waspada-kasus-rabies-meningkat
| DOK. LIONMAG
Waspada Kasus Rabies Meningkat
Devy Lubis
Mon, 10 Jul 2023
Penyebaran rabies terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan RI per 27 Juni 2023 menyebutkan temuan 11 kasus kematian akibat rabies.

Kondisi tersebut mempertegas pentingnya vaksinasi khusus anti-rabies.

Dokter Asep Purnama dari RSUD dr. TC Hillers Maumere mengatakan, rabies akhir-akhir ini muncul kembali karena selama pandemi kita beraktivitas di rumah, sehingga minim kontak dengan satwa seperti anjing.

“Sebanyak 99 persen penularan rabies melalui anjing. Memang bisa ditularkan melalui kucing, monyet, dan sebagainya. Jadi hati-hati sekarang rawan tertular rabies,” kata dia mengingatkan, melalui Live Instagram.

Asep menuturkan, masyarakat jarang sekali keluar rumah maupun bertemu anjing di jalanan. Pun selama tiga tahun terakhir, anggaran fokus untuk menangani COVID-19, sehingga cakupan vaksinasi rabies pada anjing berkurang.

Tidak ada perlindungan, anjing tertular rabies, lalu ditularkan ke manusia. Dalam hal ini, kata dr. Asep, anjing yang menggigit manusia berpotensi besar menularkan rabies.

ANTISIPASI RISIKO PENULARAN. Berdasarkan data tersebut, hingga bulan April 2023 di Indonesia terdapat 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies dan 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies.

Lebih lanjut, sebanyak 26 provinsi menjadi wilayah endemis rabies. Meski begitu, terdata 12 provinsi yang bebas rabies yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Barat Daya, dan Papua Pegunungan.

“Di NTT lagi heboh karena memang kebetulan terjadi KLB (kejadian luar biasa) di Kabupaten Sikka dan terjadi kematian manusia,” kata Asep.

Virus rabies masuk Flores sejak 1997. Virus yang biasanya hanya ada di Flores, kata Asep, sekarang menyebar ke Pulau Timor.

“Masyarakat setempat ketakutan dan anjingnya belum divaksin semua, jadi ini heboh. Ini keadaannya relatif cukup menakutkan karena obatnya tidak ada, tetapi bisa dicegah,” papar dr. Asep.

Ia pun mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati bila terlibat kontak dengan hewan, terutama hewan liar, agar tidak tertular rabies.

Rabies adalah penyakit yang disebabkan virus rabies. Jika seseorang tertular rabies dan sudah muncul gejala yang khas seperti takut air (hydrophobia) dan takut udara (aerophobia) maka angka kematiannya bisa dikatakan 100 persen. “Karena sampai saat ini belum ada obatnya,” tegasnya.

“Tapi, kalau telanjur terluka akibat gigitan anjing, lukanya dibersihkan, kemudian menerima vaksin rabies, itu akan 100 persen terjamin tidak akan tertular rabies.”

KAMU PERLU TAHU. Dokter Asep menjelaskan gambaran klinis orang yang positif rabies. Setelah orang digigit anjing pengidap rabies, ada masa inkubasi sekitar 20-90 hari untuk virusnya masuk ke dalam tubuh dan belum menimbulkan gejala.

Kemudian, muncul gejala, seperti panas, daerah luka mati rasa, dan gatal. Setelah itu, satu sampai dua hari muncul gejala neurologis yang akut dan khas, yaitu takut air dan takut udara. Apabila sudah berada di tahap ini, sudah tidak bisa ditolong atau fatal.

“Sudah dijelaskan dokter Asep, gigitan dengan rabies berisiko kematian, namun bisa diatasi dengan vaksinasi yang bukan hanya untuk hewan. Manusianya juga perlu divaksinasi untuk membangkitkan sistem imun, supaya bisa mengatasi virus rabies,” tutur Franchise Manager Travel-Endemic Vaccines PT Kalventis Sinergi Farma Dhimas Sagietha Hariandhana.

Dhimas menekankan, vaksin rabies bisa didapatkan di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, atau di Rumah Sakit Penyakit Infeksi seperti RSPI Sulianti Saroso Jakarta. Juga di rabies center yang tersebar di seluruh Indonesia seperti di RSUD dr. TC Hillers Maumere, tempat Asep berpraktik.

“Ketika virus rabies sudah masuk ke saraf pusat manusia, itu menyebabkan kematian. Tetapi bisa dicegah dengan memberikan vaksin secara langsung ketika setelah digigit hewan rabies,” kata Dhimas.

Ia melanjutkan, “Gejalanya bisa muncul beberapa minggu setelah digigit hewan tersebut, tergantung pada gigitan. Lokasi paling berbahaya ialah digigit sekitar leher atau kepala, karena akan langsung kena sistem saraf pusat.”

VAKSINASI SEBAGAI PERTOLONGAN, ANAK-ANAK HARUS JADI PERHATIAN. Lantaran kasus rabies kian meningkat, Asep memberikan tips pencegahannya, baik pra paparan dan pasca paparan.

Pra paparan merupakan penerimaan vaksin rabies ketika belum digigit hewan dengan rabies. Sedangkan pencegahan pasca paparan, vaksinasi dilakukan setelah digigit hewan penular rabies.

Kemudian, pihak yang paling berisiko terpapar rabies adalah vaksinator anjing dan petugas potong anjing untuk diperiksa sampel otaknya.

Anak-anak juga perlu divaksin rabies. Postur tubuh anak yang belum tinggi memungkinkan anjing melompat sampai ke leher atau kepala anak-anak. Bila anjing liar menggigit anak-anak, mereka kesulitan menghindar. Pertama, anak-anak belum bisa melawan. Kedua, kecepatan lari mereka belum maksimal.

“Jadi, harus diberikan vaksinasi pra-paparan di hari ke-0, hari ke-7, dan hari ke-21,” kata Asep.

Jika sewaktu-waktu mengalami gigitan anjing dan belum mendapatkan vaksin pra paparan, harus segera diberikan vaksinasi pada hari ke-0 sebanyak 2 kali suntikan. Dilanjutkan 1 kali suntikan pada hari ke-7 dan ke-21.

“Fungsi vaksin rabies pra paparan bukan hanya menghemat biaya, namun juga bisa mengantisipasi risiko jika stok vaksin tidak tersedia,” tegasnya.
Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru