tyga-kasual-autentik-dan-bebas-stigma
| Dok Istimewa
Fashion
TYGA: Kasual, Autentik, dan Bebas Stigma
Devy Lubis
Fri, 01 Aug 2025

Gaya dan ekspresi bukan hanya milik satu generasi. Demikian diungkapkan Niccolas Lim, creative director TYGA, label fesyen yang baru saja membuka gerai pertamanya di Pondok Indah Mall 3, Jakarta. Bersamaan dengan peresmian store, TYGA pun merilis koleksi perdana mereka, ‘Unstigmatized’.

Rilisan spesial tersebut terdiri atas 15 look, yang tiap-tiap bagiannya mengangkat narasi tentang keberanian untuk tampil apa adanya, tanpa perlu mengkhawatirkan penilaian orang lain. Melalui koleksi ini, tangan-tangan kreatif di balik sebuah label mencoba menyuarakan pandangan mereka terhadap hal-hal yang kerap membatasi ekspresi pribadi -- seperti usia, gender, juga ekspektasi kultural di sekitar kita. 

“Banyak dari kita, khususnya yang lebih senior, sering berkata ‘I used to be…’. Lewat TYGA, kami ingin setiap orang merasa bahwa mereka masih bisa keren, relevan, dan berani tampil tanpa harus memandang usia,” ujar Niccolas.


Koleksi ini hadir dengan visual signature berupa wajah-wajah yang disensor, menggunakan kotak berwarna oranye sebagai simbol penyamaran identitas. Visual ini, kata Niccolas, bukan sekadar estetika, melainkan bentuk pernyataan untuk mengalihkan fokus dari label sosial menuju konteks dan cerita di baliknya.

Contohnya, seorang lelaki muda digambarkan sedang menjahit -- aktivitas yang secara tradisional dikaitkan dengan perempuan -- sementara seorang lansia ditampilkan sedang bermain game, aktivitas yang lekat dengan generasi muda. TYGA sengaja menyamarkan usia dan identitas visual untuk memancing audiens melihat makna lebih dalam: bahwa gaya dan ekspresi bukan milik satu generasi saja.

“Sesuai namanya, koleksi ini hadir untuk mereka yang tak terpengaruh dengan penilaian orang tentang gaya, cara membawa diri, hingga cara menjalani hidup. Untuk mereka yang percaya satu hal: live and let live (vivre et laisser vivre).”

Fesyen & Refleksi Kebebasan Identitas

Koleksi ‘Unstigmatized’ dirancang dengan perpaduan kualitas tinggi dan narasi personal. Diwakili penggunaan material seperti cotton heavy-weight, teknik washed, exposed seams, hingga raw edges yang menggambarkan kejujuran dalam proses produksi. Setiap potongan busana dibuat dengan siluet longgar namun terstruktur, memberikan kesan effortless namun tetap kuat secara visual.

Palet warna yang digunakan cenderung netral dan earthy -- warna-warna yang tidak terasosiasi dengan gender atau umur tertentu. Elemen oranye menjadi aksen khas, melambangkan City of TYGA sebagai ruang imajiner tempat semua ekspresi diterima dan tidak dihakimi.

Melalui kombinasi tersebut, setiap outfit tidak hanya menjadi produk fesyen, tetapi juga media ekspresi yang merefleksikan kebebasan identitas.

"Kami menghindari desain yang terlalu trend-driven, karena kami ingin produk ini bisa dikenakan lintas waktu dan lintas generasi,” lanjut Niccolas. “Kami percaya bahwa pakaian harus terasa personal, bukan hanya modis. Autentik, bukan artifisial.”

Tidak hanya menghadirkan produk fesyen, TYGA juga menyediakan ruang untuk event komunitas, creative gathering, dan aktivitas intergenerasional yang mendorong pertukaran ide dan pengalaman.(*)


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru