museum-ditengah-kebun-menguak-masa-lalu-manusia
Museum di Tengah Kebun. Berbagai Benda Purbakala di Tata diantara Tanaman dan Bunga. | Riman Saputra
Art & Culture
Museum Ditengah Kebun, Menguak Masa Lalu Manusia
Faisyal Chaniago
Mon, 16 May 2022
Benda-benda kuno dan purbakala Museum di Tengah Kebun menuntun manusia mengenali peradaban masa lalunya.

Tidak seperti lazimnya museum, Museum di Tengah Kebun tidak menggunakan papan nama mencolok. Keberadaannya pun sulit dikenali. Nama museum hanya berukuran kecil yang menempel pada tembok kanan-kiri dekat pintu masuk.

Diteropong dari jalanan, museum di Jalan Kemang Timur 66, Jakarta Selatan, itu terlihat kecil. Tidak seperti umumnya museum, ia berwujud seperti rumah biasa. Namun, begitu pintu gerbang dibuka, ternyata rumah itu luas.

Dari pintu masuk, pengunjung akan melewati lorong panjang selebar 7 meter. Panjangnya mencapai 60 meter. Karena panjang, jalan itu pun dinamai “lorong waktu”. Jalanan itu begitu teduh karena di kanan-kiri dirimbuni pepohonan.

Di ujung jalan panjang, baru bisa didapati bangunan rumah Sjahrial Djalil, sang empunya rumah yang difungsikan sebagai museum itu. Untuk ukuran tempat tinggal, rumah Sjahrial terbilang cukup besar. Luas tanahnya mencapai 3.700 meter persegi dan luas bangunan 450 meter persegi.

Menurut Anindzar Djalil, adik kandung Sjahrial sekaligus kurator museum, Museum di Tengah Kebun awalnya adalah rumah tinggal Sjahrial. Alhasil, desainnya tidak seperti museum, melainkan seperti rumah tinggal. Ada ruang tamu, ruang keluarga, dapur, ruang makan, kamar tidur utama, kamar tidur tamu, teras, perkarangan dan kolam renang, serta ruangan lain.

‘’Tapi Sjahrial Djalil sudah punya cita-cita, rumah ini dijadikan museum benda-benda bersejarah. Kebetulan ia suka mengoleksi benda-benda kuno dan sejarah,” ujar Anindzar.

Tentang penamaan Museum di Tengah Kebun, Anindzar menuturkan pertimbangannya sederhana: karena letaknya di kebun. Perkarangan rumah yang luas ditata menjadi kebun yang penuh dengan berbagai bunga dan tumbuhan asli Indonesia. Seluruh bagian pinggir rumah dipenuhi tumbuh-tumbuhan.

Anindzar memastikan bahwa tumbuh-tumbuhan yang ada di kebun itu semua asli Indonesia. Tidak ada yang impor. Dan juga tidak menggunakan tumbuhan buatan. Sjahrial orang yang tidak suka tumbuhan palsu (tumbuhan plastik). Ia berprinsip, alam Indonesia kaya berbagai tumbahan, buat apa menggunakan tumbuhan palsu.

“Kalau ia main ke suatu tempat, seperti kafe, lalu menemukan tumbuhan plastik di tempat tersebut, ia langsung berkomentar,” ujar Anindzar.

Sesuai karakter dan fungsinya. Beberapa bagian rumah Sjahrial, seperti engsel pintu masuk, berasal dari Penjara Wanita Bukit Duri, Jakarta Selatan. Bangunan penjara itu merupakan peninggalan Gedung Meester Cornelis pada abad ke-18.

Begitu pula tembok. Rumah itu memakai batu bata merah sisa-sisa bangunan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), kongsi dagang Hindia Timur Belanda. Sebagian batu batanya adalah bata tua dari gedung metereologi yang dibangun pada 1896.

Menuju Masa Lalu

Museum itu memberlakukan aturan yang menarik. Setiap pengunjung yang ingin masuk dilarang menggukan sepatu. Pengunjung harus menggunakan sandal yang sudah disediakan manajemen museum. Alasannya, usia karpet-karpet lantai museum sudah raturan tahun dan dikhawatirkan rusak jika diinjak sepatu.

Sebelum melangkah ke dalam, di halaman depan pengunjung bisa menyaksikan topeng-topeng tergantung di tiang-tiang penyanggah teras depan. Terdapat pula patung-patung dari masa triassic di Pulau Jawa, diperkirakan 248 juta tahun sebelum masehi (SM). Juga ada fosil kerang dari Maroko, dari masa jurassic, sekitar 230 juta tahun SM. Belum lagi fosil lebah raksasa yang ditemukan di Sangiran, Jawa Tengah, dan belum diketahui umurnya.

Pintu utama dibuka. Permadani Pakistan abad ke-19 terhampar menyambut langkah kaki tamu di Ruang Loro Blonyo, nama ruangan yang diambil dari sepasang patung asal Jawa Timur pada 1800-an. Kedua pahatan kayu itu ada dalam ruang utama, berdiri di atas peti cokelat berukir warna emas. Peti dari Palembang itu dari era 1800-an.

Masih di ruangan depan, terdapat dua Arca Singa Buddhis dari China serta Patung Dwarapala buatan abad ke-20. Paviliun itu menjadi garis start mereka yang ingin menjelajah museum.

Di ruang tamu, Patung Buddha bergaya Yunani menyambut pengunjung. Patung Buddha bergaya Eropa ini tidak seperti patung Buddha dari berbagai negara kawasan Asia, yang karakter wajahnya seperti orang Asia. Wajah Patung Buddha bergaya Yunani itu seperti orang Eropa dengan rambut panjang terurai dan bagian atasnya diikat.

Museum di Tengah Kebun memiliki sekitar 2.841 koleksi. Semua koleksi tersebar di 17 ruangan pada bangunan utama yang seluas 700 meter persegi, yang tidak lain rumah Sjahrial, mulai dari pintu masuk, kamar tidur, hingga kamar mandi. Selain itu, barang-barang juga tersebar di halaman dan kebun.

Semua barang bernilai sejarah itu dikumpulkan Sjahrial selama 42 tahun. Ia melakukan perjalanan keliling dunia sebanyak 26 kali. Selama perjalanan itu, ia banyak mengunjungi museum-museum di luar negeri, dan merasa kecintaannya terhadap barang-barang sejarah semakin besar.

Sekitar 90 persen barang-barang sejarah didapatkan Sjahrial dari balai lelang di berbagai kota di Eropa, Amerika Serikat, Hong Kong, dan Australia. Sisanya dari dalam negeri, didapatkan ketika Sjahrial melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia.

Setiap ruangan rumah diberi julukan sesuai barang-barang yang disimpan. Ruang tidur tamu, yang terdiri atas tiga kamar, dinamai Ruang Dinasti Tang, Dinasti Ming, dan Dinasti Qing. Seperti namanya, di tiga ruangan tersebut terdapat barang-barang peninggalan dari Kekaisaran China, mulai dari hiasan dinding, lemari kaca, hingga hiasan-hiasan kecil seperti piring, patung, dan guci. Semuanya peninggalan dinasti di China.

Misalnya, Ruang Dinasti Tang memajang benda-benda dari zaman dinasti itu. Salah satunya cincin pelacur bermotif bunga berwana putih. ‘’Untuk membedakan pelacur dengan perempuan biasa, di zaman Dinasti Tang para pelacur menggunakan cincin,’’ tutur Anindzar.

Ruang tamu diisi furnitur unik bermotif Jawa. Ruangan ini banyak dihiasi barang antik dari berbagai zaman, seperti kendi amphora dari peradaban Tiongkok Yangshad 4800 tahun SM. Di teras ruang tamu terdapat tempat botol dan gelas Napoleon Bonaparte yang terbuat dari kayu berbentuk seperti kotak.

Misinya Sjahrial mengumpulkan benda-benda itu adalah mengembalikan barang-barang heritage Indonesia yang ada di luar negeri. Sjahrial berharap generani penerus bangsa tahu masa lalu nenek moyangnya, juga rupa peradaban Indonesia dan dunia di masa silam.

‘’Sejak kecil Sjahrial Djalil menyukai sejarah dan tertarik barang-barang kuno. Rasa nasionalismenya terhadap bangsa sangat tinggi. Ia tak mau barang-barang Indonesia dikuasai orang asing,” ucap Anindzar.

Share

Pilihan Redaksi

Berita Terpopuler

Berita Terbaru