ubud-writers-readers-festival-ke-21-bicara-kebenaran-berbuat-kebaikan
Seniman visual Australia-Indonesia Ida Lawrence memberikan perspektif segar pada UWRF Ke-21 tahun ini di Ubud, Bali, 23 - 27 Oktober 2024 . | DOC. UWRF | IDA LAWRENCE | HANDOUT
Art & Culture
Ubud Writers & Readers Festival Ke-21: Bicara Kebenaran, Berbuat Kebaikan
Devy Lubis
Thu, 25 Apr 2024
Selama lebih dari dua dekade Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) yang digelar di Ubud, Bali, telah berkembang menjadi ruang temu sastra paling berarti di Asia Tenggara. Menampilkan dan membagikan kisah dari para penulis, penyair, dan dramawan terkemuka.

Tahun ini UWRF berlangsung pada 23 – 27 Oktober 2024. Penyelenggaraan edisi ke-21 festival akan kembali mencetuskan ide-ide, mempromosikan dialog, dan memberikan ruang untuk berbagai suara dari seluruh dunia.

Selain percakapan penulis dan diskusi panel, akan ada pertunjukan, santap sastra, tur budaya, pembacaan karya, pentas musik, serta peluncuran buku dan lokakarya.

Tema yang diangkat, yakni Satyam Vada Dharmam Chara diambil dari kitab suci epik Hindu, Mahabharata, dan diterjemahkan menjadi Speak the Truth, Practice Kindness. Tema ini menekankan kebenaran dan kebaikan sebagai kualitas penting manusia.

Tema tersebut berkaitan erat dengan konsep filosofis Hindu Bali Tri Pramana atau tiga kekuatan dalam diri manusia yakni bayu (angin), sabda (ucapan), dan idep (pikiran) yang mewakili kemampuan untuk hidup, berbicara, dan berpikir.

Sejalan dengan tema ini, UWRF akan mendalami karya-karya para penulis yang telah menciptakan perbedaan di dunia sastra masa kini. Di dunia di mana kata-kata adalah senjata, kita dibawa untuk merefleksikan pengaruh dan pentingnya sastra di tengah pesatnya kemajuan teknologi, persebaran informasi, dan kejadian-kejadian terkini berdasarkan prinsip kebenaran dan kejujuran

“Tahun ini kami akan menyajikan program yang mengeksplorasi bagaimana kata-kata dan ide membentuk wacana publik, memengaruhi norma-norma masyarakat, dan bagaimana penulis dapat memperkuat nilai-nilai kebenaran dan kebaikan, melawan dunia yang semakin bergerak ke arah sebaliknya,” kata Janet DeNeefe, pendiri sekaligus direktur UWRF.

Tema festival kali ini dieksplorasi dengan perspektif segar oleh Ida Lawrence, seniman visual asal Australia-Indonesia. Dikenal dengan gayanya yang khas dalam memadukan cerita dan lukisan, Ida menciptakan komposisi buku yang membentuk huruf-huruf yang menggambarkan tema dalam bahasa Sansekerta, dengan rangkaian warna, tekstur, dan pola yang cerah.

Ida Lawrence menginginkan rangkaian proses pengalaman. Mencakup aktivitas melihat huruf-huruf yang menggambarkan tema dalam bahasa Sansekerta, menyadari bahwa huruf-huruf tersebut adalah buku, dan menguraikan bahwa pesan yang ingin disampaikan dapat ditemukan secara perlahan dan melalui pencarian yang berkelanjutan.

“Saya tidak biasa membuat karya dengan pesan moral sehingga alih-alih mengilustrasikan temanya, saya merenungkan sejumlah pertanyaan sambil melukis, dan hasil akhirnya menjadi artefak atau deskripsi visual dari proses refleksi tersebut,” tuturnya.

UWRF juga merilis program Peluncuran Buku. Penulis Indonesia dan internasional yang terpilih untuk meluncurkan buku di UWRF akan mendapatkan fasilitas berupa tempat acara, serta peluang pemasaran, berjejaring, dan hospitality yang luas.

Sejak tahun 2018, festival ini telah melahirkan ratusan penulis baru dan mapan melalui program ini. Pendaftaran akan ditutup pada 30 Juni 2024.

Bekerja sama dengan Australasia Association of Writing Programs (AAWP), UWRF juga meluncurkan panggilan terbuka bagi para penulis Australasia untuk memenangkan kesempatan melakukan perjalanan ke UWRF 2024.

Para penulis pemula diundang untuk mengirimkan karyanya ke ‘Emerging Writers’ Prizes of Prose and Poetry’ dan penerjemah di semua tahap karier dapat mengirimkan karyanya ke Translators’ Prize’.

“Kami sangat bangga telah memperjuangkan lebih dari dua puluh tahun keberagaman sastra dari Indonesia, Asia Tenggara, dan sekitarnya serta menyatukan para pencerita, pemikir, dan suara-suara baru dari dari seluruh penjuru dunia ke Ubud,” kata Janet DeNeefe,

“Kami tidak sabar untuk menyambut kembali pengunjung setia kami di bulan Oktober ini untuk merasakan semangat festival kami yang benar-benar luar biasa.”

Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru