tri-hita-karana-tower-tampilkan-keindahan-lanskap-bali
Menara Tri Hita Karana landmark seni baru di Bali. | Dody Wiraseto/LIONMAG
Art & Culture
Tri Hita Karana Tower Tampilkan Keindahan Lanskap Bali
Dody Wiraseto
Wed, 25 Sep 2024

Tri Hita Tower hadir dengan menampilkan karya seni berbentuk menara raksasa. Ini salah satu destinasi yang erat dengan nuasa seni yang diluncurkan oleh Nuanu. Arsitek visioner menara ini berasal dari Prancis, Arthur Mamou-Mani, dan dinamai sesuai filosofi kehidupan Bali yang menekankan harmoni antara manusia dengan pencipta dengan sesama manusia dan alam.

Menara Tri Hita Karana merupakan instalasi hybrid gabungan seni dan kecerdasan buatan (AI) permanen pertama di Asia Tenggara, sebuah ikon inovasi yang memadukan seni dan teknologi di tengah keindahan alam Bali. Direktur Komunikasi dan Brand Nuanu, Ida Ayu Astari Prada mengatakan, berbagai proyek di Nuanu dirancang untuk menonjolkan perpaduan antara tradisi dan modernitas, khususnya dalam hubungan dengan budaya Bali.


THK Tower, kata dia, tidak hanya menjadi penghormatan bagi masyarakat Bali, tetapi juga dibangun menggunakan bahan-bahan yang diberi kehidupan kedua oleh tangan-tangan terbaik para pengrajin dan seniman lokal. “Saya sangat bangga menjadi bagian dari proyek yang merupakan perwujudan fisik pertama dalam bentuk seni dari 'Tri Hita Karana', prinsip hidup leluhur saya," ucap Ida dikutip dari keterangan yang diterima pada Jumat (20/9).

Menara ini memiliki tinggi bangunan 30 meter dengan 108 anak tangga. THK Tower juga berfungsi sebagai landmark interaktif yang mengajak pengunjung menikmati pemandangan 360 derajat, berada tepat di atas tebing di pesisir pantai berpasir hitam Nyanyi yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia.

"Di siang hari, struktur unik dari rotan dan kayu ulin ini memancarkan keindahan geometris alami. Di malam hari, THK Tower berubah menjadi kanvas hidup dengan pertunjukan proyeksi cahaya yang menakjubkan," dia menuturkan.

Pembangunan THK Tower juga dibantu oleh empat seniman AI internasional. Mereka adalah Pablo Alpe yang berasal dari Spanyol, Ben Helm yang berasal dari Inggris, Maksim Ha yang berasal dari Amerika-Ceko, dan Aizek dari Rusia. Keempat seniman itu memadukan kecerdasan buatan dengan seni generatif, menciptakan karya seni yang mengangkat tiga nilai inti filosofi Bali: Parahyangan (hubungan manusia dengan dunia spiritual), Palemahan (hubungan manusia dengan alam), dan Pawongan (hubungan manusia dengan sesama).

CEO dan Co-Founder DELIVERED., Anastasiia Filatova menjelaskan, terdapat lebih dari 1.000 perangkat cahaya yang dipasang di seluruh bagian menara serta didukung oleh 18 proyektor dan sistem suara canggih. “Semua ini menyatu dalam pertunjukan cahaya dan suara berdurasi 11 menit yang bisa dinikmati dari berbagai titik di Nuanu, termasuk Luna Beach Club," kata dia.

Arsitek visioner yang merancang THK Tower, Arthur Mamou-Mani mengatakan THK adalah instalasi permanen pertamanya di Asia. Ia menerangkan, kunci dari proyek ini adalah memahami siklus hidup setiap potongan rotan dan kayu ulin yang direklamasi, di mana circularity menjadi prinsip utama. “Meskipun ini adalah landmark permanen, menara ini dirancang untuk dapat dibongkar, dipindahkan, dan dikembangkan seiring waktu tanpa merusak lingkungan, melainkan dengan cara merayakannya," tuturnya.

Mamou-Mani mengungkapkan, dia berhasil mewujudkan kegemarannya pada karya seni dengan prinsip berkelanjutan dan instalasi geometris melalui menara THK. Bersama timnya, ia menciptakan struktur yang menjadi perwujudan keindahan organik lanskap Bali, menggunakan material seperti rotan dan kayu ulin yang tidak hanya sebagai pilihan desain tetapi juga komitmen terhadap keberlanjutan dan penghormatan terhadap lingkungan alam. (*)


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru