roman-douglas-macarthur-di-morotai
| foto dody Wiraseto
Destination
Roman Douglas MacArthur di Morotai
Dody Wiraseto
Mon, 19 Jun 2023

Dendam Jenderal Douglas MacArthur, terhadap Jepang begitu kesumat dalam menduduki Filipina. Pasca kekalahannya di Perang Pasifik, Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat ini menyerukan slogan yang terkenal hingga kini, “Aku akan kembali”. Ucapannya itu, terbukti dan menjadi cerita sejarah kesuksesannya dalam menaklukan tentara Jepang di Filipina. Perjuangan jenderal kelahiran 1880 ini dimulai dari pulau sunyi bernama Morotai.

Perang Pasifik di Filipina pada 1942 sempat memukul mundur pasukan Douglas MacArthur ke Australia. Momen itu membuat MacArthur harus menyusun kembali strategi dalam upaya merebut Filipina. Sebagai rangkaian dalam menyusun strateginya, pasukan Jepang di Papua adalah yang pertama kali harus disingkirkan. OIeh karena itu, ia harus mencari pulau sebagai batu loncatan dalam misinya ini sebelum menyerang Filipina. 

Pilihannya saat itu jatuh antara Halmahera atau Morotai. Robert Ross Smith, dalam The Approach To The Philipines (2014:451) menulis, “data intelijen yang tersedia, mengindikasikan tentara Jepang di Halmahera sangat kuat dibanding Morotai. Akhirnya, MacArthur lebih memilih Morotai.

Pilihannya tepat, karena pada 1944, pasukan MacArthur berhasil menaklukan tentara Jepang di Morotai dengan mudah. William Manchester dalam MacArthur: Sang Penakluk (1994), menuliskan, di Morotai hanya ada sekitar 500-1000 tentara Jepang. Sedangkan pasukan MacArthur, datang dengan 61.000 personil. “Tidak ada perlawanan, bahkan tidak ada korban jiwa,” tulis William Manchester. 

Jejak gemilang MacArthur di Morotai ini tidak hanya menggoreskan sejarah heroik bagi tentara sekutu pada drama Perang Dunia II. Morotai sendiri kini menjadi destinasi wisata yang kaya sejarah Perang Dunia II sehingga menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara, terutama Eropa dan Amerika Serikat. 

Pulau Bersejarah Morotai

Keindahan alam menjadi pelengkap cerita sejarah Morotai. Bagaimana Douglas MacArthur datang dan tinggal di Morotai pun jejaknya masih bisa dilihat di Pulau Zum-Zum. Oleh masyarakat sekitar, pulau ini juga disebut sebagai Pulau MacArthur. Di sinilah dulunya MacArthur tinggal dan menyusun strategi militernya. 

Sayangnya, bangunan yang dijadikan tempat tinggal MacArthur di pulau ini sudah tidak berbekas lagi dan tertutup semak belukar. Yang tersisa hanya Patung Douglas MacArthur setinggi 20 meter di tepi pantai dan menghadap langsung ke Morotai yang dijadikan markas militernya. Di patung ini, sang jenderal terkenang bersama dengan slogan legendarisnya “I Shall Return,”. 

Keindahan Pulau Pelepas Penat Tentara Sekutu

Tidak jauh dari Pulau Zum-Zum, ada sebuah pulau yang menjadi ikon wisata Morotai, yakni Pulau Dodola. Di pulau ini terdapat pasir timbul (Gusung) yang menghubungkan Pulau Dodola dan Dodola Kecil. Di masa perang dulu, pulau ini dijadikan pelepas penat pasukan Douglas MacArthur untuk sekadar berenang dan bersantai.

Letaknya di bibir Samudera Pasifik, karenanya, pemerintah daerah setempat menyebutkan Pulau Dodola sebagai mutiara di bibir pasifik. Alasan penyebutan Pulau Dodola sebagai mutiara di bibir pasifik lantaran pulaunya yang menawan. Pulau Dodola memiliki karakteristik tersendiri. Sangat cocok dijadikan sebagai wisata pantai. 



Terdapat dua buah pulau kecil. Dodola kecil dan Dodola besar. Dua pulau ini dipisahkan oleh laut dengan jarak kurang lebih 500 meter. Yang membuat dua buah pulau kecil ini menjadi unik ketika air laut lagi surut. Betapa tidak, bibir pantai kedua pulau yang dihiasi pasir putih tersambung menjadi satu.


Pulau Dodola adalah surga di tengah laut Morotai. Memiliki pasir putih halus, pulau ini dikelilingi air laut yang jernih. Di sini wisatawan bisa beraktivitas mulai dari renang, berjemur hingga snorkeling. Belum lagi di pulaunya sendiri sudah dilengkapi dengan aneka fasilitas penginapan dan juga aktivitas bahari seperti kano. 

Menariknya lagi, tidak hanya pulau berpasir putih dan berair jernih, di pulau ini juga dilengkapi beragam fasilitas menarik lainnya. Di tengah Pulau Dodola Besar terdapat hutan bakau yang masih lestari. Hutan Bakau ini tidak luput menjadi atraksi tambahan ketika berada di Pulau Dodola Besar.

Terdapat area trekking untuk mengitari hutan bakau ini. Desainnya pun unik, di tengah hutan bakau terdapat jembatan berbentuk love. Di beberapa titik pun terdapat gazebo untuk sekadar bersantai setelah berjalan-jalan. Menikmati semilir angin di tengah rindangnya hutan bakau serta deburan ombak yang menenangkan.

Dari Pulau Zum-Zum dan Pulau Dodola, titik utama masuknya sekutu ke Morotai adalah Pantai Army Dock. Disinilah, markas militer angkatan darat dan laut tentara sekutu selama di Morotai. Dulunya terdapat dua pelabuhan yang menjadi tempat bersandar kapal-kapal pembawa tentara. Kini, pelabuhan tersebut hanya tersisa puing-puing bersejarah. Berbalut keindahan matahari terbenam di Morotai.

Keberadaan pulau-pulau ini yang membuat wisata di Morotai semakin lengkap. Tidak hanya fakta sejarah yang panjang tentang Perang Dunia Ke 2, tetapi keindahan alam khas Indonesia Timur yang istimewa. Kombinasi alam dan sejarah menawan, membuat Morotai menjadi mutiara bahari dari timur. 

***


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru