Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sampai saat ini menduduki peringkat nomor satu dalam mortalitas dan morbiditas di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018 menunjukkan tren peningkatan penyakit jantung yakni 0,5% pada 2013 menjadi 1,5% pada 2018.
Hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung, serangan jantung/sindrom koroner akut, kelainan irama jantung, atau kematian mendadak, dan banyak lagi. Beberapa faktor penyebab penyakit jantung yang dapat dikendalikan meliputi pola makan, kontrol stress, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, serta kebiasaan olahraga.
“Hingga saat ini, penyakit jantung masih menempati urutan pertama penyebab kematian tertinggi di Indonesia bahkan di dunia,” ujar Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Oktavia Lilyasari jelang peringatan Hari Jantung Sedunia, 26 September 2023.
Data WHO menyebutkan, penyakit jantung koroner dan stroke masih menyumbang 16% dari penyebab kematian. Pada 2020 terdapat sekitar 20 juta orang di dunia meninggal karena jantung dan stroke dan diprediksi akan meningkat menjadi 24.2 juta orang pada tahun 2030.
“Meskipun begitu, penyakit tersebut merupakan penyakit yang dapat dicegah dan dideteksi secara dini oleh masyarakat,” kata Oktavia.
Pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah pada populasi umum, lanjutnya, dapat dimulai dari modifikasi gaya hidup. Untuk mencegah penyakit jantung tidak hanya pada usia lanjut, tetapi pada semua kelompok umur, dianjurkan untuk menghindari gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan berolahraga dalam batas toleransi individu.
“Olahraga adalah salah satu cara paling ampuh untuk menjaga kesehatan. Selain bisa meningkatkan daya tahan tubuh, olahraga juga menjadi salah satu ajang rekreasi yang menyehatkan juga dapat mengurangi risiko penyakit jantung,” ungkap Esti Nurjadin, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia.
Esti mengungkapkan, salah satu aktivitas fisik yang paling mudah dilakukan adalah berjalan kaki. Berjalan dapat memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan. “Lebih dari itu, berjalan kaki juga bermanfaat besar bagi kesehatan jantung kita,” jelasnya.
Selain modifikasi gaya hidup dan berolahraga, salah satu cara untuk mencegah terjadinya penyakit jantung yang dapat kita lakukan secara mandiri adalah meraba nadi sendiri. Ini gerakan self-assessment oleh masyarakat terhadap kelainan irama jantung dan bisa dilakukan di mana saja.
Founder MENARI (akronim dari istilah ‘meraba nadi sendiri’ Yoga Yuniadi mengatakan, ini salah satu cara mudah untuk mengenali atrial fibrilasi serta gangguan irama jantung lainnya yang diharapkan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti stroke dan gagal jantung.
“Kita juga harus mengenali gejala-gejala penyakit jantung lainnya seperti cepat lelah, irama jantung tak beraturan, sesak nafas, berdebar, kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari, rasa nyeri di dada terasa seperti tertekan dan diikat. Jika kita mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan, jangan ragu untuk konsultasikan ke dokter agar bisa ditangani sesuai kebutuhan.”