Ubud Writers and Readers Festival 2025 akan berlangsung di Ubud, Bali, 29 Oktober – 2 November mendatang. Lebih dari 200 penulis, intelektual muda, dan penampil siap mengisi serangkaian program di empat hari event dengan percakapan dan cerita yang beragam.
Festival menghadirkan pemenang International Booker Prize 2025, Banu Mushtaq. Penulis India sekaligus aktivis hak-hak perempuan ini akan hadir bersama penerjemah koleksi cerita-cerita pendeknya berjudul ‘Heart Lamp (2025)’, Deepa Bhasthi.
Pemegang titel Booker Prize 2024 Jenny Erpenbeck juga akan menjadi bagian dari festival yang tahun ini mengangkat tema ‘Aham Brahmasmi – I am the Universe’. Deretan sosok berpengaruh lainnya antara lain novelis/jurnalis Mesir-Kanada Omar El Akad, penulis/jurnalis Jepang Shiori Ito, dan jurnalis Lebanon-Australia Antoinette Lattouf.
Pada kesempatan ini, pengunjung dapat menyimak diskusi dan analisis penulis Belgia David Van Reybrouck, yang juga seorang pakar sejarah. Bukunya ‘Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World (2020)’ menceritakan perjuangan kemerdekaan setelah tiga abad penjajahan kolonial Belanda.
Masih berbicara tentang kolonialisme, penulis Inggris William Dalrymple siap mengulas karya terbarunya ‘The Anarchy’ yang menelusuri kebangkitan East India Company (EIC) serta kekacauan dan kompleksitas di balik dominasi kolonial Inggris di India.
Bercerita dan membuat perubahan
Sebagai ajang untuk mengenalkan penulis Indonesia ke dunia, festival menghadirkan penulis Leila S Chudori, pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 Sasti Gotama, serta dua talenta sastra baru Ray Shabir dan Hamzah Muhammad. Mereka bersama penulis Bali Made Purnama Sari akan mengeksplorasi gelombang penyair yang andil mengubah bentuk, bahasa, dan media.
Di seluruh program utama, festival ini membahas bagaimana bercerita bisa menciptakan perubahan nyata. Dalam sesi ‘Where the Land Knows My Name: Stories from Papua’, tiga penulis Topilus B Tebai, Enda Kaban, dan Rossy You akan berbagi pandangan masyarakat Papua tentang tanah. Bagi mereka, tanah bukan sekadar wilayah, tetapi juga ingatan, keluarga, dan rumah.
Selain itu, wawancara khusus dengan penulis dan sosiolog Okky Madasari akan menampilkan cerita-cerita yang mengkritik diskriminasi gender, kediktatoran, dan prasangka sosial.
Sorotan lainnya dari program adalah ‘The Making of an Anthology: Stories from the Islands’. Program ini menampilkan penulis baru Annisa Ivana, satu dari sepuluh penulis Indonesia berbakat yang terpilih dari 647 peserta program mentoring UWRF.
Ia akan ditemani oleh penulis ternama sekaligus ko-kurator program Ratih Kumala, serta Nora Nazerene Abu Bakar, Wakil Presiden Penguin Random House SEA. Tahun ini, Penguin Random House SEA bekerja sama dengan Festival untuk menerbitkan antologi tersebut. Pengunjung juga diundang ke peluncuran buku dua bahasa ini, yang merupakan salah satu dari 34 sesi book launch gratis di Ubud.
Tujuh hari yang istimewa
Setelah sukses mengadakan program ‘Writing Retreat’ bersama Charlotte Wood, finalis Booker Prize 2024, festival akan kembali menyelenggarakan ‘Writing Retreat’ tahun ini di Plataran Ubud Hotel & Spa. Program ini akan dipandu oleh penulis ternama Kate Sawyer, Mirandi Riwoe, dan Robin Hemley.
Mulai Minggu, 26 Oktober, bersamaan dengan berlangsungnya Festival, peserta akan mengikuti lokakarya penulisan, mendapatkan waktu khusus untuk menulis, serta ikut serta dalam kegiatan budaya. Selain itu, juga akan memperoleh akses khusus ke Festival 2025, termasuk undangan ke Grand Opening Gala Festival.
Program ini menawarkan pengalaman sastra tujuh hari yang istimewa.
Pendiri sekaligus direktur festival Janet DeNeefe mengapresiasi perkembangan UWRF dari masa ke masa. Dari gala sederhana menjadi acara sastra paling berpengaruh di Asia Tenggara. Mempertemukan orang-orang dari berbagai tempat.
“Jika Anda ingin bertemu sesama pecinta sastra, menikmati cerita dan pertunjukan yang menarik, atau ingin tahu lebih banyak tentang Indonesia, datanglah ke Ubud untuk merasakan keajaibannya,” ungkapnya.