lebih merujuk ke Austria, membuat propinsi ini jauh dari nuansa Italia, apalagi kebanyakan warga disini menggunakan bahasa Jerman sebagai bahasa percakapan sehari-hari, demikianpun nama-nama gunung yang lebih sering diucapkan dalam versi Jerman ketimbang Italia,

 Penamaan Dolomites terinspirasi dari jenis bebatuan karbonat yang membentuk pegunungan disana, namun orang lokal jaman dulu menyebutnya ‘Pegunungan Pucat.’ Dimafhumi, bebatuan terjal Dolomites sesungguhnya koral dari 200 juta tahun silam. Keindahan yang tak terbantahkan, ditunjang kealamian, danau-danau serta kampung-kampung mungil jelita membuatnya masuk dalam daftar UNESCO World Heritage Site.

Jelas Dolomites bukanlah destinasi yang baru dikenal. Ia amat diminati dan sudah memiliki rute trekking maupun jalur pendakian sejak berabad silam. Bayangkan, ada 20 gunung di Dolomites yang tingginya lebih dari 3000 meter dpl dan 24 gunung lainnya melampaui 2000 meter dpl. Kata Manfred, puncak-puncak gunung yang menjulang itu telah banyak direngkuh para pendaki sebelum tahun 1900. Maka jangan heran bila, banyak sekali pilihan rute menuju ke titik-titik ternama. 

Meskipun pegunungan, namun akses ke semua starting point pendakian dibuat sempurna dengan tetap menjaga keseimbangan alam. Antara kelompok pegunungan Sassolungo, Rasciesa, dan Alpe d’ Siusi terdapat lebih dari 20 fasilitas cable car untuk menolong peminat aktifitas musim dingin. Selain itu hadir kafe di bahu-bahu gunung berpanorama spektakuler memungkinkan pengunjung betah berlama-lama tanpa perluh kuatir kehabisan bekal makanan. Bagi saya, sarana prasarana demikian membuka seribu jalan kemudahan menyusuri Dolomites, Si Pegunungan Pucat.

NEXT : (2)


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru