Ritual Sakral dalam Lintasan Zaman
Di jantung kepulauan Lease, Maluku Tengah, Pulau Haruku berdiri laksana setetes mutiara di laut biru. Pulau kecil berbentuk bundar ini terbagi menjadi Dua wilayah adat kuno yang disebut Uli, yakni Uli Hatuhaha di bagian utara dan Uli Hatulohu yang belakangan lebih dikena sebagai Uli Buangbesi di selatan, dimana kedua Uli ini dipisahkan dengan batas-batas wilayah kekuasaan diantara Tanjung Haturelen di ujung timur dekat perbatasan negeri Aboru dan Hulaliu sekarang ini serta Tanjung Totu di barat Laut antara Negeri Sameth dan Ruhumoni.
Uli adalah sebuah konfederasi dimasa lampau sebagai penyatuan beberapa Hena atau Aman (hari ini kita sebut Negeri) dalam batas-batas integral berbasis Genealogis teritorial. Diantara negeri-negeri adat yang membentuk Uli Hatuhaha, negeri Pelauw dikenal sebagai negeri pesisir yang penuh dengan daya hidup, tempat dimana sejarah, adat, dan spiritualitas melebur menjadi satu bagian yang harmoni.
Secara administratif negeri Pelauw menjadi ibukota bagi Kecamatan Pulau Haruku dan termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Maluku Tengah dengan jumlah penduduk terbanyak dan wilayah terluas di pulau Haruku.
Di negeri ini, Pelauw, hidup sebuah ritual besar diantara segenap ritual-ritual lainnya, bernama Ritual Tenun. Lebih dari sekadar upacara adat, Tenun adalah sebuah narasi hidup bagi orang Pelauw yang dirajut dalam gerak tari, nyanyian sakral, pertahan dan sebuah perjuangan, serta ikatan kebersamaan antara sesama. Ia menjadi saksi bagaimana Empat Soa, kelompok klan pembentuk Negeri Pelauw yang berhimpun di pesisir atau dikenal sebagai Aman Laina, menjaga warisan leluhur mereka.
Ritual Tenun bukan hanya mempertemukan tubuh dan jiwa dalam senuah gerak, tetapi juga meneguhkan persekutuan, kesuburan, dan kekuatan spiritual masyarakat Pelauw di tengah-tengah arus perubahan zaman.
Ritual Tenun sendiri merupakan sebuah paket Ritual besar yang digelar dalam siklus tiga tahunan. Di dalamnya terdapat sejumlah ritual penting yang membentuk satu kesatuan diantaranya: Maatenu Pakapita, Maalawa Hinia Huwai, Tarian Sakral Tenun, hingga Kapata Negeri atau Kapata Baileo yang tersaji dalam irama nyanyian Lani Makaleha hinia huwai. Semua prosesi ini menyatukan peristiwa sejarah, spiritualitas, kesuburan, dan kebersamaan masyarakat Pelauw–Hatuhaha.
Pertunjukan budaya Ritual Tenun :