Seniman Yogyakarta Arya Pandjalu menggelar ekshibisi bertajuk Scratching Codes di Krack Studio, 3-16 November 2023. Pameran tunggal ke-6 kali ini menyajikan 35 karya pada bidang kanvas.
Kurator pameran Sudjud Dartanto dalam catatannya mengungkapkan, salah satu ciri khas karya Arya saat ini adalah serangkaian lukisan yang menciptakan dialog antara coretan, tulisan, dan citra grafis.
“Dalam proses kreatifnya, Arya mengabadikan dan mengumpulkan elemen-elemen ini sebagai bahan mentah, kemudian, dengan keahlian teknisnya, ia mentransformasikannya melalui gambar ulang dengan teknik tertentu,” tulis Sudjud.
Hasilnya adalah garis gambar yang tidak sempurna dan artistik. Garis tersebut kemudian diolah menggunakan komputer dan diperbesar menjadi lukisan bentuk ekspresi yang khas.
Sudjud menekankan, Scratching Codes berfungsi sebagai dialog imajiner atas ekspresi masyarakat yang tidak disaring. Membongkar lapisan makna dalam tindakan penyekaan (scratching) yang tampak spontan.
“Dari konteks ini, saya ingin memberi bingkai pembacaan karya Arya dalam konteks seri penyekaan ini. Sebuah seri yang menarik dari perjalanan kreatif Arya yang kita kenal cukup lama hidup dan berproses dalam dunia aktivisme dan subkultur,” lanjutnya.
“Piihan hidup dan proses itu membuatkan sudut pandang kekaryaanya menjadi khas, dan memiliki keberpihakan kuat pada wacana marjinal dan alternatif di tengah yang dominan.”
Bahkan, kata Sudjud mencontohkan, Arya mampu menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan kala mengamati ketelitian anak-anak dalam menggambar. “… kegagalan mencapai kesempurnaanlah yang membuat karya seni begitu manusiawi…,” ujar Arya sebagaimana dituturkan kembali oleh kurator.
ESTETIKA PUNK YANG IMAJINATIF DAN PENUH WARNA. Gaya ekspresi karya Arya yang lugas dan ekspresif mencerminkan sikap estetika punk, dalam konteks grafis, adalah meniadakan aturan dan norma konvensional hukum komposisi rupa. Ia menolak peraturan-peraturan yang dapat mengikat kreativitas, memilih merayakan spontanitas dan intuisi dalam setiap karyanya.
“Dalam eksplorasi kreatifnya, Arya mengadopsi rasa eksplorasi yang menyenangkan, mengekspos tanda-tanda kekanak-kanakan dengan kejelasan dan kejelasan yang mengingatkan pada estetika anak-anak.”
Sang seniman melalui karya-karyanya memperkenalkan elemen-elemen tak terduga dan keberanian yang spontan, termasuk dalam keputusan memilih warna. Baginya, seleksi warna merupakan kekuatan simbolis. Ia menggunakan psikologis warna sebagai sarana bercerita.
“Kelembutan dan kasar, warna yang menyenangkan dan ketidakjelasan—menjadi ciri khas dari pendekatan estetika punk. Nada dasar histeria dan luapan perasaan yang energik, polos, dan bebas menggambarkan ruang kreatif Arya yang tidak terikat,” jelas Sudjud.
“Itu semua mengundang penonton untuk menyelami dunia yang penuh warna, imajinasi, dan penceritaan imajinatif yang dipenuhi dengan kebebasan dan ketidakpastian.”