Keesokan harinya di jumat pagi, ritual dilanjutkan dengan prosesi Maalawa Hinia Huwai – Lari membawa Benih, lari sakral para perempuan pembawa Benih Kehidupan (Hinia huwai). mereka berasal dari Empat Soa besar dan melebur dalam Dua kelompok perempuan yakni Kelompok Laturima dan Kelompok Urat Roho Rima, berlari mengelilingi Negeri melaui rute-rute yang telah dibagi dan ditetapkan. Setiatitik persinggahan memiliki makna spiritual, disanalah mereka menengadah penghormatan kepada jejak para leluhur.
Di tengah lintasan itu, para pelari menengadah ke arah Nusa Ina (Pulau Seram) - pulau ibu, tempat asal legenda Nunusaku, sumber tiga sungai mitologis yang dipercaya sebagai asal mula manusia Maluku. Gerak lari mereka bukan sekadar sebuah simbol kekuatan, akan tetapi sebagai perwujudan doa bagi kesuburan tanah, kemakmuran negeri, dan keberlanjutan hidup. Mereka membawa benih-benih unggul umbi-umbian dan sayuran, sebagai tanda syukur atas bumi yang terus memberi kehidupan.
Ritual ini juga menjadi bentuk penghormatan terhadap peran perempuan sebagai penjaga kehidupan dan keseimbangan alam. Gerak berlari mereka yang menyerupai terbang - ringan, cepat, dan penuh ritme - menggambarkan hubungan mistis antara manusia dan bumi Hatuhaha yang subur.
Selanjutntya : Tari Sakral Tenun