museum-macan-gelar-pameran-tunggal-perupa-thailand-akhir-tahun-ini
| DOC. STEPHEN JAMES|HARIT SRIKAO|MUSEUM MACAN
Art & Culture
Museum MACAN Gelar Pameran Tunggal Perupa Thailand Akhir Tahun Ini
Devy Lubis
Sun, 21 Jul 2024
Museum MACAN tengah menyiapkan presentasi tunggal karya-karya perupa kelahiran Thailand Korakrit Arunanondchai untuk kali pertama di Indonesia.

Bertajuk ‘Sing Dance Cry Breathe | as their world collides on to the screen’, pameran ini akan menghadirkan rangkaian praktik artistik Arunanondchai. Mulai dari instalasi-instalasi videonya yang paling dikenal, lukisan, hingga instalasi khas tapaknya yang teranyar.

Sesuai kekhasannya, seniman yang kini berbasis di Amerika Serikat dan Bangkok itu bergumul dengan tema-tema yang berkaitan dengan identitas, memori, kehidupan, kematian, spiritualitas, dan beragam peristiwa dalam kehidupan manusia.

Praktik artistik Arunanondchai kerap mengangkat pengalaman pribadi yang berakar kuat pada konteks budaya negara asalnya, Thailand. Juga tempat-tempat lain dengan narasi budaya dan sejarah yang berlapis. Karenanya, karya-karyanya juga merupakan refleksi atas isu-isu global di hari ini.

Ketertarikan Arunanondchai terhadap spiritualitas dan mitologi mencerminkan asal-usul budayanya, di mana tema-tema ini terjalin erat dalam tatanan budaya masyarakat Thai.

Melalui pameran yang akan digelar akhir tahun ini, yakni 23 November 2024 hingga 6 April 2025 mendatang, penikmat seni rupa dapat mempelajari eksplorasi Arunanondchai tentang persimpangan antara kehidupan kontemporer dan bentuk-bentuk kepercayaan tradisional.

Lewat karya-karyanya, sang perupa menjembatani masa lalu dan masa kini, mengajak orang-orang untuk merenungkan tema-tema universal tentang eksistensi, identitas, dan kekuatan tak kasat mata yang membentuk dunia kita.

Dalam pameran ini nantinya, Arunanondchai akan kembali menyelami simbolisme burung hong (phoenix) dan api yang telah menjadi motif yang terus berulang dalam karya-karyanya. Simbolisme ini mencerminkan eksplorasi sang perupa terhadap proses penciptaan dan kehancuran.

Dengan merefleksikan gagasan akan transformasi yang abadi, baik secara personal, kutural, maupun teknologi, Arunanondchai menggambarkan pembaruan dan adaptasi identitas budaya dalam menghadapi modernisasi dan globalisasi.

Di antara karya-karya yang diikutsertakan dalam pameran ini adalah instalasi lukisan terbaru beserta dua instalasi video penting dari sang perupa:

:: No history in a room filled with people with funny names 5 (2018). Diproduksi bersama dengan sineas Amerika Alex Gjovic dan kolaborator Tosh Basco, video ini mengambil inspirasi dari ritual "Ghost Cinema" di Timur Laut Thailand, di mana para biksu memproyeksikan film ke dinding kuil untuk penonton-penonton yang adalah roh.

:: Songs for Living (2021). Sebuah karya di mana Arunanondchai menyinggung konsep waktu di luar rentang hidup manusia. Video tersebut memperlihatkan perjalanan roh yang kembali ke wujud tubuhnya, hendak terlahir kembali. Unsur api, air, dan gambaran Garuda yang terbakar muncul dalam beberapa kesempatan, melambangkan proses kematian, pembusukan, dan kelahiran kembali, mengundang audiens untuk melakukan refleksi kolektif mengenai akhirat dan kelangsungan hidup.

Venus Lau, Direktur Museum MACAN, dengan bangga mengumumkan Sing Dance Cry Breathe | as their world collides on to the screen sebagai presentasi tunggal pertama akan karya-karya Korakrit Arunanondchai di Indonesia.

“Pameran ini akan menampilkan beragam eksplorasi artistik Arunanondchai, menggali tema seputar kemanusiaan dan spiritualitas yang menjadi inti karyanya,” kata Venus, melalui pernyataan.

Pameran ini, lanjutnya, juga menampilkan banyak koleksi lukisan yang sebagian besar belum pernah dipamerkan di tempat lain. Museum MACAN akan menjadi tuan rumah sepilihan ‘karya perdana’ tersebut.

“Kami berharap dapat mengundang pengunjung untuk merasakan dunia seni Korakrit Arunanondchai yang mendalam dan menggugah pikiran dalam pameran penting ini,” pungkasnya.


Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru