the-sea-is-barely-wrinkled-lapisan-sejarah-berbalut-mitologi-lokal-dan-manipulasi-digital
Karya perupa Kei Imazu berjudul Nyai Roro Kidul (2025) memberi sentuhan magis pada pameran tunggal perdananya di Jakarta, The Sea is Barely Wrinkled, tahun ini. | COURTESY: Liandro Siringoringo
Art & Culture
The Sea is Barely Wrinkled: Lapisan Sejarah Berbalut Mitologi Lokal dan Manipulasi Digital
Devy Lubis
Sun, 20 Jul 2025

Perupa Jepang; memetik inspirasi dari penulis Italia; menetap di Bandung; dan menggelar pameran di Jakarta. Kei Imazu mencoba merespons konteks berlapis dalam pameran tunggalnya The Sea is Barely Wrinkled di Museum MACAN, Jakarta, 24 Mei – 5 Oktober 2025. Ia menciptakan apa yang disebutnya sebagai ‘peta waktu’.

‘Peta waktu’ adalah sebuah kerangka visual yang melepaskan diri dari garis waktu linear. Dengan ini, Kei ingin menunjukkan bagaimana masa lalu, masa kini, dan masa depan saling terhubung secara mendalam.

Untuk mengeksplorasi hubungan antara kolonialisme, perubahan lingkungan, dan perkembangan urban, ia memadukan teknik melukis tradisional dengan manipulasi digital dan pemodelan tiga dimensi — merujuk pada peristiwa, arsip, dan artefak bersejarah, serta mitologi lokal.

Sejak menetap di Indonesia pada 2018, Kei Imazu terinspirasi oleh cara masyarakat lokal memandang sejarah. “Bukan sebagai sesuatu yang statis dan terpisah di masa lalu, melainkan sebagai sesuatu yang hidup dan diwariskan melalui tradisi lisan, ritual, dan alam,” ungkapnya.

Karya-karya Kei pun mewujudkan gagasan ini, terutama melalui kehadiran tokoh-tokoh mitologis seperti Dewi Sri dan Nyai Roro Kidul—simbol dari ikatan spiritual yang kuat antara manusia, tanah, dan laut—dalam barisan instalasinya.

Adalah sebuah kehormatan baginya untuk mempersembahkan pameran tunggal museum pertama di Indonesia, tepatnya di Museum MACAN. Eksplorasi sejarah Jakarta yang kompleks, beserta upaya menyelami isu-isu lingkungan melalui praktik artistik, merupakan pengalaman berharga.

“Seringkali, kekuatan yang tak terlihat dan terlupakan membentuk realitas kita saat ini,” tuturnya.

Kei pun percaya, “Mitos hadir sebagai suara yang menyampaikan narasi-narasi tersembunyi itu. Dan, melalui pameran ini, saya berupaya memberi wujud pada suara yang nyaris tak terdengar tersebut.”

Direktur Museum MACAN Venus Lau mengapresiasi pameran tunggal museum pertama Kei Imazu di Indonesia. “Karyanya mengajak kita untuk merasakan waktu dan sejarah sebagai sesuatu yang cair dan hidup, layaknya lautan,” ujarnya. 

Venus menegaskan, melalui praktik artistiknya, Kei Imazu merangkai mitologi, ekologi, dan ingatan dalam jalinan yang tak lekang oleh waktu dan sangat relevan dalam kehidupan kita hari ini. “Pameran ini menghadirkan ruang bagi publik untuk merenungkan hubungan kita dengan alam yang kerap kali terabaikan, serta sejarah berlapis yang membentuknya.”

Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru